akaaak terima kasih yaa 💓 jangan lupa gems dan tinggalkan komentar 🤗🤗
“LAURA!” teriak Fidel lantang tepat setelah Laura selesai bicara—dengan menyebut bahwa ia sangat ingin menempati ranjang miliknya dan Jake.“Aku sudah bilang padamu kalau aku mabuk makanya datang ke sini,” katanya menolak tegas tuduhan Laura. Suaranya menggema bersaing dengan gemuruh di luar yang tengah menunjukkan akan datangnya badai.“Aku tidak berniat merebut Jake darimu!” lanjut gadis itu dengan dada yang naik turun meluapkan kemarahan. “Aku hanya tidak rela! Bukannya ingin merebut Jake!”“Biar aku ingatkan jika kamu lupa,” tanggap Laura sembari menyingkap selimut yang menutupi kakinya. “Kamu sendirilah yang mengatakan bahwa Jake akan menjadi milikmu malam ini, Fidel.”“Itu karena aku—““Pergilah!” potong Laura setelah ia turun dari ranjang. Meraih tongkat sikunya dan berdiri berseberangan dengan Fidel, dipisahkan oleh tempat tidur di depan mereka. “Aku dengar … Jake tidak mau bertemu denganmu lagi,” lanjut Laura mencoba menjaga nada bicaranya agar tidak gemetar. “Jadi sebelum J
Tak ada jawaban yang bisa diberikan oleh Laura. Hanya batinnya yang berulang kali bertanya, ‘Tidur … dengannya dia bilang?’Maniknya menatap Jake yang berdiri di hadapannya dengan senyum yang tampak manis dari kedua sudut bibirnya.Karena terus termangu, Jake yang memandang adanya kegugupan yang tumbuh di dalam mata Laura akhirnya memperjelas apa yang sebenarnya ingin ia lakukan.“Hanya tidur saja, Laura,” kata Jake. “Bukan tidur dengan tambahan yang lainnya,” lanjutnya kemudian tertawa lirih.Tawa itu seperti sengaja menggodanya, seolah Jake tahu diamnya Laura itu karena angannya tengah memikirkan ‘tidur’ yang … biasa dilakukan oleh orang dewasa.Debar jantungnya membuncah, memompa darah hingga berpindah pusat ke wajahnya yang pasti merona merah. Laura menyentuh pipinya yang terasa panas, sepanas potongan kenangan akan ia dan Jake yang pernah ….“B-b-baiklah,” jawab Laura terbata-bata. Tak ingin menolaknya, mengingat wajah cemas Jake beberapa saat yang lalu membuatnya setuju untuk t
Meski Laura tahu tak ada yang salah jika mereka berpelukan karena memang mereka masih pasangan suami istri yang sah, tapi ....“S-sebaiknya k-kita tidur sendiri-sendiri,” jawab Laura gugup. “T-tidak perlu b-berpelukan,” lanjutnya kembali terbata-bata yang tampak sangat manis di mata Jake.Laura memalingkan wajahnya, menghindari manik mata Jake yang menguncinya dengan memiringkan tubuhnya ke arah yang lain.Saat ia hampir saja menunjukkan punggungnya pada Jake, hal itu gagal ia lakukan karena pria itu meraih pergelangan tangannya dengan cepat.“Laura,” panggil Jake lirih.“Ya?”“Kalau hanya berpegangan tangan, boleh?” pinta Jake setelah tawaran memeluk Laura saat tidur mendapatkan penolakan.Melihat matanya yang berbinar seperti membuat Laura tersihir. Aneh sekali … sejak kapan bibir Jake yang selalu seperti mata pisau nan tajam itu bisa mengatakan sesuatu dengan tutur selembut itu?Daripada banyak berdebat, dan karena memang Laura sedikit pusing setelah terjaga akibat kedatangan Fidel
“Kamu harus mengambil Laura dari Jake karena Laura pasti akan saaangat bahagia jika dia mendapatkan suami sebaik kamu,” kata Fidel memperjelas. Yang bisa ditangkap oleh Zafran bahwa permintaan Fidel itu agar Jake—yang ia anggap sejak awal sebagai miliknya—bisa jatuh ke pelukannya. “Tidak mau,” tolak Zafran tanpa pikir panjang. Ia bersedekap memandang Fidel yang memutar sepasang bola matanya dengan malas. “Aku tidak mau ikut campur urusan itu,” lanjutnya. “Dan sebaiknya kamu berhenti, Fidel!” “Jangan munafik, Zaf!” kata Fidel lalu tertawa lirih. “Aku tahu kamu bersikap sok tegar seperti ini padahal sebenarnya kamu juga sangat ingin merebut Laura, ‘kan?” ejeknya penuh dengan kemenangan. “Aku tahu dengan hanya melihat tatapanmu pada Laura, Zaf. Kamu jatuh cinta padanya.” Zafran hanya mendengus, suaranya yang dalam terdengar enggan saat mengatakan, “Kamu terlalu sibuk dengan orang lain, Fi,” ujarnya. “Daripada melakukan itu sebaiknya kamu memperbaiki dirimu saja.” “Apa yang harus ak
Laura menghindari tatapan Jake yang mengarah lurus padanya, “Jangan bicara terlalu manis karena itu memperburuk komplikasiku,” katanya yang membuat Jake yang mendengarnya tertawa lirih.Jake senang karena sekarang Laura telah sepenuhnya menerima dirinya dan tidak ada kebencian atas kondisinya yang memang sedang sakit.“Kamu tahu apa yang aku sukai saat kamu mengatakan itu, Laura?” tanya Jake setelah Laura kembali memandangnya.“Apa?” tanya Laura balik.“Dengan menjadikan sakitmu ini sebagai sebuah candaan, artinya kamu bisa menemukan kebahagiaan dalam penderitaan,” jawabnya.“Tapi bukankah aku selalu menemukan kebahagiaanku dalam penderitaan meski pun itu kecil?” Laura mengatakannya dengan tenang, yang Jake sadar itu adalah sebuah sindiran untuknya.Laura menyebut ‘penderitaan’ itu merujuk pada hidupnya selama dua tahun bersama dengan Jake, ia yakin itu.“Iya baiklah kamu benar …” aku Jake. “Maksudku, dengan begini aku harap kamu akan terus percaya bahwa kamu akan cepat sembuh nanti.”
