Clara akhirnya melihat Davin. Di sebuah pintu minimarket, Davin memapah seorang wanita muda. Mereka seharusnya sudah menikah karena wanita itu sedang hamil. Selain itu, Davin memegang tas belanjaan yang berisikan produk bayi.Begitu melihat Clara, Davin sontak termangu. Barang-barang di tangannya pun terjatuh. Istrinya juga menatap Clara. Wanita sangat sensitif terhadap hal seperti ini, apalagi Clara begitu cantik dan masih muda. Dia bisa menilai bahwa suaminya pernah menyukai Clara, jadi bertanya, "Dia mencarimu?"Tatapan Davin terus tertuju pada Clara. Dia tidak pernah menyangka mereka masih bisa bertemu, bahkan mengira Clara telah berakhir mengenaskan karena disiksa Satya. Namun, mereka ternyata bertemu lagi.Clara masih terlihat cantik dan lembut. Meskipun mengenakan pakaian mewah, dia tetap tidak bisa menyembunyikan kerapuhannya.Mata Davin tampak agak basah. Dia memungut barang-barang di tanah, lalu tersenyum pada istrinya dan membalas, "Bukan, aku nggak mengenalnya."Davin memap
Satya tersenyum dingin. Dia terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Gimana kalau dia sendiri yang bersedia? Dua ratus miliar, siapa yang nggak mau? Davin juga cukup tampan dan lembut, kenapa dia harus menolak? Kamu sendiri, kenapa terlihat begitu peduli? Kamu nggak bisa melupakan cintamu padanya?"Clara tidak menjelaskan. Suasana di dalam mobil menjadi menegangkan, tidak ada seorang pun yang berbicara.Setibanya di hotel tempat pesta diadakan, mobil berhenti. Satya menggenggam tangannya dengan lembut sambil berkata dengan tidak acuh, "Sekesal apa pun kamu, jangan menunjukkannya di depan umum. Proyek ini sangat penting bagiku."Ekspresi Clara tampak dingin. Dia menyahut, "Tenang saja, aku nggak bakal mengacaukan proyekmu ini."Bagaimanapun, Clara adiknya Yoyok. Dia pernah menghadiri banyak acara besar. Clara pun berdiri di samping Satya dengan elegan, mendalami perannya sebagai Nyonya Chandra ....Di Kota Aruma, tidak ada yang tahu bahwa mereka telah bercerai. Satya sangat terkenal di kota in
Sebenarnya, Clara juga tidak merasakan apa pun. Dia tidak mencintai Satya lagi! Dia hanya merasa jijik!Lampu kristal di koridor menyinari wajah Clara, membuatnya terlihat pucat pasi. Kedua insan yang sedang bermesra-mesraan itu akhirnya melihatnya.Clara menyadari dirinya tidak dibutuhkan di sini. Dia tersenyum sembari berkata, "Maaf, aku sudah mengganggu kalian. Kalian ... lanjutkan saja.""Clara!" panggil Satya dengan buru-buru dan panik. Akan tetapi, Clara tidak berbalik. Dia tidak ingin melihat pemandangan memalukan itu, tidak ingin melihat wajah si wanita yang merah, tatapannya yang linglung, ataupun tingkah mereka yang cabul.Clara berpikir, mungkin ini jati diri Satya yang sesungguhnya. Dia langsung pergi, membiarkan gaun mewahnya berkibaran karena ditiup angin.Saat berikutnya, pergelangan tangannya ditahan oleh Satya. Clara sontak mengempaskan tangannya dan memekik, "Lepaskan aku!"Clara benar-benar merasa jijik dengan pria ini. Namun, Satya tidak memberinya kesempatan untuk
Selesai mengatakan itu, Satya menjulurkan tangan untuk menarik Clara ke pelukannya. Clara tidak ingin tunduk begitu saja. Dia berkata dengan lirih, "Satya, sebenarnya ini nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan video itu. Kalaupun kalian benar-benar berhubungan seks di tempat seperti itu, aku sama sekali nggak keberatan!"Satya tergelak saking kesalnya. Dia menunduk, lalu mencium bibir Clara dan menyahut dengan suara serak, "Benar, kamu menyukai pria lain, mana mungkin peduli padaku. Tapi, aku jadi mengerti betapa dermawannya dirimu ini."Clara membelalakkan matanya yang berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa Satya berani melakukan hubungan intim dengannya di mobil. Sopir jelas berada di depan, apalagi pria ini baru menyentuh wanita lain. Namun, dia tidak akan bisa menghentikan Satya.Satya melepaskan bagian atas gaun Clara hingga terlihat kulit putih yang mulus. Pria ini sama sekali tidak bersikap lembut, dia memperlakukan Clara dengan sangat kasar. Perasaan ini sangat menyiksa,
