Satya menunduk menatap tangan Clara, lalu berucap dengan suara agak rendah, "Besok kita pergi ke Kota Aruma, kamu harus menghadiri pesta denganku."Clara tahu Satya sedang mengerjakan proyek baru akhir-akhir ini. Pria ini pergi ke Kota Aruma untuk bertemu rekan bisnisnya.Clara bukan lagi wanita polos seperti dulu. Dia sudah mengerti cara bernegosiasi dengan Satya. Dia berkata, "Kamu bilang nggak bisa membebaskan kakakku. Tapi, aku tahu kemampuanmu. Kamu bisa membuatnya melewati kehidupan yang lebih baik di dalam sana."Wajah mungil Clara tampak indah dan memesona di bawah cahaya matahari. Satya melirik sekilas ke belakang, lalu mengeluarkan rokok dan menyalakannya.Melalui asap rokok, Satya mengamati Clara. Sesaat kemudian, dia terkekeh-kekeh dan menimpali, "Siapa yang memberitahumu ini? Bibi Aida atau Gracia?"Lagi pula, Clara tidak bisa berhubungan dengan orang lain, selain mereka berdua. Clara membalas, "Aku hanya menebak."Kemudian, Clara tersenyum getir dan meneruskan, "Kakakku s
Satya melepaskan dasinya dan melemparkannya ke sofa. Dia melirik Clara dan berucap, "Rekanku ingin kamu yang hadir. Memangnya Gracia bisa menggantikanmu? Gracia sudah punya 2 anak, aku nggak ingin digosipkan dengannya."Clara tidak akan bisa membujuknya sehingga mengalah. Dia bertanya dengan lirih, "Jadi, kita akan di sana berapa hari?"Satya mengangkat tangan untuk melepaskan 3 kancing kemejanya. Ketika melihat Clara yang pasrah, dia seketika terangsang. Satya berjalan ke ranjang, lalu mengangkat dagu Clara dan mencondongkan tubuh untuk menciumnya. Di sisi lain, tangannya tidak lupa menjamah tubuh Clara.Hanya dalam beberapa gerakan, Clara dan Satya telah memulai pertarungan sengit. Clara bersandar di bahunya dengan lemas. Jika bersikap patuh, mungkin Satya akan melepaskannya setelah 2 ronde.Namun, jika Clara melawan, Satya tidak akan berhenti sebelum 4 ronde. Pria ini akan menyiksanya sampai dirinya bersedia melingkarkan pahanya ke pinggangnya.Belakangan ini, Satya selalu mengajakn
Clara akhirnya melihat Davin. Di sebuah pintu minimarket, Davin memapah seorang wanita muda. Mereka seharusnya sudah menikah karena wanita itu sedang hamil. Selain itu, Davin memegang tas belanjaan yang berisikan produk bayi.Begitu melihat Clara, Davin sontak termangu. Barang-barang di tangannya pun terjatuh. Istrinya juga menatap Clara. Wanita sangat sensitif terhadap hal seperti ini, apalagi Clara begitu cantik dan masih muda. Dia bisa menilai bahwa suaminya pernah menyukai Clara, jadi bertanya, "Dia mencarimu?"Tatapan Davin terus tertuju pada Clara. Dia tidak pernah menyangka mereka masih bisa bertemu, bahkan mengira Clara telah berakhir mengenaskan karena disiksa Satya. Namun, mereka ternyata bertemu lagi.Clara masih terlihat cantik dan lembut. Meskipun mengenakan pakaian mewah, dia tetap tidak bisa menyembunyikan kerapuhannya.Mata Davin tampak agak basah. Dia memungut barang-barang di tanah, lalu tersenyum pada istrinya dan membalas, "Bukan, aku nggak mengenalnya."Davin memap
Satya tersenyum dingin. Dia terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Gimana kalau dia sendiri yang bersedia? Dua ratus miliar, siapa yang nggak mau? Davin juga cukup tampan dan lembut, kenapa dia harus menolak? Kamu sendiri, kenapa terlihat begitu peduli? Kamu nggak bisa melupakan cintamu padanya?"Clara tidak menjelaskan. Suasana di dalam mobil menjadi menegangkan, tidak ada seorang pun yang berbicara.Setibanya di hotel tempat pesta diadakan, mobil berhenti. Satya menggenggam tangannya dengan lembut sambil berkata dengan tidak acuh, "Sekesal apa pun kamu, jangan menunjukkannya di depan umum. Proyek ini sangat penting bagiku."Ekspresi Clara tampak dingin. Dia menyahut, "Tenang saja, aku nggak bakal mengacaukan proyekmu ini."Bagaimanapun, Clara adiknya Yoyok. Dia pernah menghadiri banyak acara besar. Clara pun berdiri di samping Satya dengan elegan, mendalami perannya sebagai Nyonya Chandra ....Di Kota Aruma, tidak ada yang tahu bahwa mereka telah bercerai. Satya sangat terkenal di kota in
