Senyuman Satya menjadi semakin pudar. Dia mengulurkan tangannya untuk membersihkan kaca spion, lalu berkata dengan perlahan, "Nggak masalah kalau kamu membeberkan identitasku. Tiba saatnya nanti, aku akan patahkan dua jarimu."Bella langsung bercucuran keringat dingin ........Setelah meninggalkan Bella, Satya mengendarai mobilnya ke bawah apartemen Clara. Sudah dua hari dia tidak datang dan Clara tidak meneleponnya sama sekali. Sepertinya wanita itu benar-benar tidak memedulikannya.Usai memarkirkan mobilnya, Satya memalingkan badan untuk mengambil foto erotis Vigo. Dia langsung naik ke lantai atas dan menggesek kartu aksesnya untuk masuk.Menjelang malam, cahaya lampu di dalam kamar berpendar dengan lembut. Kedua anak itu sudah tertidur, sedangkan Clara sedang duduk di sofa di samping jendela untuk memilih lukisan di tabletnya .... Belakangan ini ada beberapa pelukis muda yang membuatnya tertarik.Satya masuk ke kamar itu begitu saja. Saat mendongak, Clara menatapnya dengan kaget, "
Pada suatu sore, Clara pergi ke sekolah untuk menjemput Joe pulang. Setelah menjemput Joe dan hendak naik ke mobil untuk pulang, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang tidak asing. "Nona Besar, apa kita bisa bicara sebentar?"Saat berpaling, Clara melihat sekretaris Malik yang bernama Surya. Surya mengenakan setelan jas yang rapi dan penampilannya tampak sangat elegan. Di sampingnya, berdiri dua orang pengawal berjas hitam. Jelas sekali, mereka adalah pengawal pribadi Malik. Mereka juga menyapa Clara dengan "Nona".Clara bisa menduga bahwa mereka datang dengan niat buruk. Oleh karena itu, dia tersenyum sambil berkata, "Aku nggak berani dipanggil seperti itu."Surya membalas dengan nada yang sangat sopan, "Setelah pulang dari luar negeri, Nona belum pernah pulang sekali pun. Pak Malik sudah merindukan putrinya! Kami terpaksa datang untuk mengundang Nona ke kantornya sejenak."Surya menggunakan kata "mengundang". Namun, Clara tahu bahwa dia tidak bisa menolak undangan ini. Kalau tidak, ke
Malik bisa menebak maksud yang tersirat dalam perkataan Clara. Dia hanya tersenyum sinis. "Dia nggak sepenuhnya jahat, berarti aku yang jahat di hatimu? Saat itu, aku benar-benar nggak punya pilihan selain mengirimmu pergi. Aku juga mengira kamu bisa memakluminya .... Sekarang kamu sudah pulang, tapi malah langsung membuat suami istri itu bertengkar hebat. Dia nggak pernah pulang lagi dan ibunya juga jadi sakit karena terlalu emosi."Clara berbalik menanyakan, "Bukankah seharusnya kamu tanyakan hal ini padanya?"Baru saja Malik hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba asistennya telah berada di depan pintu dengan membawakan teh. Dia meletakkan teh itu di hadapan Clara dan berkata, "Nona Clara, silakan."Clara hanya mengangguk, tetapi dia tidak minum teh itu seteguk pun. Malik juga memperhatikan hal ini. Setelah menahan dirinya sejenak, Malik akhirnya mengatakan tujuannya hari ini dan mengumumkan keputusannya kepada Clara."Besok, kamu bawa Joe untuk pindah ke rumah kita. Kelak, kamu tetap
Kedua orang itu berjalan keluar dari gedung. Langit sudah mulai sore, hanya tersisa secercah cahaya di kaki langit. Terdengar suara pecahan barang dari gedung di belakang mereka. Sepertinya Malik marah besar dan mulai membanting benda.Clara menghentikan langkahnya. Satya menoleh dan bertanya padanya, "Nggak tega? Apa kamu menyesali pilihanmu?"Clara menengadahkan kepalanya melihat langit, lalu tersenyum tipis. "Aku hanya merasa, usianya sudah tua. Nggak seharusnya dia marah besar seperti itu."Seandainya dulu Malik mendengarkan Vigo dan tidak marah. Seandainya saja dia membiarkan Clara yang menolak Vigo dulu. Mana mungkin semuanya akan jadi begini sekarang?Memikirkan masa lalu memang selalu membuat orang sedih. Clara menatap Satya dan berkata dengan tenang, "Ayo!"Kedua orang itu masuk ke dalam mobil. Sambil mengenakan sabuk pengaman, Clara bertanya, "Kenapa kamu bisa tahu aku ada di sini?"Satya bercanda, "Aku pasang CCTV di tubuhmu."Clara memandangnya dengan diam. Satya langsung m