Di dalam wastafel, terlihat segumpal darah .... Clara memandang dengan terbengong-bengong. Mungkin, dirinya jatuh sakit?Keesokan pagi, Gracia datang ke kamar mereka karena ingin mengambil kontrak dari Satya. Satya sudah berpakaian rapi. Dia duduk di depan meja makan sambil menyantap makanannya dengan tenang.Gracia pun menunggu di samping. Dia memandang ke arah kamar tidur, tetapi tidak ada pergerakan apa pun di sana. Dia pun menebak bahwa Clara masih tidur. Jadi, dia bertanya dengan lirih kepada Satya, "Gimana dengan Ingrid?"Satya hampir melupakan masalah ini. Dia sudah terbiasa melihat wanita seperti Ingrid. Namun, dia selalu bersikap murah hati kepada para wanita. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan dingin, "Beri dia cek 100 miliar, suruh dia jangan mencariku lagi."Gracia memahami maksud Satya, bosnya ini tidak ingin bertemu dengan wanita itu lagi. Selama ini, Gracia selalu bersimpati pada Clara. Dia pun sengaja bertanya, "Gimana dengan wanita lainnya ...?"Satya mendong
Clara mengucapkan terima kasih dengan lirih. Kemudian, dia bangkit dan meninggalkan ruang konsultasi. Koridor di luar seolah-olah tak berujung, dia melamun sepanjang perjalanan.Clara menunduk menatap kartu nama itu. Dia merasa sangat bersyukur kepada dokter itu, tetapi dia tidak ingin sembuh.Kakaknya berada di penjara, Clara tahu Satya tidak akan melupakan dendam ini untuk seumur hidup, apalagi mengampuni dirinya dengan kakaknya.Di antara dirinya dan kakaknya, hanya boleh ada satu yang hidup. Clara merasa, kemarahan Satya mungkin akan mereda jika dirinya mati.Clara meletakkan kartu nama itu di pinggir jendela. Begitu angin berembus, kartu nama itu seketika melayang pergi.....Setelah meninggalkan rumah sakit, Clara tidak menyangka Ingrid akan mencarinya. Di bawah sinar matahari, Clara terlihat pucat pasi, sedangkan Ingrid begitu menawan. Hanya saja, terlihat sedikit kekesalan pada ekspresi wanita itu. Clara pun berpikir, mungkin Ingrid bertengkar dengan Satya.Sesaat kemudian, ked
Jam 8 malam, Satya kembali ke hotel. Di tengah kegelapan, terlihat Clara duduk di pinggir jendela besar, membiarkan cahaya bintang menyinari wajahnya."Kenapa nggak menyalakan lampu?" tanya Satya sambil menyalakan semua lampu di kamar. Begitu ruangan menjadi terang, terlihat sudut mata Clara yang agak basah. Wanita ini pasti menangis lagi.Satya menatapnya cukup lama, lalu duduk di sofa sambil melepaskan jasnya. Kemudian, dia bertanya dengan tidak acuh, "Masih marah karena masalah semalam? Kamu sudah makan belum?""Sudah," jawab Clara. Satya tentu tidak percaya, tetapi hubungan mereka sedang tidak baik sehingga dia tidak akan peduli. Biarkan saja kalau belum makan, dia akan makan sendiri kalau lapar nanti!Satya merasa lelah karena sibuk seharian, tetapi ingin sekali melampiaskan nafsunya kepada Clara. Setelah beristirahat sejenak, dia pun meminta untuk berhubungan intim. Tanpa diduga, Clara sama sekali tidak menolak, melainkan menyetujuinya dengan senang hati.Ketika Satya menciumnya,
Satya menghancurkan Clara dengan keji. Clara membuka matanya sedikit, meletakkan sepasang tangannya di kaca yang dingin, memandang lampu di luar yang indah dan warna-warni ....Saat ini, penampilan Clara sangat menyedihkan. Apakah pria di belakang yang mempermalukannya adalah Satya? Apakah ini Satya yang pernah dicintainya? Jelas-jelas Satya begitu menyayanginya dan tidak tega menyakitinya dulu, sekarang Satya malah menahannya di jendela dan memperlakukannya layaknya seorang pelacur."Satya ... Satya ...." Clara terbatuk beberapa kali sehingga terlihat darah memercik di jendela. Dia pun terus memanggil nama pria ini agar tidak jatuh pingsan karena kesakitan. Namun, yang dipanggilnya bukanlah Satya yang sekarang, melainkan Satya yang dicintainya dulu, Satya yang tidak pernah tega untuk menyakitinya.Kenapa masih belum berakhir? Satya sudah melakukannya beberapa ronde, kenapa masih belum melepaskannya? Satya jelas-jelas tahu dirinya sangat kesakitan.Di tengah-tengah kesakitan, Satya son