Gracia tersenyum tipis. "Mereka juga sudah pernah menempati rumah itu, mana mungkin nggak terbiasa!"Satya tersenyum. "Aku takut dia nggak terbiasa denganku! Sebenarnya, terkadang Clara agak emosian. Kamu nggak tahu seberapa banyaknya aku mengalah padanya."Gracia hanya terdiam. Dia sudah menginap di kantor selama seminggu, sekarang malah harus melihat kemesraan bosnya ini.Satya melepaskan jaketnya dan pulang kerja.....Menjelang malam, jalanan mulai sepi. Ada seorang wanita yang berpakaian terbuka sedang mencari pelanggan dan menawar harga dengan pria .... Penampilannya tampak sangat rendahan.Ini adalah kedua kalinya Satya bertemu dengan Benira. Sama seperti sebelumnya, Benira tampak sangat menyedihkan. Dia mengenakan rok merah murahan dan sedang menawarkan tubuhnya kepada pria. Saat melihat penampilannya, pria itu tampak agak keberatan, tetapi akhirnya mengeluarkan secarik uang kertas berwarna merah.Benira langsung menggandeng lengan pria itu untuk berjalan menuju penginapan mura
Satya terlebih dulu pergi melihat Joe. Cahaya bulan dan bintang bersinar terang. Di dalam kamar bertema lautan, Joe sedang tidur dengan nyenyak. Salah satu tangannya dijulurkan di luar selimut.Satya duduk di samping ranjangnya, lalu meletakkan kembali lengan Joe ke dalam selimut. Dia mengelus wajah putranya dengan lembut. Sambil melihat wajahnya yang imut, Satya merenungkan betapa cepatnya waktu yang berlalu.Dulu, Satya hanya menganggap memiliki anak hanya sebatas untuk meneruskan keturunan. Namun, tumbuh kembang Joe membuatnya lebih memahami konsep kekeluargaan. Kini, Satya sangat mencintai Joe. Dia ingin melihat Joe tumbuh dewasa, menikah, dan memiliki anak ....Joe membalikkan tubuhnya dan bergumam, "Ayah."Seketika, kasih seorang ayah dalam hati Satya langsung meluap. Dia duduk sangat lama sebelum akhirnya meninggalkan kamar itu dan berjalan menuju kamar tamu. Lampu yang remang-remang di kamar tamu menyinari Clara, seolah-olah menyelimutinya dengan lapisan kristal. Kecantikan Cla
Clara mengenakan piama sutra yang lembut. Dia menghampiri dari belakang dan memeluk pinggang Satya perlahan. Clara tidak melontarkan apa-apa. Dia hanya memeluk Satya seperti itu ....Pria itu cukup terkejut. Setelah beberapa saat, dia bertanya dengan nada lembut, "Sudah maafkan aku?"Clara awalnya menggeleng. Kemudian, dia mengangguk seraya berucap, "Sedikit." Satya mengiakan dengan tak acuh. "Um."Jawabannya mungkin terdengar biasa-biasa saja. Hanya saja di tempat yang tidak terlihat oleh Clara, mata hitam Satya diam-diam berkaca-kaca .... Pria itu telah menunggunya di Kota Brata selama empat tahun, tetapi sudah sangat lama menunggu permintaan maafnya diterima.Clara bilang sedikit. Sebenarnya sedikit saja sudah cukup!Clara merasakan getaran ringan di tubuh pria itu. Dia ragu-ragu sejenak, lalu bertanya dengan suara rendah, "Satya, kamu ... nangis?"Konsekuensi dari menyinggung seorang pria adalah dihukum.Sementara itu, Alaia sudah tertidur.Clara dibawa ke ruang ganti. Piama sutra
Usai mengakhiri panggilan dengan Satya, Clara berkeliling sendirian di mal. Sesuai permintaan Satya, dia membelikan kemeja dan dasi untuknya. Wanita itu tidak perlu khawatir soal uang karena Satya telah memberinya sebuah black card ... tanpa batasan pengeluaran.Berhubung waktunya masih cukup, Clara juga membelikan pakaian untuk Joe dan Alaia. Bahkan, Aida juga dibelikan olehnya. Setelah selesai berbelanja, Clara hendak pergi ke restoran yang sudah dipesan oleh Satya. Hanya saja ketika keluar dari lift, dia bertemu dengan seorang kenalan ....Vigo sedang bersama seorang gadis muda. Gadis itu merangkul lengan Vigo dan bersikap manja. Hubungan mesra di antara mereka dapat terlihat dengan mudah.Clara agak terkejut. Bertahun-tahun sudah berlalu. Vigo tidak lagi memiliki penampilan yang anggun seperti sebelumnya. Hanya saja, Clara tidak pernah menyangka bahwa Vigo akan selingkuh. Dilihat dari sikap mereka, sepertinya sudah menjalin hubungan cukup lama.Clara menatap pria itu, sementara Vig