Satu inci lagi, Jake akan menggapai ranum manisnya bibir Laura. Tetapi …. Rencana itu gagal sebab ia mendengar ponselnya yang ada di dasbor bergetar. Seperti dipaksa kembali pada kenyataan yang selalu tak seindah harapan, Jake menarik dirinya dari Laura. Menarik wajah, menarik tangannya. Begitu juga dengan Laura yang dengan cepat membuka kedua matanya. Ia berpaling dan membuka kaca di jendela mobil agar ada udara yang masuk dan mendinginkan panasnya atmosfer yang sesaat barusan sengaja menariknya dalam bujuk rayu. Laura bisa mendengar hela napas Jake yang kesal saat ia meraih ponselnya dan menerima panggilan yang membuat benda pipih itu bergetar. “Farren,” sapa Jake dengan suaranya yang dingin. Laura bisa menjumpai ketidaksukaan pria itu saat mengatakan, “Baiklah, terserah apa yang ingin kamu lakukan. Atur saja yang benar!” setelah keheningan, karena sepertinya sekretarisnya itu melaporkan sesuatu kepadanya. Lalu panggilan mereka mati dan Jake meletakkan ponselnya kembali. Saa
Laura ikut tersenyum, “Siapapun itu … aku harap Pak Zafran juga mendapatkan kebahagiaan,” katanya. “Terima kasih untuk sudah datang dan membuatku percaya bahwa masih ada orang baik yang tanpa pamrih menolong di tengah dunia yang kehilangan empati.”“Sama-sama, Laura ….” tanggap Zafran kemudian meraih cangkir teh yang ada di hadapannya yang baru saja dibawa oleh Hani, dan Laura mempersilahkannya untuk meminumnya.Setelah teh yang wangi rosela itu habis, Zafran beranjak bangun dari duduknya. Ia berpamitan pada Laura serta berterima kasih karena sudah bersedia menemuinya.Laura mengantar kepergiannya hingga ke teras, sosoknya yang tampak cantik dapat dilihat oleh Jake yang telah duduk di balik kemudi mobilnya sebelum mengendarainya pergi dari sana.Melihat perubahan yang baik pada diri Laura … Zafran lega. Karena ini artinya Jake menepati janjinya untuk memperbaiki kesalahan yang pernah ia lakukan dan melakukan yang terbaik untuk istri yang pernah ia sia-siakan.Meninggalkan halaman buti
“Apa yang dia lakukan di sana?” gumam Jake samar. Tapi tak mengurangi betapa kesal pria itu sekarang ini. Laura menoleh pada Jake yang tampak memejamkan matanya dengan tak percaya. Sedang ia meremas tongkat siku yang ada di tangannya semakin erat, mencoba bersikap tenang karena kehadiran Fidel di lounge first class tempat ia bersama dengan Jake serta Farren akan duduk itu telah berhasil merusak ketenangannya. Rasanya kebahagiaan akan kalimat Elsa atau haru biru bersama dengan orang-orang yang tadi mengantar kepergiannya sirna dalam waktu kurang dari satu detik. “Aku tidak tahu kalau dia akan ada di sana, Laura,” ucap Jake, menjelaskan sesederhana mungkin untuk meminimalisir kecurigaan yang barangkali memenuhi benak istrinya. “Entah bagaimana caranya perempuan itu bisa ada di sana,” lanjutnya. Jake mengalihkan matanya dari Laura pada Farren saat mengatakan, “Aku tidak mau berurusan dengannya,” ujarnya. “Kamu saja yang mengurusnya, Ren!” “Baik, Tuan Jake.” Pemuda itu menundukkan