"Satya, apa yang kamu lakukan?" tanya Clara. Satya menahan tubuh Clara di meja wastafel. Suara air mendidih menutupi suara desahan Clara.Satya tidak bisa mengendalikan dirinya lagi setelah membelai pinggang Clara yang ramping. Dia memasukkan tangannya ke dalam gaun bordir Clara. Kulit Clara sangat lembut sehingga Satya sangat menikmatinya. Di dalam dapur yang sempit, terdengar suara napas Satya. Dia berusaha menahan hasratnya yang menggebu-gebu.Hanya dengan membelai tubuh Clara, Satya sudah merasa puas dan ketagihan. Dia membalikkan tubuh Clara dan tubuh mereka saling menempel. Satya dan Clara sama-sama tidak berhubungan intim selama 4 tahun. Jadi, mana mungkin sekarang mereka tidak berhasrat?Satya melumat bibir Clara dan mereka berciuman dengan intens. Tubuh Clara gemetaran dan dia merasa malu. Clara ingat sekarang Satya sudah memiliki kekasih. Satya menempelkan bibirnya di telinga Clara dan menggodanya, "Clara, aku yakin kamu nggak mungkin melupakan rasanya saat kita bersama sebel
Clara menoleh ke samping. Dia perlahan melepaskan tangannya yang memegang lengan Satya. Suara Clara terdengar sangat lembut ketika berucap, "Nggak, aku nggak menyukaimu. Satya ... kamu berpikir terlalu banyak."Satya tidak marah. Dia adalah pria dewasa sehingga tahu bahwa wanita sering kali berkata tidak sesuai dengan isi hati mereka. Tanpa malu, dia menyentuh Clara lagi sambil berbicara dengan lembut, "Aku akan segera mengurusnya dan kembali lagi nanti pagi."Clara tidak menjawab. Tampaknya urusannya benar-benar mendesak.Satya mengambil mantelnya dan bergegas pergi. Saat dia turun, sopirnya sudah menunggu. Di samping mobil Rolls Rayce yang mengilap, ada sebuah mobil lokal hitam.Menjelang dini hari, Vigo tampak duduk di dalam mobil. Dia diam-diam mengisap sebatang rokok. Asap tipis dari rokoknya disingkirkan oleh angin malam. Hal ini membuat wajah Vigo menjadi kabur. Dia tidak lagi tenang dan terlihat baik seperti dulu. Sikapnya sangat berbeda sekarang.Langkah Satya melambat. Setela
Ternyata istri Vigo ....Clara terdiam sejenak, lalu berucap pelan, "Biarkan dia masuk."Di pintu, terdengar suara sepatu hak tinggi. Renata datang dengan persiapan matang. Dia membawa dua sekretaris wanita. Jelas, dia berniat menunjukkan statusnya untuk menekan Clara.Di sisi lain, Clara tentu memahami maksudnya. Dia memberikan pena di tangannya kepada Alaia sambil berbicara dengan lembut, "Kamu gambar sendiri dulu, ya. Ibu ada sedikit urusan."Alaia tampak mengangguk, lalu menjawab, "Aku akan jadi anak baik."Clara tersenyum. Dia benar-benar menyukai Alaia. Wanita itu pun menciumnya.Pemandangan penuh kasih sayang antara ibu dan anak ini membuat Renata sedih. Dia mengira bahwa wanita yang membuat Vigo tergila-gila ini pasti punya hubungan gelap dengan suaminya. Namun di mata Clara, sama sekali tidak ada Vigo. Dia malah melihat putri Satya dengan penuh kelembutan.Renata tidak bisa menerima hal ini. Dia menyuruh sekretarisnya keluar. Setelah tidak ada orang lain di kantor, dia memberi
Wajah Vigo yang biasanya anggun, kini penuh dengan keterkejutan.Clara khawatir dia tidak mengerti sehingga sengaja mengulangi, "Empat tahun lalu, aku sudah putuskan semua hubungan sama Keluarga Sadali ketika meninggalkan rumah!"Setelah mendengar ini, Vigo langsung kehilangan akal. Dia mengabaikan istrinya yang berada di sampingnya.Sebaliknya, Vigo menatap mata Clara seraya bertanya dengan suara gemetar, "Gimana bisa putuskan semua hubungan? Clara, aku tanya padamu gimana caranya? Darahmu masih mengalir di tubuhku. Darah yang mengalir di tubuhmu adalah darahnya Kakek. Putramu Joe juga memiliki darah Keluarga Sadali .... Coba katakan, gimana kamu bisa putuskan semua hubungan?"Clara bukan lagi gadis muda. Jika dulu, mungkin dia akan marah. Clara akan merasa hidup ini tidak adil. Namun, sekarang dia sudah menjadi seorang wanita dewasa. Dia tahu bahwa takdir memang tidak pernah adil. Vigo adalah cucu Keluarga Sadali. Dia adalah seseorang yang dipersiapkan oleh Malik dengan sepenuh hati
