Pintu segera terbuka setelah Samudera menekan tombol kombinasi, dan memang sangat sepi saat Vella tiba di apartemen Permata Hijau, tak ada satupun asisten yang menyambut."Masuk," ajak Samudera dengan suaranya yang rendah dan datar seperti biasanya.Ada sedikit keraguan. Tapi akhirnya Vella masuk juga."Mandilah dulu," ucap Samudera, lagi-lagi dengan suara datar dan rendah.Vella tak bergerak, dia malah tampak linglung.Samudera akhirnya mendesah kasar. "Apa aku harus menggendongmu ke kamar mandi seperti dulu?"Vella langsung terkesiap dan menggaruk kepala yang tidak gatal. 'Memangnya boleh, menjadi asisten yang tidak tahu diri seperti itu?' batinnya.Samudera mulai duduk di atas sofa, sementara matanya menatap Vella dengan tidak biasa, membuat gadis tersebut sedikit gugup."Apa kamarku adalah yang sempat aku tempati dulu?" tanya Vella pelan dan juga kaku."Hmm ....""Oh, oke. Terima kasih." Vella segera pergi dari hadapan Samudera takut melakukan sesuatu yang memalukan saat tak bisa
Andin baru saja menutup telepon dan tersenyum licik di balik wajah imut. Dia sangat puas dengan apa yang terjadi pada Vella. Dia berharap kakaknya akan terpuruk, jika Vella menjadi gelandangan itu malah lebih baik, pikirnya.Dengan gaya imut dan ceria dia berlari kecil menuju kamar mamanya. Tapi segera alisnya yang halus mengernyit kala mendengar percakapan mamanya dengan seseorang melalui gawai yang menempel di telinga."Aku tidak bisa mengirim uang kepadamu lagi, Leon. Aku tidak ingin Edgar curiga, jika aku terus mengirim uang ke luar negeri dengan jumlah yang tidak sedikit," wajah Indina kini terlihat sedikit keruh."Bukankah kamu bilang, kamu ingin mengambil dari milik Vita?""Kamu pikir semudah itu? Kemarin aku pergi ke kantor pengacara Vita. Tapi nyatanya aku hanya mendapat malu dan juga ancaman gadis ingusan itu, entah bagaimana dia bisa tahu aku pergi ke sana?""Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin terus terlunta-lunta di luar negeri.""Begini saja, lebih baik kamu kemb
Seragam sekolah sudah melekat rapi pada tubuh dua remaja yang duduk tenang di dalam mobil, di mana mobil tersebut tengah mengantar mereka ke sekolah. Tampan dan cantik dengan kulit putih tanpa noda, postur tubuh mereka juga sama-sama tinggi dan terlihat sangat serasi. Namun, saat ini hanya ada keheningan di antara mereka.Pesona dingin berpendar mengitari raut wajah yang sama-sama mempunyai aura mulia yang kuat.Sebenarnya keheningan adalah suasana yang paling nyaman bagi Vella kala dekat dengan Samudera. Saat laki-laki di sampingnya bertingkah dan menggoda, jelas dia akan mati kutu dan kehilangan gaya.Tapi, saat ini ada yang mengusik ketenangan batinnya, hingga alis yang sebelumya halus kini terliat berkerut.Vella berpikir lebih baik dia keluar dari dalam mobil Samudera sebelum sampai di sekolah. Ini hanya akan menciptakan gosip miring yang menyerbar jika semua orang melihat dia keluar dari mobil Samudera.Vella benar-benar tak ingin menye