Jantung Clara berdebar kencang saat mendekati Satya .... Malam itu, Satya menginap di apartemen Clara. Dia tidur di ruang tamu dengan patuh. Hanya saja, Satya sempat memberi ciuman untuk anaknya sebelum tidur. Selain itu, dia juga sempat mencium Clara dengan mesra.....Keesokan harinya, ada sedikit masalah yang terjadi di perusahaan Satya.Gracia yang datang untuk membantu Clara pindahan. Sebenarnya, benda-benda Clara tidak terlalu banyak. Bagaimanapun, dia baru pulang dari luar negeri tidak lama. Lagi pula, mereka bisa membeli semua keperluannya jika dibutuhkan kelak.Pukul tiga sore, dua unit mobil berwarna hitam masuk ke vila secara bersamaan.Aida sudah menunggu di depan bersama beberapa pelayan lainnya. Saat melihat Clara membawa Joe turun dari mobil, mata Aida langsung berkaca-kaca. Dia melangkah maju dan memanggil dengan perlahan, "Nyonya."Clara tidak mengoreksi panggilannya, melainkan menggenggam tangan Aida dan berkata dengan lembut, "Kamu sudah bekerja keras beberapa tahun
Gracia tersenyum tipis. "Mereka juga sudah pernah menempati rumah itu, mana mungkin nggak terbiasa!"Satya tersenyum. "Aku takut dia nggak terbiasa denganku! Sebenarnya, terkadang Clara agak emosian. Kamu nggak tahu seberapa banyaknya aku mengalah padanya."Gracia hanya terdiam. Dia sudah menginap di kantor selama seminggu, sekarang malah harus melihat kemesraan bosnya ini.Satya melepaskan jaketnya dan pulang kerja.....Menjelang malam, jalanan mulai sepi. Ada seorang wanita yang berpakaian terbuka sedang mencari pelanggan dan menawar harga dengan pria .... Penampilannya tampak sangat rendahan.Ini adalah kedua kalinya Satya bertemu dengan Benira. Sama seperti sebelumnya, Benira tampak sangat menyedihkan. Dia mengenakan rok merah murahan dan sedang menawarkan tubuhnya kepada pria. Saat melihat penampilannya, pria itu tampak agak keberatan, tetapi akhirnya mengeluarkan secarik uang kertas berwarna merah.Benira langsung menggandeng lengan pria itu untuk berjalan menuju penginapan mura
Satya terlebih dulu pergi melihat Joe. Cahaya bulan dan bintang bersinar terang. Di dalam kamar bertema lautan, Joe sedang tidur dengan nyenyak. Salah satu tangannya dijulurkan di luar selimut.Satya duduk di samping ranjangnya, lalu meletakkan kembali lengan Joe ke dalam selimut. Dia mengelus wajah putranya dengan lembut. Sambil melihat wajahnya yang imut, Satya merenungkan betapa cepatnya waktu yang berlalu.Dulu, Satya hanya menganggap memiliki anak hanya sebatas untuk meneruskan keturunan. Namun, tumbuh kembang Joe membuatnya lebih memahami konsep kekeluargaan. Kini, Satya sangat mencintai Joe. Dia ingin melihat Joe tumbuh dewasa, menikah, dan memiliki anak ....Joe membalikkan tubuhnya dan bergumam, "Ayah."Seketika, kasih seorang ayah dalam hati Satya langsung meluap. Dia duduk sangat lama sebelum akhirnya meninggalkan kamar itu dan berjalan menuju kamar tamu. Lampu yang remang-remang di kamar tamu menyinari Clara, seolah-olah menyelimutinya dengan lapisan kristal. Kecantikan Cla
Clara mengenakan piama sutra yang lembut. Dia menghampiri dari belakang dan memeluk pinggang Satya perlahan. Clara tidak melontarkan apa-apa. Dia hanya memeluk Satya seperti itu ....Pria itu cukup terkejut. Setelah beberapa saat, dia bertanya dengan nada lembut, "Sudah maafkan aku?"Clara awalnya menggeleng. Kemudian, dia mengangguk seraya berucap, "Sedikit." Satya mengiakan dengan tak acuh. "Um."Jawabannya mungkin terdengar biasa-biasa saja. Hanya saja di tempat yang tidak terlihat oleh Clara, mata hitam Satya diam-diam berkaca-kaca .... Pria itu telah menunggunya di Kota Brata selama empat tahun, tetapi sudah sangat lama menunggu permintaan maafnya diterima.Clara bilang sedikit. Sebenarnya sedikit saja sudah cukup!Clara merasakan getaran ringan di tubuh pria itu. Dia ragu-ragu sejenak, lalu bertanya dengan suara rendah, "Satya, kamu ... nangis?"Konsekuensi dari menyinggung seorang pria adalah dihukum.Sementara itu, Alaia sudah tertidur.Clara dibawa ke ruang ganti. Piama sutra