Ketika meninggalkan galeri, mata Vigo tampak berlinang air mata.....Malam itu, Clara sedang memeriksa PR Joe.Alaia sudah mandi. Dia mengenakan piama sapi kecil, lalu duduk di ranjang ibunya. Dia sedang menelepon ayahnya. Alaia mengadu dengan suara lembut, "Hari ini, ada Bibi yang sangat marah datang mencari Ibu. Dia bahkan bertengkar sama Ibu. Dia bilang akan memberi Ibu uang 100 miliar untuk meninggalkanku. Dia bahkan ingin membawa aku dan Kak Joe pergi ...."Alaia melanjutkan dengan sedih, "'Aku nggak mau dibawa pergi. Aku mau sama Ibu."....Di sisi lain, Satya sedang berada di Kota Handa. Dia hampir menyelesaikan masalah antara Bianka dan putra Keluarga Cahyadi, tetapi masih ada beberapa hal kecil yang perlu diurusnya.Di sebuah hotel bintang enam di Kota Handa, di dekat jendela kaca.Satya mengendurkan dasi sambil menghibur Alaia, "Ada Ayah di sisimu, kamu nggak bakal dibawa pergi."Alaia merangkak masuk ke dalam selimut kecil. Dia berucap dengan manja, "Aku kangen Ayah."Satya
Pada hari Jumat, Clara memiliki janji temu dengan Yuna. Dia datang pada pukul 7 malam sesuai janji. Namun di depan pintu ruangan VIP, dia malah melihat seseorang yang dikenalnya .... Satya dan Bianka.Setelah seminggu tidak bertemu, Bianka tampak lebih kurus. Dia duduk manis di samping Satya dengan ekspresi patuh. Satya menggenggam pundak wanita itu sambil asyik berbincang dengan Randy .... Ketika melihat Bianka, Randy memanggilnya "adik ipar" sambil tersenyum lebar.Begitu Clara masuk, belasan orang di sana terdiam. Yuna menyikut suaminya sambil berucap, "Dia barulah adik ipar yang sebenarnya!"Suasana menjadi sangat tegang. Clara tidak mundur. Dia duduk di samping Yuna dengan percaya diri, lalu berucap, "Aku dan Satya sudah cerai empat tahun lalu. Ke depannya, kami nggak akan saling mencampuri hubungan satu sama lain."Malam ini, Satya yang mentraktir. Bianka terlibat dengan Keluarga Cahyadi. Situasinya sekarang tidak jauh berbeda dari Sania pada masa lalu. Di acara makan malam yang
Suasana di mobil hening sejenak. Clara akhirnya memulai pembicaraan dengan bertanya, "Untuk apa kamu berbohong tentang Bianka?"Satya menoleh memandang Clara, lalu membalas dengan datar, "Bukannya kamu juga memanfaatkan pria lain untuk membuatku kesal? Apa kamu berani mengatakan bahwa pria itu benar-benar pacarmu?"Clara menginjak pedal gas dan menjawab, "Pria itu Roy. Kamu juga mengenalnya. Dia banyak membantuku saat berada di Luzano. Setelah aku kembali, kami tetap berhubungan."Satya adalah pria yang sensitif. Clara biasanya tidak suka menjelaskan, tetapi dia mengatakan begitu banyak tentang Roy. Ini menunjukkan satu hal ....Satya bertanya, "Dia pernah mengejarmu. Apa kamu jatuh cinta padanya?"Clara tidak menyangkalnya. Dia mengemudi sambil memperhatikan langit malam di luar, lalu menyahut dengan pelan, "Dia menjagaku di luar negeri. Apalagi, kami juga sama-sama sudah bercerai. Sangat mudah untuk memiliki rasa simpati satu sama lain. Aku pernah jatuh cinta padanya dan berpikir unt
Mendengar ini, Satya langsung mengakhiri panggilan. Dia mengambil kunci mobil dari tangan Clara, lalu berujar dengan cemas, "Joe ada di rumah sakit. Kita ke sana sekarang."Clara tidak bertanya dan hanya mengikuti Satya. Saat ini, Benira atau Bianka sudah tidak penting lagi. Putranya yang menjadi prioritas utama. Satya bahkan lupa bahwa dirinya telah minum alkohol. Dia menyalakan mobil dan duduk di kursi kemudi. Clara juga masuk ke mobil.Setelah mengencangkan sabuk pengaman, Satya menghubungi Malik. Dia tidak menyapanya dengan sebutan Pak Malik, melainkan langsung memanggil namanya. "Malik, kalau sampai Joe kenapa-napa, aku akan membuat perhitungan dengan Keluarga Sadali," ancam Satya.Di ujung telepon, Malik hanya diam.Satya melemparkan ponselnya, lalu menginjak pedal gas melajukan mobil BMV menuju rumah sakit.Jendela mobil diturunkan sehingga angin malam berembus masuk. Clara duduk di samping Satya. Dia terus diam. Pada saat berada di persimpangan berikutnya, sebuah telapak tangan