Angin berembus tenang, sama sekali tak menggolakkan lautan di tengah samudera, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan Vella selama sepekan tinggal bersama Samudera.Tak ada satupun yang mengusiknya, tiga gadis menyebalkan pembuat onar di asrama juga tidak menunjukkan gerakan untuk melaporkannya ke polisi. Vella yakin itu berkat campur tangan Samudera.Andin juga cukup tenang setelah dia mengultimatumnya lima hari yang lalu. Vella menikmati hari-harinya yang tentram selama seminggu ini.Tidak banyak berinteraksi dengan Samudera saat disekolah, di rumah pun juga begitu. Samudera sendiri memang jarang di rumah, setelah mengantar Vella pulang, dia langsung pergi dan kembali larut malam, Vella yang merasa tidak mempunyai kepentingan apapun, jadi enggan bertanya Samudera pergi ke mana?Terlebih itu adalah hal yang sangat menguntungkan bagi Vella. Dia tidak bisa memasak, jadi dia tidak perlu memperlihatkan betapa payahnya dia saat menyajikan maka
Ketenangan di toko perhiasan akhirnya terusik. Wajah Vella menggelap saat melihat dua gadis yang tiba-tiba hadir dan merebut barang yang hendak dia beli. Siapa lagi kalau bukan Andin dan Feli?"Apakah orang tuamu tidak pernah mengajari apa itu namanya sopan santun?" tanya Vella dingin.Feli menunjukkan wajah yang sangat menyebalkan, bahkan dia terlihat mencibir Vella. "Aneh sekali dia berkata masalah sopan santun di hadapanku, apa dia tidak pernah berkaca selama ini?"Diam-diam Andin tersenyum mendengar ujaran yang tidak mengenakkan dari mulut Feli. Gadis itu selalu mewakilinya mengungkapkan kekesalan saat di depan umum, hingga dia tetap dipandang sebagai gadis lembut yang seakan tak mungkin sanggup menyakiti kakaknya sendiri.Vella hanya sedikit menegakkan wajah melihat dua gadis yang sengaja mencari masalah dengannya.Feli tersenyum mengejek dan menyodorkan barang yang dia rebut pada pelayan toko dengan bangga agar segera dikemas.Tidak in
Vella menaikkan alis dan berucap, "Katakan."Andin tersenyum dan berkata tanpa keraguan. "Kamu harus memberikan gaun yang dibelikan kak Rino padaku."Seketika mata Vella melebar, terjadi keheningan sesaat ketika dia terdiam melihat raut wajah adiknya.Andin sendiri semakin merasa bangga kala melihat keterkejutan di wajah Vella. Namun, dia sedikit bingung ketika tawa Vella tiba-tiba meledak.Selama ini Vella tahu, Andin memang tidak begitu cerdas dalam akademi sekolah. Tapi tidak menyangka jika dia juga sebodoh ini saat memperhitungkan sesuatu.Menukar perhiasan dengan harga ratusan juta dengan satu gaun, bukankah itu benar-benar kebodohan mutlak?Tadinya Vella memang menyembunyikan sedikit kekhawatiran kala melihat semburat kelicikan di wajah Andin, tapi begitu melihat kenyataan yang terjadi sepertinya dunia sedang berpihak padanya.Dan sekarang pun Vella jadi tahu jika Andin menguping pembicaraannya dengan Rino sepulang sekolah. Tapi
Namun, Vella segera tersenyum manakala seseorang menyapa, "Aish ... menantu mama ... senang sekali bertemu denganmu di sini. Hari ini kamu harus menemani mama berbelanja."Bahkan nyonya Baswara tak memberi kesempatan Vella untuk bersuara ataupun menolak, dia langsung ditarik begitu saja masuk ke dalam toko pakaian.Sementara di apartemen Permata Hijau, Samudera sedang duduk sembari mendengarkan musik melalui headset. Dia perlahan membuka mata setelah mendengar Virgon bersuara."Tuan ...."Samudera mendongak. Dan mendapati Virgon dengan kotak di tangannya."Apa itu?" tanya Samudera."Nona Vella sepertinya memborong perhiasan."Samudera tersenyum samar setelah melihat logo Start Jewelry, bukankah itu salah satu toko miliknya?Samudera membuka kotak tersebut dan matanya mulai memicing.'Dia benar-benar boros, baru minta gaji tapi sudah merampok di tokoku,' batinnya geli.Tapi cukup aneh, tentu saja Samudera tahu jika
