--21 tahun kemudian--Seorang pria dengan wajah tampan terlihat memasang raut muka dingin, menatap kakeknya intens. Orang tuanya juga ada di sana, akan tetapi tak ada yang bisa menghentikan keinginan kakeknya. Nail Leonardo Melviano, pria dengan wajah rupawan dan mempesona tersebut saat ini tengah diselimuti kekesalan. Nail seorang Melviano sejati, dia sulit ditundukkan dan hidupnya miliknya. Dia sangat tak suka diatur ataupun dipaksa. Tetapi hari ini, kakeknya–Lucas Yudistia, memaksanya untuk segera menikah. Jika tidak, Nail tak diperbolehkan menjadi ahli waris. Bahkan untuk mendapatkan Krystal'Royal pun, Nail dihalangi. "Kakek hanya ingin menimang cucu buyut sebelum Kakek tiada. Kakek menginginkan anak laki-laki, berharap berjumpa dengan pewaris generasi ketujuh Yudistia, sebelum Kakek tiada," ucap Lucas dengan nada bergetar dan lemah. Tubuhnya sudah bungkuk dan tak sekuat dahulu. Hidupnya mungkin tak lama lagi. Zahra adalah pewaris kelima Yudistia, yang saat ini kembali memimp
Syakila tersentak dan mendadak menciut karena bentakan kakaknya yang mengelegar. Syakila tahu pria dewasa dihadapannya ini teramat sangat mencintainya, jadi semarah apapun Nail padanya Nail tak akan memukulnya. Namun, tetap saja Syakila takut saat Nail marah. Kakaknya mengerikan apabila mengamuk! "Ma-maaf," cicit Syakila dengan menundukkan kepala. Nail berdecak marah kemudian kembali melanjutkan langkah. Namun, tiba-tiba saja …-Bruk' Terdengar suara benda jatuh. "Hueeek …." Disusul suara muntahan. Nail menoleh ke arah adiknya, melihat jika Syakila sudah berjongkok dan muntah. "Oh shit!" umpat Nail pelan, buru-buru menghampiri sang adik. "A-asam lambungku naik, Kak Nail. Maghku kambuh," ucap Syakila dengan suara lemah, mata terlihat sudah berair dan wajah gelisah. "Kakak akan membawamu ke kamar," ucap Nail, berniat meraih tubuh adiknya untuk digendong. Akan tetapi Syakila menolak. "A-aku bisa semakin mual kalau digendong. Kepalaku sakit sekali, berputar. O-obatku ada dikama
Entah apa yang Nail pikirkan tetapi dia sungguh menikahi Agatha–gadis yang masih bisa dikatakan remaja tersebut. Zahra dan Zein setuju karena menghargai keputusan Nail. Sedangkan Lucas, sebenarnya dia tak setuju dengan pilihan Nail karena dia ingin Nail menikah dengan Stella–sekretaris Nail. Namun, dia tak bisa membantah karena Nail hanya mau menikahi Agatha. Daripada cucunya sama sekali tak menikah, jadilah Lucas membiarkan. "Beristirahatlah." Nail berkata seperlunya pada Agatha. Setelah menikahi perempuan itu, Nail memilih memisah dengan orangtuanya. Dia membawa Agatha ke rumah sendiri dengan tujuan agar Agatha tak diusik oleh kakeknya ataupun kerabat lain. "Persiapkan dirimu untuk nanti malam." "Hah?" Agatha bengong, menatap Nail dengan ekspresi melongo. "Ada apa dengan nanti malam, Mon Tresor?" tanya Agatha bingung."Tugasmu," ucap Nail singkat lalu segera keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Agatha yang masih bingung.Tugas? Mata Agatha seketika membelalak. Astaga! Dia se
---Enam tahun kemudian--- "Aku tidak bisa kembali ke negara itu, Pak Sandi. Kamu tahu kan aku bermasalah dengan seorang penguasa di sana," ucap Agatha pada bos sekaligus temannya. Enam tahun sudah berlalu, Agatha memilih kabur dengan membawa sejumlah uang Nail. Dia juga meninggalkan surat cerai di kamarnya, sebelum dia melarikan diri ke negara ini. Nail adalah suami yang baik. Setelah malam itu, di mana Nail menyentuhnya, Nail menunjukkan perhatian pada Agatha. Bahkan dia berterimakasih pada Agatha. Sungguh Agatha jatuh cinta pada sosok Nail saat itu juga. Satu bulan setelah itu, Agatha dinyatakan hamil. Nail semakin menunjukkan perhatian dan kepedulian padanya. Namun, satu yang tak Agatha pahami. Nail tidak membolehkan Agatha keluar dari rumah. Dia juga tak diperbolehkan menemui ataupun ditemui oleh keluarga Nail sendiri. Nail mengatakan dia ingin menjaga dan melindungi Agatha dari keluarganya. Akan tetapi Agatha tetap curiga. Hari-harinya dimanja oleh Nail. Agatha berhasil
