"Aku sudah memperlihatkan rumah kita padamu, apa kau masih tak ingin pindah?" tanya Raka, memasuki kamar dengan buket bunga Edelweis–bunga kesukaan istrinya. Alana yang sedang membaca buku, reflek mendongak pada Raka. Dia cukup kaget karena suaminya baru pulang dan Raka langsung menanyakan perihal rumah padanya. Akan tetapi, dia lebih terkejut saat melihat bunga yang Raka bawa. Apa untuknya? "Ini." Raka memberikan bunga tersebut pada Alana, setelah itu langsung mengacak pucuk kepala istrinya dengan penuh kasih sayang. "Kau semakin cantik. Bunga yang kubawa bahkan langsung layu setelah berhadapan dengan kecantikan mu." Alana menaikan kedua alias, menggembungkan pipi sedikit karena salah tingkah oleh ucapan Raka. Tadi pagi pria ini menawarkan roti sobek diperutnya sekarang … menggombal? Ya Tuhan, jantung Alana tidak kuat. "Bu-bunganya cantik. Tidak layu sama sekali," jawab Alana. "Mengenai rumah, kita harus kembali bicarakan dengan Tuan Lucas, Raka. Dan … aku memang tidak tega menin
"A-aku minta maaf …." Seorang perempuan yang sudah babak belur dengan penuh darah yang keluar dari pipi, memohon terus pada sosok pria mengerikan di hadapannya. "A-- aku hanya ingin kam-kamu sadar, Zein. Zahra tidak pantas untukmu. Ka-karena dia sudah disentuh oleh …-" Plak'Sebelum ucapannya selesai, Zein lebih dulu melayangkan tamparan kuat pada pipi perempuan itu. Deana yang awalnya bertekuk lutut di hadapannya, terhempas kasar pada lantai. "Jaga ucapanmu, Sialan." Zein mengangkat kaki lalu menginjak kepala Deana–tanpa belas kasih sedikitpun. "Wanita yang sedang kau coba rendahkan adalah istri dari seorang Zein Melviano, wanita terhormat," geram Zein, semakin memperkuat tekanan pada kakinya yang menginjak kepala Deana. "Argkkk …." Perempuan itu hanya bisa berteriak dan menjerit, menarik kaki Zein agar menjauh dari kakinya. Pria ini iblis! "Katakan, kau ingin mati seperti apa? Dicincang atau … dimasukkan dalam kandang beruang lapar, Humm?" tanya Zein, menjauhkan kaki dari kepala
'Ka-kamu jahat!' Tut'Rahang Raka mengatup, langsung menjauhkan telepon dari telinga setelah sambungan terputus. Di sisi lain, melihat kemarahan suaminya, Alana berdiri dari ranjang, reflek menatap takut serta gugup. Dia mendengar ucapan Enda karena volume suara yang mungkin kuat. Anak perempuan itu meninggal dunia karena terlambat mendapatkan donor darah. Alana mendadak gelisah, semakin gugup ketika Raka menatapnya–masih dengan raut marah. Apakah Raka akan memarahinya? Karena sejak tadi Enda sudah menghubungi, Alana yang tak cepat menyerahkan HP pada Raka. "Aku …-" Alana bergerak tak nyaman, mencengkeram pinggiran dress tidur yang ia kenakan saat Raka menghampirinya. "Wanita itu sudah gila." Raka tiba-tiba berkata, meletakkan HP kembali ke atas nakas. "Anaknya yang mati, kenapa aku yang disalahkan? Cuih, dia pikir dia siapa?!" geram Raka, duduk pinggir ranjang–masih dengan raut muka marah. 'Ya Tuhan. Kupikir Raka marah padaku karena terlambat memberikan HP-nya. Ternyata dia mar
"Bukan hanya mencemarkan nama baikku, tetapi kamu juga membunuh putraku!" Wira Prasyogi–mantan suami Enda, begitu murka. Dia baru beberapa minggu ini kembali ke negara ini untuk mencari Enda yang melarikan anak-anaknya. Tak menyangka jika Enda telah mencemarkan nama baiknya dihadapan keluarga Melviano dan beberapa petinggi lain. Wira hampir tak ada muka, dituduh selingkuh serta menelantarkan anak istrinya. Padahal dia bercerai dengan Enda karena perempuan ini yang meminta, entah karena alasan apa. Wira awalnya tak membiarkan karena dia mencintai Enda. Akan tetapi Enda mulai bersikap dingin padanya dan kerap kali menyiksa anak-anak mereka. Enda juga berselingkuh dengan sekretarisnya. Hingga pada akhirnya Wira putus asa dan berakhir menceraikan Enda. Hak asuh jatuh padanya akan tetapi Enda membawa kabur kedua anaknya. Wira terus mencari dan beberapa hari yang lalu dia tahu Enda di negara ini. Itupun karena dihubungi oleh Raka, memakinya karena tuduhan Enda yang mengatakan jika dia ta