Langit malam terlihat begitu cerah, bulatan bulan menebar cahaya terang pada hamparan berbintang, awan putih bergelombang menampilkan dua sisi, sisi terang dan kelabu, di mana sinar rembulan tak mampu menembus rona putih bagaikan kabut pekat dan juga tebal.Di atas bumi, mobil Maybach hitam baru saja berhenti di tempat keluarga Mahendra menggelar acara ulang tahun.Pasangan suami istri dengan pakaian terbaik baru saja keluar dari mobil tersebut, diikuti gadis imut bergaun biru muda yang sedikit kepanjangan.Postur tubuh Andin yang mungil dan lebih pendek dari Vella tentu saja harus memerlukan permak lebih banyak jika memaksa mengenakan pakaian Vella. Tapi waktu terdesak hingga dia hanya bisa sedikit mempermak gaun yang dia kenakan.Beruntung dia mempunyai wajah yang sangat cantik hingga kekurangan itu bisa tertutupi dengan baik. Hanya saja matanya terlihat sedikit sembab, jelas dia baru saja menangis. Sudut matanya melirik sang papa dengan tatapan lemah d
Di bangsal rumah sakit.Saat ini Vella masih terbaring lemah, wajahnya pucat dan tidak berdaya.Lemparan kotak kayu itu ternyata mencederai otak kecil Vella hingga melumpuhkan fungsi motoriknya.Vella lumpuh tak bisa berdiri ataupun berjalan, saat duduk dia sangat mual dan pusing kemudian terjatuh tanpa mempunyai keseimbangan.Bersyukur tusukan di perut Vella tak sampai melukai janin yang dia kandung.Vella hanya bisa berbaring ditemani Samudera yang tak pernah lelah menggenggam tangannya memberi dukungan moral."Maaf, aku salah, aku lengah. Jika aku lebih waspada kamu tidak perlu mengalami hal semacam ini."Vella tersenyum lemah mendengar permintaan maaf Samudera yang entah kali keberapa."Kamu tidak lelah meminta maaf terus setiap waktu?"Samudera tersenyum samar. "Aku hanya tidak tahu bagaimana caraku menebus kelalaian?""Bantu aku duduk."Samudera menuruti keinginan Vella, dan memeluknya dari belakang agar Vella tidak jatuh.Sementara Vella memejamkan matanya, sembari menyandarkan
Sandra hampir putus asa ketika lima orang ingin memasukinya.Tapi entah kenapa lima orang tersebut tiba-tiba menghentikan aksi dan meninggalkannya begitu saja.Setelah termenung sesaat, tiba-tiba Sandra kembali tertawa ironi.Ternyata Samudera tak sungguh-sungguh membiarkannya ternoda.Hatinya semakin bangga."Bodoh, ternyata kamu tak sesadis yang aku pikirkan. Setelah apa yang aku lakukan pada gadismu ternyata kamu masih selemah ini."Sandra berhasil menghubungi seseorang setelah tangannya yang tertembak bersusah payah merogoh ponsel dari saku.Namun, tiba-tiba mobil yang membawanya ke rumah sakit mengalami kecelakaan.Sandra pingsan.Saat dia terbangun. Sandra mendapati dirinya di sebuah ruangan asing dengan pencahayaan minim.Di tengah ruangan sunyi.Suara pintu yang dibuka terdengar sangat nyaring.Siluet seseorang yang masuk terlihat kabur di mata Sandra yang baru saja terbuka.Namun, saat cahaya lampu menerpa tubuh itu. Sandra langsung mengenali siapa dia."Kakek …."Kakek Baswa