Bug' Tubuh Agatha dilempar kasar oleh Nail ke atas ranjang. Setelah itu, dia langsung mengambil tempat di atas Agatha. "Lima tahun kau meninggalkanku dan putra kita, Tata," ucap Nail dengan nada serak dan berat, membelai wajah Agatha dengan gerakan lembut akan tetapi erotis secara bersamaan. Maniknya menghunus dalam, berkabut gairah dan hasrat. Gerakan-gerakan pemberontakan yang Agatha berikan kian membakar dirinya, membuatnya semakin menginginkan Agatha. Feromon Agatha menguar dan pekat, menguat Nail semakin sulit mengendalikan diri. "Seandainya aku tak memancingmu datang, mungkin kau tidak berniat kembali," lanjut Nail, mendekatkan wajah pada Agatha. "Ck." Agatha berdecak kesal. Sejujurnya itu ia lakukan untuk menutupi perasaan gugup yang melanda dirinya. "Berhenti bersikap sok mencintaiku, berhenti bersikap lembut. Kau pria jahat! Aku sangat membenci-- hummfff!" Ucapan Agatha seketika berhenti karena Nail tiba-tiba meraup bibirnya. Agatha berusaha keras mendorong dan menolak,
Zahra Aurelia menghela napas sebab tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Saat ini dia sedang sibuk menyusun agenda dari sang CEO di perusahaannya bekerja, tak lain adalah suaminya sendiri–Zein Melviano Adam. Dia sekretaris Zein, sudah tujuh tahun bekerja dengan perusahaan ini. Akhir akhir ini Zahra kurang fokus pada pekerjaannya sebab mantan dari suaminya yang sangat dicintai telah kembali. Sekarang wanita tersebut berada di ruangan Zein–suaminya. Harusnya mereka membicarakan proyek kerja sama tetapi sejak tadi mereka terlihat bercanda dan terus tertawa riang. Zahra bisa melihat cukup jelas sebab ruangannya dan Zein dipisah oleh dinding kaca transparan. Melihat Zein yang hangat pada Belle (mantan Zein) itu membuat Zahra sakit hati. Zahra cemburu! Akan tetapi Zahra bisa apa? Sejak dulu, bahkan sebelum mereka menikah, Zein memang telah mencintai Belle. Pernikahannya dan Zein, tiga tahun yang lalu, juga terjadi karena kesalahan satu malam. Dia dan Zein tidak sengaja melakukan one nigh
"Jadi begitukah aku di matamu, Pak? Hanya robot pekerja? Aku tidak berharga sebagai i-istri?"Zein melayangkan tatapan tajam ke arah Zahra, mendekat dengan mengatupkan rahang secara kuat. "Kau berharap apa, Humm? Mencintaimu? Kau adalah perempuan licik dan busuk. Karena jebakan mu tiga tahun yang lalu, Kakekku memaksa untuk menikahiku dan sekarang aku terjebak dengan perempuan busuk sepertimu," ucap Zein, berdesis marah dengan tatapan menjatuhkan pada Zahra. Zahra membatu di tempat, kali ini membiarkan air matanya jatuh. Dia tidak bisa membendung, perkataan Zein sangat menyakitkan. Sedangkan Zein, setelan mengatakan itu, dia langsung pergi–menggenggam tangan Belle secara mesra. Zahra tertunduk sedih, semakin sakit hati ketika melihat Zein pergi dengan menggenggam mesra tangan Belle. "Aku tidak menyangka jika kamu masih menganggapku menjebak mu. Setelah apa yang kulakukan tiga tahun ini sebagai istri, ternyata sama sekali tak membuatmu luluh, Pak," gumam Zahra, menangis sedih seba
Zahra sekarang di pemakaman neneknya, memeluk boneka yang pernah neneknya jahitkan untuknya saat dia kecil dahulu. Zahra menjatuhkan tubuhnya, bersimpuh di kuburan neneknya. Air matanya berlinang dan jatuh dengan deras, terpukul–hancur sebab kehilangan sosok neneknya. Zahra meletakkan bunga kesukaan neneknya di atas kuburan, mengusap batu nisan sang nenek dengan bulir kristal yang berjatuhan. "Terimakasih sudah merawat Zahra dengan baik, Nek. Terimakasih untuk semua cintanya. Dan maaf … maaf jika Zahra belum bisa menjadi cucu yang baik untukmu, Nek," ucap Zahra dengan nada bergetar hebat. Dia kembali menangis, sesenggukan sembari memeluk erat batu nisan neneknya. Tiba-tiba saja sebuah tangan menyentuh pundaknya, Zahra pikir dia adalah Zein. Namun dia salah, dia Raka. Hah, apa yang Zahra harapkan pada Zein? Mungkin sekarang pria itu sedang bahagia dengan kekasihnya, tengah berpesta sebab sebentar lagi akan punya anak dari perempuan yang dia cintai. "Maaf terlambat datang, Zahra. Da