Andin baru saja menutup telepon dan tersenyum licik di balik wajah imut. Dia sangat puas dengan apa yang terjadi pada Vella. Dia berharap kakaknya akan terpuruk, jika Vella menjadi gelandangan itu malah lebih baik, pikirnya.Dengan gaya imut dan ceria dia berlari kecil menuju kamar mamanya. Tapi segera alisnya yang halus mengernyit kala mendengar percakapan mamanya dengan seseorang melalui gawai yang menempel di telinga."Aku tidak bisa mengirim uang kepadamu lagi, Leon. Aku tidak ingin Edgar curiga, jika aku terus mengirim uang ke luar negeri dengan jumlah yang tidak sedikit," wajah Indina kini terlihat sedikit keruh."Bukankah kamu bilang, kamu ingin mengambil dari milik Vita?""Kamu pikir semudah itu? Kemarin aku pergi ke kantor pengacara Vita. Tapi nyatanya aku hanya mendapat malu dan juga ancaman gadis ingusan itu, entah bagaimana dia bisa tahu aku pergi ke sana?""Lalu aku harus bagaimana? Aku tidak mungkin terus terlunta-lunta di luar negeri.""Begini saja, lebih baik kamu kemb
Seragam sekolah sudah melekat rapi pada tubuh dua remaja yang duduk tenang di dalam mobil, di mana mobil tersebut tengah mengantar mereka ke sekolah. Tampan dan cantik dengan kulit putih tanpa noda, postur tubuh mereka juga sama-sama tinggi dan terlihat sangat serasi. Namun, saat ini hanya ada keheningan di antara mereka.Pesona dingin berpendar mengitari raut wajah yang sama-sama mempunyai aura mulia yang kuat.Sebenarnya keheningan adalah suasana yang paling nyaman bagi Vella kala dekat dengan Samudera. Saat laki-laki di sampingnya bertingkah dan menggoda, jelas dia akan mati kutu dan kehilangan gaya.Tapi, saat ini ada yang mengusik ketenangan batinnya, hingga alis yang sebelumya halus kini terliat berkerut.Vella berpikir lebih baik dia keluar dari dalam mobil Samudera sebelum sampai di sekolah. Ini hanya akan menciptakan gosip miring yang menyerbar jika semua orang melihat dia keluar dari mobil Samudera.Vella benar-benar tak ingin menye
Angin berembus tenang, sama sekali tak menggolakkan lautan di tengah samudera, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan keadaan Vella selama sepekan tinggal bersama Samudera.Tak ada satupun yang mengusiknya, tiga gadis menyebalkan pembuat onar di asrama juga tidak menunjukkan gerakan untuk melaporkannya ke polisi. Vella yakin itu berkat campur tangan Samudera.Andin juga cukup tenang setelah dia mengultimatumnya lima hari yang lalu. Vella menikmati hari-harinya yang tentram selama seminggu ini.Tidak banyak berinteraksi dengan Samudera saat disekolah, di rumah pun juga begitu. Samudera sendiri memang jarang di rumah, setelah mengantar Vella pulang, dia langsung pergi dan kembali larut malam, Vella yang merasa tidak mempunyai kepentingan apapun, jadi enggan bertanya Samudera pergi ke mana?Terlebih itu adalah hal yang sangat menguntungkan bagi Vella. Dia tidak bisa memasak, jadi dia tidak perlu memperlihatkan betapa payahnya dia saat menyajikan maka
Ketenangan di toko perhiasan akhirnya terusik. Wajah Vella menggelap saat melihat dua gadis yang tiba-tiba hadir dan merebut barang yang hendak dia beli. Siapa lagi kalau bukan Andin dan Feli?"Apakah orang tuamu tidak pernah mengajari apa itu namanya sopan santun?" tanya Vella dingin.Feli menunjukkan wajah yang sangat menyebalkan, bahkan dia terlihat mencibir Vella. "Aneh sekali dia berkata masalah sopan santun di hadapanku, apa dia tidak pernah berkaca selama ini?"Diam-diam Andin tersenyum mendengar ujaran yang tidak mengenakkan dari mulut Feli. Gadis itu selalu mewakilinya mengungkapkan kekesalan saat di depan umum, hingga dia tetap dipandang sebagai gadis lembut yang seakan tak mungkin sanggup menyakiti kakaknya sendiri.Vella hanya sedikit menegakkan wajah melihat dua gadis yang sengaja mencari masalah dengannya.Feli tersenyum mengejek dan menyodorkan barang yang dia rebut pada pelayan toko dengan bangga agar segera dikemas.Tidak in