Bulan bersinar sangat indah menerpa tubuh gadis yang saat ini tengah tertawa mengerikan, sedingin udara malam ini. Cahayanya penuh kemenangan, tapi sedetik kemudian kilat matanya berubah menjadi tajam dan mempunyai hawa membunuh. Tatapan itu menghujani tubuh Vella yang terkulai tak berdaya di lantai beton. "Aku sudah mengatakan, jika aku tidak bisa memiliki Samudera. Maka kamu pun tak akan bisa memilikinya." Sandra beralih pada belati yang masih menancap di pahanya. Kemudian terdengar pekik kesakitan saat dia mencabut belati tersebut. Sandra tidak bisa berdiri tegak. Namun, dia tetap memaksa berjalan terseok-seok menuju ke arah Vella. Kembali bibir itu tersenyum. Namun, sama sekali tak terlihat indah, ketika matanya terarah pada perut Vella yang masih datar. "Aku membencimu, Vella. Aku membencimu karena Samudera sangat mencintaimu! Aku benci karena Samudera sangat menginginkanmu. Tidak seharusnya kamu mengandung anaknya, karena itu adalah hakku!" Sandra tahu Samudera tidak
Vella tahu ini keadaan yang sangat buruk.Dia sedang hamil dan tidak boleh melakukan gerakan ekstrim.Tapi jika tidak melawan, ini akan berakhir mengenaskan untuknya.Zlak!Salah satu dari pria itu seperti tercekik ketika mendapat hantaman keras di lehernya.Pria yang lain tidak berdiam saja ketika melihat tuan putri ini memiliki sedikit kemampuan.Sejak Vella tahu ada orang yang mengincar nyawanya, dia memang tak ingin menjadi gadis manja yang hanya bisa bersembunyi di balik perlindungan Samudera.Bisa memanah dan menggunakan pistol itu tidak cukup.Dia mempelajari beberapa teknik dasar membela diri dari serangan jarak dekat.Tidak disangka, pengetahuan itu sangat berguna saat ini."Jangan biarkan dia lari!" Teriakan Sandra menggema.Vella memang ingin melarikan diri, tapi tangannya segera ditarik hingga dia mulai terpelanting ke belakang.Tapi nyatanya Vella tak kembali dengan tangan menganggur.Diacungkannya kepalan tangan yang langsung terarah pada wajah pria tersebut.Bam!Wajah
Byur!Vella tersedak dan langsung kembali pada akal sehat setelah merasakan guyuran air kasar menghantam wajah.Dia terbatuk, dan hawa dingin pun merambat menyelimuti tubuhnya yang basah.Bintang yang bertebaran di langit benar-benar telah mengembalikan kesadarannya setelah pingsan akibat obat bius.Sepertinya dia berada di atap gedung sekarang."Sudah sadar?"Pertanyaan itu membuat Vella menoleh.Seketika senyumnya melengkung dingin.'Sandra … tentu saja dia ….' batin Vella kecut."Apa yang kamu inginkan?" tanya Vella datar.Tawa mengerikan Sandra terdengar miris.Sikap nona muda yang bermartabat tak lagi terlihat.Berganti dengan wajah bengis yang mempunyai aura membunuh."Kamu masih bertanya apa yang aku inginkan? Yang aku inginkan adalah Samudera, Vella! Tapi kamu telah merebutnya, jadi kamu harus menanggung akibatnya!"Vella sama sekali tak terlihat takut. Dia malah tersenyum hambar. "Sudah aku katakan, salahkan takdirmu.""Takdir? Takdirku sangat baik sebelum kamu datang! Tapi k