Malik sangat marah dan ingin memukulnya lagi. Surya bertindak sebagai penengah. Dia membujuk Malik dengan lembut dan akhirnya membawa Vigo pergi.Pada malam hari, cahaya di ruang kerja tampak redup.Malik duduk di belakang meja kerja berwarna gelap. Angin menerobos masuk melalui jendela yang sedikit terbuka. Hal ini membuat lampu hias di atas meja bergetar dengan suara dentingan yang lembut dan merdu ....Malik mengambil benda kecil itu. Kemeriahan pada malam kembalinya Clara masih jelas dalam ingatannya, tetapi segalanya sudah berubah sekarang.Malik mendongak, lalu menatap Surya seraya berucap, "Semua ini salah Clara. Dia seharusnya nggak kembali. Dia seharusnya nggak bikin Vigo gelisah lagi!"Surya terkejut mendengarnya. Dia tak kuasa menimpali, "Pak Malik, ini bukan salah Nona Clara."Mata Malik yang sudah tua penuh dengan ketidakpedulian. Dia berkata pelan, "Nggak ada hubungannya dengan dia, tapi sekarang sudah nggak ada pilihan lain. Sekarang, dia sama sekali nggak menganggapku s
Di dalam gudang terbengkalai. Benira diikat di kursi. Mulutnya ditutup rapat dengan lakban sehingga tidak bisa berbicara.Wanita itu tidak bodoh. Begitu Clara masuk, dia tahu apa yang direncanakan oleh si tua bangka itu. Malik pasti ingin memaksa Satya memilih antara dia dan Clara. Jika ini terjadi sebelumnya, Benira yakin Satya akan memilihnya. Namun sekarang, dia yakin bahwa Satya akan memilih Clara."Mm ... mm ...." Benira berusaha keras untuk melepaskan diri.Clara menatapnya, lalu berbicara dengan nada dingin, "Nggak ada gunanya, dia nggak akan membiarkanmu pergi. Mana mungkin kamu bisa melepaskan diri?"Mata Benira membelalak. Dia sangat marah .... Pria tua itu adalah ayah kandung Clara. Kalau ada sesuatu antara Malik dan Clara, kenapa harus sampai menangkap dirinya? Sekalipun Benira berutang pada Clara, dia sudah membayar dengan satu kaki dan rahimnya. Kenapa mereka masih tidak mau melepaskannya?Bawahan Malik mulai mengikat Clara. Meskipun tidak kasar, ikatan mereka sangat erat
Sehebat apa pun Satya dalam bertarung, tidak mungkin dia bisa mengalahkan begitu banyak orang. Apalagi ada Clara dan Benira di sana ....Benira terus menendang lantai beton. Kaki prostetiknya sudah lepas. Dia tampak sangat menyedihkan.Pria berpakaian hitam yang memimpin bersikap sangat sopan. Dia memberi tahu Satya, "Pak Satya, kita nggak punya dendam pribadi. Ini murni cuma urusan bisnis. Kamu hanya bisa membawa pergi salah satu wanita di gudang ini. Aku yakin kamu sudah tahu akhir dari wanita yang nggak dipilih tanpa perlu kujelaskan."Tanpa basa-basi, orang itu langsung memanggil anak buahnya. Di dalam gudang yang terbengkalai ini, diputar sebuah film di ruang terbuka. Ternyata itu adalah adegan Benira sedang diperkosa. Kecabulan pria dan teriakan wanita terdengar. Adegan itu sangat tidak pantas ....Ini adalah penghinaan terbesar dalam hidup Satya. Dia mengepalkan tangannya. Otot-otot wajahnya hampir berkerut, tetapi Satya tetap memaksakan senyum sambil berujar, "Pak Malik benar-b
Malik tidak pernah merasa semarah ini. Saat ini, tatapannya dipenuhi niat membunuh. Sepertinya, Satya tidak memperlihatkan seluruh kemampuannya dulu.Malik bertanya dengan perlahan, "Gimana kalau aku nggak mengizinkan kalian pergi? Gimana kalau aku bilang kalian semua harus tinggal di sini malam ini?"Angin malam berembus, membuat rambut hitam Satya berantakan. Meskipun berdiri di tengah gudang yang bobrok, karismanya tetap terpancar dengan sempurna.Satya menatap mata Malik sembari berkata, "Kalau aku nggak membalas telepon sekretarisku dalam 10 menit, semua mesin fotokopi di Grup Chandra nggak bakal berhenti bekerja. Besok pagi, seluruh kota akan tahu tentang foto ini. Apa kamu sanggup menanggung konsekuensi itu?""Beraninya kamu!" bentak Malik."Kamu boleh mencoba keberanianku. Kamu mendesakku sampai seperti ini dan masih meragukan keberanianku? Aku terlalu sibuk. Kalau nggak, aku pasti sudah menghancurkan seluruh keluargamu malam ini," ujar Satya."Orang sepertiku nggak punya belas