--21 tahun kemudian--Seorang pria dengan wajah tampan terlihat memasang raut muka dingin, menatap kakeknya intens. Orang tuanya juga ada di sana, akan tetapi tak ada yang bisa menghentikan keinginan kakeknya. Nail Leonardo Melviano, pria dengan wajah rupawan dan mempesona tersebut saat ini tengah diselimuti kekesalan. Nail seorang Melviano sejati, dia sulit ditundukkan dan hidupnya miliknya. Dia sangat tak suka diatur ataupun dipaksa. Tetapi hari ini, kakeknya–Lucas Yudistia, memaksanya untuk segera menikah. Jika tidak, Nail tak diperbolehkan menjadi ahli waris. Bahkan untuk mendapatkan Krystal'Royal pun, Nail dihalangi. "Kakek hanya ingin menimang cucu buyut sebelum Kakek tiada. Kakek menginginkan anak laki-laki, berharap berjumpa dengan pewaris generasi ketujuh Yudistia, sebelum Kakek tiada," ucap Lucas dengan nada bergetar dan lemah. Tubuhnya sudah bungkuk dan tak sekuat dahulu. Hidupnya mungkin tak lama lagi. Zahra adalah pewaris kelima Yudistia, yang saat ini kembali memimp
Syakila tersentak dan mendadak menciut karena bentakan kakaknya yang mengelegar. Syakila tahu pria dewasa dihadapannya ini teramat sangat mencintainya, jadi semarah apapun Nail padanya Nail tak akan memukulnya. Namun, tetap saja Syakila takut saat Nail marah. Kakaknya mengerikan apabila mengamuk! "Ma-maaf," cicit Syakila dengan menundukkan kepala. Nail berdecak marah kemudian kembali melanjutkan langkah. Namun, tiba-tiba saja …-Bruk' Terdengar suara benda jatuh. "Hueeek …." Disusul suara muntahan. Nail menoleh ke arah adiknya, melihat jika Syakila sudah berjongkok dan muntah. "Oh shit!" umpat Nail pelan, buru-buru menghampiri sang adik. "A-asam lambungku naik, Kak Nail. Maghku kambuh," ucap Syakila dengan suara lemah, mata terlihat sudah berair dan wajah gelisah. "Kakak akan membawamu ke kamar," ucap Nail, berniat meraih tubuh adiknya untuk digendong. Akan tetapi Syakila menolak. "A-aku bisa semakin mual kalau digendong. Kepalaku sakit sekali, berputar. O-obatku ada dikama
Entah apa yang Nail pikirkan tetapi dia sungguh menikahi Agatha–gadis yang masih bisa dikatakan remaja tersebut. Zahra dan Zein setuju karena menghargai keputusan Nail. Sedangkan Lucas, sebenarnya dia tak setuju dengan pilihan Nail karena dia ingin Nail menikah dengan Stella–sekretaris Nail. Namun, dia tak bisa membantah karena Nail hanya mau menikahi Agatha. Daripada cucunya sama sekali tak menikah, jadilah Lucas membiarkan. "Beristirahatlah." Nail berkata seperlunya pada Agatha. Setelah menikahi perempuan itu, Nail memilih memisah dengan orangtuanya. Dia membawa Agatha ke rumah sendiri dengan tujuan agar Agatha tak diusik oleh kakeknya ataupun kerabat lain. "Persiapkan dirimu untuk nanti malam." "Hah?" Agatha bengong, menatap Nail dengan ekspresi melongo. "Ada apa dengan nanti malam, Mon Tresor?" tanya Agatha bingung."Tugasmu," ucap Nail singkat lalu segera keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Agatha yang masih bingung.Tugas? Mata Agatha seketika membelalak. Astaga! Dia se
---Enam tahun kemudian--- "Aku tidak bisa kembali ke negara itu, Pak Sandi. Kamu tahu kan aku bermasalah dengan seorang penguasa di sana," ucap Agatha pada bos sekaligus temannya. Enam tahun sudah berlalu, Agatha memilih kabur dengan membawa sejumlah uang Nail. Dia juga meninggalkan surat cerai di kamarnya, sebelum dia melarikan diri ke negara ini. Nail adalah suami yang baik. Setelah malam itu, di mana Nail menyentuhnya, Nail menunjukkan perhatian pada Agatha. Bahkan dia berterimakasih pada Agatha. Sungguh Agatha jatuh cinta pada sosok Nail saat itu juga. Satu bulan setelah itu, Agatha dinyatakan hamil. Nail semakin menunjukkan perhatian dan kepedulian padanya. Namun, satu yang tak Agatha pahami. Nail tidak membolehkan Agatha keluar dari rumah. Dia juga tak diperbolehkan menemui ataupun ditemui oleh keluarga Nail sendiri. Nail mengatakan dia ingin menjaga dan melindungi Agatha dari keluarganya. Akan tetapi Agatha tetap curiga. Hari-harinya dimanja oleh Nail. Agatha berhasil