Vella menaikkan alis dan berucap, "Katakan."Andin tersenyum dan berkata tanpa keraguan. "Kamu harus memberikan gaun yang dibelikan kak Rino padaku."Seketika mata Vella melebar, terjadi keheningan sesaat ketika dia terdiam melihat raut wajah adiknya.Andin sendiri semakin merasa bangga kala melihat keterkejutan di wajah Vella. Namun, dia sedikit bingung ketika tawa Vella tiba-tiba meledak.Selama ini Vella tahu, Andin memang tidak begitu cerdas dalam akademi sekolah. Tapi tidak menyangka jika dia juga sebodoh ini saat memperhitungkan sesuatu.Menukar perhiasan dengan harga ratusan juta dengan satu gaun, bukankah itu benar-benar kebodohan mutlak?Tadinya Vella memang menyembunyikan sedikit kekhawatiran kala melihat semburat kelicikan di wajah Andin, tapi begitu melihat kenyataan yang terjadi sepertinya dunia sedang berpihak padanya.Dan sekarang pun Vella jadi tahu jika Andin menguping pembicaraannya dengan Rino sepulang sekolah. Tapi
Namun, Vella segera tersenyum manakala seseorang menyapa, "Aish ... menantu mama ... senang sekali bertemu denganmu di sini. Hari ini kamu harus menemani mama berbelanja."Bahkan nyonya Baswara tak memberi kesempatan Vella untuk bersuara ataupun menolak, dia langsung ditarik begitu saja masuk ke dalam toko pakaian.Sementara di apartemen Permata Hijau, Samudera sedang duduk sembari mendengarkan musik melalui headset. Dia perlahan membuka mata setelah mendengar Virgon bersuara."Tuan ...."Samudera mendongak. Dan mendapati Virgon dengan kotak di tangannya."Apa itu?" tanya Samudera."Nona Vella sepertinya memborong perhiasan."Samudera tersenyum samar setelah melihat logo Start Jewelry, bukankah itu salah satu toko miliknya?Samudera membuka kotak tersebut dan matanya mulai memicing.'Dia benar-benar boros, baru minta gaji tapi sudah merampok di tokoku,' batinnya geli.Tapi cukup aneh, tentu saja Samudera tahu jika
Langit malam terlihat begitu cerah, bulatan bulan menebar cahaya terang pada hamparan berbintang, awan putih bergelombang menampilkan dua sisi, sisi terang dan kelabu, di mana sinar rembulan tak mampu menembus rona putih bagaikan kabut pekat dan juga tebal.Di atas bumi, mobil Maybach hitam baru saja berhenti di tempat keluarga Mahendra menggelar acara ulang tahun.Pasangan suami istri dengan pakaian terbaik baru saja keluar dari mobil tersebut, diikuti gadis imut bergaun biru muda yang sedikit kepanjangan.Postur tubuh Andin yang mungil dan lebih pendek dari Vella tentu saja harus memerlukan permak lebih banyak jika memaksa mengenakan pakaian Vella. Tapi waktu terdesak hingga dia hanya bisa sedikit mempermak gaun yang dia kenakan.Beruntung dia mempunyai wajah yang sangat cantik hingga kekurangan itu bisa tertutupi dengan baik. Hanya saja matanya terlihat sedikit sembab, jelas dia baru saja menangis. Sudut matanya melirik sang papa dengan tatapan lemah d
"Pfff ...."Vella hampir tersedak setelah mendengar apa yang diucapkan Rino. Vella yakin bukan kata seperti itu yang diharapkan Andin dari seorang Rino.Andin sendiri wajahnya mendadak menjadi pucat, pujian tak didapatkan, kini dia malah serasa ditampar dengan kata-kata bijak yang dilontarkan Rino. Dia menatap Vella dengan binar kebencian samar.'Seharusnya Vella yang dapat perlakuan seperti ini dari kak Rino, bukan aku.'Diam-diam Andin mengepalkan sepuluh jarinya karena geram.Vella sangat tahu apa yang dipikirkan adiknya. Dia tersenyum hambar dan kembali bersikap acuh tak acuh."Vel, kamu cantik sekali malam ini," puji Rino terlihat tulus, matanya juga sangat berbinar dan terlihat sangat bangga, seolah mata itu berkata, 'kamu adalah milikku Vella.'Senyum hambar kembali hadir di sudut bibir Vella. "Kamu tidak ingin memarahiku?""Untuk apa? Apapun gaun yang kamu kenakan kamu tetap saja cantik." Lagi-lagi Rino memuji Vella yan