Sebenarnya, Clara juga tidak merasakan apa pun. Dia tidak mencintai Satya lagi! Dia hanya merasa jijik!Lampu kristal di koridor menyinari wajah Clara, membuatnya terlihat pucat pasi. Kedua insan yang sedang bermesra-mesraan itu akhirnya melihatnya.Clara menyadari dirinya tidak dibutuhkan di sini. Dia tersenyum sembari berkata, "Maaf, aku sudah mengganggu kalian. Kalian ... lanjutkan saja.""Clara!" panggil Satya dengan buru-buru dan panik. Akan tetapi, Clara tidak berbalik. Dia tidak ingin melihat pemandangan memalukan itu, tidak ingin melihat wajah si wanita yang merah, tatapannya yang linglung, ataupun tingkah mereka yang cabul.Clara berpikir, mungkin ini jati diri Satya yang sesungguhnya. Dia langsung pergi, membiarkan gaun mewahnya berkibaran karena ditiup angin.Saat berikutnya, pergelangan tangannya ditahan oleh Satya. Clara sontak mengempaskan tangannya dan memekik, "Lepaskan aku!"Clara benar-benar merasa jijik dengan pria ini. Namun, Satya tidak memberinya kesempatan untuk
Selesai mengatakan itu, Satya menjulurkan tangan untuk menarik Clara ke pelukannya. Clara tidak ingin tunduk begitu saja. Dia berkata dengan lirih, "Satya, sebenarnya ini nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan video itu. Kalaupun kalian benar-benar berhubungan seks di tempat seperti itu, aku sama sekali nggak keberatan!"Satya tergelak saking kesalnya. Dia menunduk, lalu mencium bibir Clara dan menyahut dengan suara serak, "Benar, kamu menyukai pria lain, mana mungkin peduli padaku. Tapi, aku jadi mengerti betapa dermawannya dirimu ini."Clara membelalakkan matanya yang berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa Satya berani melakukan hubungan intim dengannya di mobil. Sopir jelas berada di depan, apalagi pria ini baru menyentuh wanita lain. Namun, dia tidak akan bisa menghentikan Satya.Satya melepaskan bagian atas gaun Clara hingga terlihat kulit putih yang mulus. Pria ini sama sekali tidak bersikap lembut, dia memperlakukan Clara dengan sangat kasar. Perasaan ini sangat menyiksa,
Di dalam wastafel, terlihat segumpal darah .... Clara memandang dengan terbengong-bengong. Mungkin, dirinya jatuh sakit?Keesokan pagi, Gracia datang ke kamar mereka karena ingin mengambil kontrak dari Satya. Satya sudah berpakaian rapi. Dia duduk di depan meja makan sambil menyantap makanannya dengan tenang.Gracia pun menunggu di samping. Dia memandang ke arah kamar tidur, tetapi tidak ada pergerakan apa pun di sana. Dia pun menebak bahwa Clara masih tidur. Jadi, dia bertanya dengan lirih kepada Satya, "Gimana dengan Ingrid?"Satya hampir melupakan masalah ini. Dia sudah terbiasa melihat wanita seperti Ingrid. Namun, dia selalu bersikap murah hati kepada para wanita. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan dingin, "Beri dia cek 100 miliar, suruh dia jangan mencariku lagi."Gracia memahami maksud Satya, bosnya ini tidak ingin bertemu dengan wanita itu lagi. Selama ini, Gracia selalu bersimpati pada Clara. Dia pun sengaja bertanya, "Gimana dengan wanita lainnya ...?"Satya mendong
Clara mengucapkan terima kasih dengan lirih. Kemudian, dia bangkit dan meninggalkan ruang konsultasi. Koridor di luar seolah-olah tak berujung, dia melamun sepanjang perjalanan.Clara menunduk menatap kartu nama itu. Dia merasa sangat bersyukur kepada dokter itu, tetapi dia tidak ingin sembuh.Kakaknya berada di penjara, Clara tahu Satya tidak akan melupakan dendam ini untuk seumur hidup, apalagi mengampuni dirinya dengan kakaknya.Di antara dirinya dan kakaknya, hanya boleh ada satu yang hidup. Clara merasa, kemarahan Satya mungkin akan mereda jika dirinya mati.Clara meletakkan kartu nama itu di pinggir jendela. Begitu angin berembus, kartu nama itu seketika melayang pergi.....Setelah meninggalkan rumah sakit, Clara tidak menyangka Ingrid akan mencarinya. Di bawah sinar matahari, Clara terlihat pucat pasi, sedangkan Ingrid begitu menawan. Hanya saja, terlihat sedikit kekesalan pada ekspresi wanita itu. Clara pun berpikir, mungkin Ingrid bertengkar dengan Satya.Sesaat kemudian, ked