Entah sejak kapan Samudera berada di situ dengan aura mengerikan seperti hendak melenyapkan seseorang.Bagaimana Vella tidak suci?Leon yang dia tangkap sudah mengakui jika tidak sempat melakukan apapun pada Vella.Selain itu Samudera sendiri juga sudah membuktikan saat malam pertamanya dengan Vella di Paris.Noda darah keperawanan di seprai putih itu masih Samudera ingat dengan jelas di benaknya.Kata-kata kotor Sandra benar-benar membuat Samudera kehilangan kesabaran."Orang yang mempunyai mulut busuk sepertimu seharusnya tidak hidup di dunia ini."Samudera nyaris menghantam Sandra, jika tidak ada tarikan yang menghentikannya."Jaga martabatmu, Tuan Muda Baswara," tegas Brian, sembari mencengkeram kuat tangan putranya.Lantas kerlipan mata membuat dua orang pengawal menyeret Sandra keluar dari dalam venue.Gadis itu meronta-ronta dan berteriak seperti orang gila."Samudera kamu akan
Bukan hanya tamu undangan yang terlihat terguncang, tapi tuan Kuswara juga berkali-kali lipat merasakannya.Ia terus menyangkal perkataan nyonya Baswara untuk membela anak dan istrinya.Dan itu hanya membuat nyonya Baswara mencibir sengit. "Aku turut prihatin, ternyata kamu juga korban penipuan."Nyonya Kuswara memilih untuk diam, semakin banyak bicara semakin akan menunjukkan celah untuk membongkar kebohongan.Tuan Kuswara sangat mempercayainya itu adalah kekuatan terbesar seorang istri.Tapi tidak dengan Sandra yang mulai panik kedoknya akan terbongkar, ia pun terus-menerus berdalih untuk menutupi rahasianya."Bibi, aku tidak tahu salah apa yang pernah aku lakukan padamu, hingga kamu sangat membenciku. Aku hanya ingin berbakti padamu sebagai seorang menantu, tapi kamu malah menuduhku dengan yang tidak-tidak. Sekarang apa yang harus aku lakukan?"Melihat raut wajah menyedihkan penuh derai air mata ini, orang akan mengir
Pertanyaan Vella membuat Sandra meraung dan kembali menggila ingin menyerang Vella.Tapi Virgon jelas tidak membiarkan itu terjadi, ia menarik Sandra menjauh untuk mengamankan Vella.Tak terkecuali tuan Kuswara yang juga memaki dengan sangat brutal di atas panggung.Alhasil dia pun diseret turun dan diperingatkan akan diseret keluar dari venue jika masih ingin membuat kegaduhan.Vella segera dipersilahkan menuju podium untuk memberi sedikit sambutan."Terima kasih atas kerjasama para investor yang sudah bergabung dengan proyek yang akan kami selenggarakan. Terutama pada Samudera dan Kakek Baswara yang sudah memberi dukungan yang sangat besar pada perusahaan kami, semoga kedepannya kita dapat meraih keuntungan bersama dan meraup pundi-pundi kemakmuran yang tidak terkira."Di bawah panggung suara tepuk tangan riuh tak terhingga mendengar penuturan Vella.Tapi tidak dengan kakek Baswara.Ia pun tercengang dan seper
Sandra langsung tertawa mencibir mendengar ujaran Vella yang semakin tak masuk akal.Perusahaan Kuswara adalah milik keluarga Kuswara, tapi mengatakan perusahaan akan tetap berdiri sementara keluarga Kuswara akan hancur.Bagaimana itu mungkin?Tapi Sandra memahami kenapa Vella berkata seperti itu.Tampaknya saingan cintanya ini masih terlalu percaya diri akan memiliki Samudera kedepannya."Aku tidak masalah jika Samudera ingin mengambil alih perusahaan ini, dia memang mempunyai saham terbesar di perusahaan kami. Tapi aku adalah tunangannya dan pada akhirnya kami akan menikah, milik Samudera juga akan menjadi milikku, seorang menantu keluarga Baswara."Ucapan Sandra diikuti tawa lembut yang sama sekali tak ramah.Sandra benar-benar sangat percaya diri ketika mengucapkan kata itu. Ia pun tersenyum mencela dan kembali mengejek."Vella, aku sudah mengatakan. Bermimpi terlalu tinggi itu adalah urusanmu, tapi jatuh it