Vella tidak menjawab, ia hanya tersenyum lantas keluar dari dalam mobil sembari melambaikan tangan dengan ceria pada papanya.Melihat putrinya tampak ceria dan sama sekali tidak terpuruk dengan berita yang beredar di internet. Edgar sendiri tidak mau berpikir pusing.Edgar hanya menggelengkan kepalanya pelan sembari tersenyum lantas membawa mobilnya pergi dari vila milik Vita.Setelah itu Vella sudah tak terlihat lagi di kota Zaden.Kakek Baswara mencari keberadaannya, tapi tak bisa menemukannya.Kata-kata Vella yang ingin memberinya kejutan masih terngiang di benak kakek Baswara.Ia takut gadis kecil itu tiba-tiba memberi gebrakan untuk menghancurkan rencana perjodohan Samudera dengan Sandra."Di mana Samudera sekarang?" tanya kakek Baswara, khawatir cucunya masih berhubungan dengan Vella."Tuan muda masih berada di negara M, Tuan.""Gadis itu?""Sampai saat ini keberadaan nona Vella tidak dik
Berita tentang Samudera yang membantu perusahaan Kuswara dari keterpurukan sudah tersebar dengan cepat di internet dan sampailah ditelinga kakek Baswara.Senyum orang tua itu merekah puas melihat potret cucunya berdiri di samping mobil bersama Sandra."Bagus …," ucapnya pelan.Kakek Baswara sudah dapat menebak, pada akhirnya Samudera pasti akan menurut, anak itu tidak akan membiarkan orang tuanya kehilangan kuasa atas Baswara Group yang nantinya akan diwariskan padanya.Kakek Baswara menoleh pada orang kepercayaannya dan bertanya, "Di mana anak itu sekarang?""Tuan muda pergi ke negara M, setelah datang ke negara Y. Sepertinya tuan muda akan melanjutkan pendidikannya di negara tersebut sembari menjalankan bisnisnya di sana."Kakek Baswara menggangguk-anggukan kepalanya dengan bangga. "Bagus, sebagai calon pewaris Baswara, Samudera memang sangat produktif. Memang itu yang aku harapkan.""Tuan, sepertinya tuan muda sudah s
Sandra terkejut mendengar ucapan Samudera.Ia merebut berkas di tangan ayahnya, dan mendapati dana yang cukup untuk membuat perusahaannya kembali bangkit.Sandra mendongak menatap Samudera ada haru di matanya ketika melihat laki-laki itu sama sekali tak ingin melihatnya.Tapi dengan pasokan dana ini, bukankah berarti Samudera peduli dengan keluarganya?"Kamu ingin mengambil alih perusahaan ini?" tanya tuan Kuswara, ada kepahitan di setiap nadanya."Aku sangat sibuk, kamu bisa mengelolanya."Sandra semakin tak bisa menahan tersenyum girang, mendengar jawaban Samudera."Ayah, Samudera sudah bermurah hati membantu kita, terima saja, lagipula kedepannya Samudera juga akan menjadi menantu keluarga Kuswara. Apa salahnya menerima uluran tangan darinya?"Melihat kebaikan Samudera, Sandra sangat percaya diri jika Samudera akan tetap menjadi pendamping masa depannya sebentar lagi.Berbeda dengan Sandra yang sanga
Di kantor Star Entertainment. Samudera masih sibuk menyelesaikan pekerjaan meski hari sudah menggelap. Kakek Baswara sama sekali tak bergerak menyentuh papanya Vella, itu sudah membuktikan jika ancaman Samudera telah berhasil menekan kakeknya. Dan itu bagus, Samudera tidak perlu repot-repot melakukan sesuatu agar Vella tidak khawatir. Samudera baru tersadar ketika ponselnya berdering. [Kamu akan terus sibuk, atau aku menyusulmu ke kantor?] Pesan Vella ini seperti perintah untuk menyuruhnya berhenti bekerja. Sambil tersenyum Samudera mengetik balasan. [Iya, aku pulang.] Saat berada di lift Samudera menerima laporan dari Virgon bahwa hari ini Vella juga ikut memeriahkan perebutan saham Kuswara Group yang bertebaran. Samudera tersenyum simpul dan berucap, "Biarkan saja, asal dia senang." Samudera memang ingin mengajak Vella kembali tinggal di apartemen permata hijau, tapi Vita melarang dan menyuruhnya tetap tinggal di vila. Tinggal di rumah mertuanya tentu saja tidak sebebas t
Samudera tidak mempedulikan ancaman kakeknya, ia terus berjalan santai keluar dari kediaman Baswara.Samudera yakin saat ini Vita sudah bertindak dalam senyap untuk menyeret Kuswara Group turun ke bawah.Jika kekuatan keluarga Kuswara sudah runtuh, apa kakeknya masih bersikeras menjodohkannya dengan Sandra?***Di negara Y.Sandra baru saja tiba di rumah, ia berjalan anggun yang disambut para pelayan untuk membawa barang bawaannya layaknya nona muda dari keluarga kaya.Ia terus menyusuri rumah mewah dan menemukan orang tuanya sedang bersitegang."Di mana Sandra? Suruh dia pulang. Dan berhenti menjadi murahan seperti itu!"Nada ayahnya yang meninggi menunjukkan bahwa suasana hatinya sedang tidak baik.Padahal saat Sandra pamit ingin pergi ke negara I untuk menjenguk Samudera, ayahnya tampak baik-baik saja."Ayah, aku sudah pulang. Ada apa?"Kedua orang tua Sandra menoleh, tatapan ayahnya sama sekali tak ramah seperti biasanya."Sandra, kamu ini masih muda. Laki-laki tampan di luar sana
Atas izin Vita akhirnya nyonya Baswara membawa Vella keluar dari vila. Tentu saja setelah memberi tatapan isyarat pada Samudera untuk mengingatkan bahwa ia sudah berjanji akan menjamin keselamatan Vella.Vella bisa melihat koneksi mata mamanya dengan Samudera dengan jelas.Setelah insiden di jalan Victory ia tahu mamanya melakukan penjagaan yang sangat ketat.Vella yakin Samudera sebenarnya mengetahui apa yang disembunyikan mamanya, tapi tak ingin memberitahu.Saat Vella mendesak, Samudera malah menggoda dengan senyum manis. "Karena kamu cantik, jadi banyak orang yang menginginkanmu."Vella mendengkus kesal, mana ada karena cantik malah ingin ditembak mati?"Bersenang-senanglah, nanti aku akan menjemputmu," ucap Samudera sesampainya di depan salon terkenal di kota Zaden."Kamu mau ke mana?""Ada sedikit urusan, tidak akan lama." Samudera pergi setelah mengecup pelan kening Vella.Seketika kemunculan Vel
Samudera juga langsung menghentikan jarinya ketika mendengar suara mamanya.Ia menoleh dan mendapati mamanya berjalan mendekat ke arah Vella diikuti Felis yang tampaknya kerepotan mengurusnya.Vita memberi isyarat pada Felis untuk membiarkannya masuk, dan itu membuat Samudera memijat kening.Samudera sangat hafal kebiasaan mamanya yang memaksakan kehendak dengan suara lembutnya yang ceria."Mama, bagaimana Mama tahu kami ada di sini?" Vella berdiri menyambut nyonya Baswara.Nyonya Baswara langsung memeluk Vella dan berkata, "Mama merindukanmu, sayang. Maaf dengan berita menghebohkan kemarin.""Tidak apa-apa, Ma. Lagipula Samudera juga ada di sampingku.""Mama selalu di rumah, apa tidak bisa menyuruh kakek untuk membuat berita yang benar?" Samudera akhirnya membuka suara.Tapi nyonya Baswara malah melepas salah satu flatshoes yang ia kenakan lantas melemparkannya pada Samudera."Jangan berbicara lagi pad
"Aku ingin kamu meruntuhkan kesombongan keluarga Kuswara."Samudera juga tak ingin bertele-tele menyampaikan keinginannya. Dan itu mengundang cibiran kental di wajah Vita.Seorang penjahat sekelas Alan Rein tentu saja tidak akan kesulitan hanya untuk mengepung dan memblokir perusahaan Kuswara.Dengan meminta Vita melakukan sesuatu, itu hanya akan merepotkannya saja."Aku tidak tertarik dengan urusan keluargamu," tegas Vita dengan suara datar dan dingin."Kamu tidak punya pilihan, sekarang di perut putrimu ada milikku. Apakah kamu tidak akan memberi status pada monster kecil itu?" Samudera berkata seakan ia lah yang mempunyai kendali sekarang.Tatapan Vita kembali tajam.'Dia mencoba mengendalikanku ….'"Kenapa aku harus melakukan itu? Berurusan dengan keluarga Kuswara tidak akan memberi keuntungan apapun untukku," tolak Vita, enggan menuruti keinginan Samudera hanya membuatnya mengundang masalah baru yang sangat
Suara Vita sebelumnya memang tegas dan menggelar, tapi raut wajahnya menunjukkan ketenangan yang bermartabat seorang wanita yang tidak mudah ditaklukkan. Matanya menatap tajam ke arah putrinya yang saat ini mematung di samping laki-laki yang mengenakan pakaian rumahan. Sudah bisa menebak jika selama ia pergi ternyata Vella menyimpan bandit kecil di kamarnya. Vella terlihat gugup dan terkejut, tapi Samudera masih bersikap biasa saja, hanya sedikit menyayangkan pertemuan pertamanya dengan mama mertua harus dengan cara seperti ini. Binar mata Vita yang jernih menyapu Samudera yang belum membuka suara, aura ketenangan yang tidak mengancam dapat ia lihat dari sorot mata simpanan putrinya itu. Vita enggan mengakui jika Samudera adalah suaminya Vella. "Aku yang menyuruhnya tinggal di sini. Mama tidak boleh mengusirnya," ucap Vella sedikit bergeser ke depan Samudera. Seolah ingin menjadi tameng jika mamanya hendak menyeret Samudera keluar dari kamarnya. Vita mendengkus dingin, putrinya