Satya benar-benar mengacaukan kamar ini. Baik itu sofa ataupun karpet, semua terlihat sangat kotor. Selain itu, masih ada noda darah di jendela yang begitu besar. Hanya saja, Satya tidak menyadarinya karena sibuk melampiaskan nafsunya. Pria ini tidak tahu bahwa hidup Clara tidak lama lagi!Malam ini, Satya tidak kembali ke hotel. Clara meringkuk di ranjang besar yang terasa dingin sambil memandang bulan di luar jendela. Dia mulai menghitung mundur sisa hidupnya. Mungkin, dia akan mati lebih cepat kalau berada di sisi Satya. Mungkin setengah tahun atau beberapa bulan lagi, dia sudah meninggalkan dunia ini.Joe .... Benar, Clara masih punya Joe! Setelah kembali ke Kota Brata, dia akan membuatkan pakaian untuk Joe supaya anaknya bisa mengenakan pakaian baru buatan ibunya setiap tahun. Selain itu, dia masih harus memilih beberapa buku untuk Joe. Lagi pula, Satya mungkin akan mengabaikan anak mereka setelah punya wanita baru.Clara juga harus menyerahkan semua uangnya kepada Aida dan memint
Clara harus membeli obat pereda nyeri.....Pada tengah malam, cuaca di Kota Aruma sangat dingin. Clara yang memakai jaket tetap menggigil. Dia tahu ini karena dirinya sakit. Dulu, Clara tidak takut dingin.Di setiap jalan terdapat berbagai macam toko obat. Clara mencari toko obat yang buka 24 jam. Dia masuk ke toko yang terang benderang dan langsung meminta obat pereda nyeri kepada staf di meja kasir. Staf tersebut berkata tanpa mendongak, "Kalau nggak ada resep dari dokter, aku nggak bisa memberimu obat."Clara meletakkan 2 gepok uang di meja kasir. Totalnya 40 juta. Staf itu tercengang. Dia melihat ke sekeliling, lalu mengambil uang itu dan memasukkannya ke mesin penghitung uang. Staf tersebut masih tidak percaya semua itu adalah uang asli.Clara bertanya, "Apa aku bisa membeli obat dengan semua uang itu?""Tentu saja bisa!" seru staf. Dia menyusun uang itu, lalu menyimpannya ke tas dengan menghindari kamera pengawas. Kemudian, dia mengambil 5 kotak obat untuk Clara dan melanjutkan,
Tangan Clara yang digenggam Satya terasa sakit. Clara memandang sosok artis cantik itu, lalu menimpali, "Aku nggak marah. Memangnya aku berhak marah?"Satya merasa kesal. Angin malam berembus lagi dan Clara langsung batuk-batuk. Satya baru menyadari pakaian Clara agak tipis. Dia bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu keluar sendirian malam-malam begini?"Satya mengamati sekeliling, lalu bertanya lagi, "Kamu beli obat?"Clara terkejut. Dia takut Satya memeriksa tasnya. Jadi, Clara segera menyahut, "Iya. Aku datang bulan ... perutku sakit."Satya pun percaya. Dia menyuruh Clara naik ke mobil. Clara juga memutuskan untuk masuk ke mobil.Setelah duduk di mobil, Clara baru merasa lebih hangat. Namun, dia juga mencium wangi parfum artis cantik tadi. Aroma ini membuat Clara jijik. Dia berusaha menahannya karena tidak ingin membuat Satya marah. Clara juga tidak ingin menarik perhatian Satya.Perut Clara terasa sakit. Wajahnya pucat pasi dan tubuhnya sedikit meringkuk. Satya dan Clara sama s
Satya mengernyit. Setelah berpesan kepada bawahannya, Satya mengakhiri panggilan telepon. Di atas meja, ada kemasan obat. Satya mengambil kemasan itu, lalu mengamatinya. Dia tahu itu adalah obat yang diresepkan rumah sakit.Satya menatap Clara seraya bertanya, "Bagaimana caranya kamu bisa membeli obat ini? Dulu, aku juga nggak pernah lihat kamu mengalami nyeri haid. Kenapa sekarang sakitnya begitu parah?"Clara kaget. Dia menelan ludah, lalu menjelaskan, "Awalnya staf toko juga nggak mau memberikan obat ini kepadaku. Jadi, aku memberinya 400 ribu. Setelah itu, dia baru membantuku."Clara berjeda sejenak. Kemudian, dia menambahkan, "Kali ini, perutku tiba-tiba sakit."Satya mengamati kemasan obat itu lagi. Akhirnya, dia berpesan, "Obat ini nggak bagus untuk kesehatan lambung. Jangan sering-sering makan."Clara baru merasa lega sesudah berhasil membohongi Satya.....Keesokan harinya, Satya dan Clara kembali ke Kota Brata. Siang harinya, mobil berwarna hitam melaju ke dalam vila mewah. A
Clara memberi tahu Aida bahwa dia sudah menikah lagi dengan Satya. Kabar ini sangat mengejutkan Aida.Aida mencerna kabar ini untuk beberapa saat, lalu berujar, "Nyonya, kenapa kamu begitu gegabah? Hidup bersama dalam satu rumah itu bukan masalah besar, nanti Tuan akan pergi setelah merasa bosan. Tapi, kalau ada buku nikah, kelak Nyonya nggak akan bisa pergi lagi."Aida benar-benar sedih. Dia menyeka air matanya. Sementara itu, Clara tersenyum getir dan menimpali, "Bi Aida, kamu juga merasa aku terjebak setelah menikah dengan Satya. Tapi ... kenapa banyak wanita di luar sana ingin masuk ke dalam jebakan ini?"Aida menanggapi, "Itu karena mereka nggak mencintai Tuan. Mereka hanya mengincar uang dan kenikmatan berahi. Tapi, Nyonya berbeda dengan mereka. Nyonya pernah ...."Suara Aida tercekat. Kemudian, dia berusaha melanjutkan, "Nyonya pernah diperlakukan dengan baik. Tapi, ternyata semuanya palsu. Nyonya pasti merasa sedih."Palsu? Clara tertawa saat memikirkan kata ini. Hubungan perci
Saat di rumah tahanan terakhir kali, Yoyok dan Clara tidak berkesempatan untuk mengobrol dengan leluasa. Sekarang, tidak ada yang mengganggu mereka lagi. Yoyok dan Clara hidup saling bergantungan sejak kecil.Clara membenamkan wajahnya di dada Yoyok dan berucap sembari terisak, "Kak, kenapa dulu kamu nggak memberitahuku kebenarannya?"Jika Satya memberi tahu Clara, mungkin Satya tidak akan menyesal. Satya sangat menyukai Annika. Clara merasa sekarang Yoyok pasti sangat menderita. Kepuasan setelah membalas dendam tidak mungkin bisa menghilangkan rasa kesepian seumur hidup. Clara tidak peduli dengan dendam keluarga dan kematian ayahnya. Bagaimanapun, ayahnya memang orang jahat.Clara hanya ingin Yoyok bahagia dan hidup bersama Yoyok selamanya. Clara menangis tersedu-sedu di dalam pelukan Yoyok.Yoyok mengusap rambut Clara sembari menjelaskan, "Clara, nggak ada gunanya menyesal. Kalau waktu bisa diputar kembali, aku rela mengorbankan segalanya agar bisa mengubah keadaan. Dengan begitu, An
Yoyok meraih tangan Clara dan berujar, "Clara, ikut aku pergi."Tentu saja Clara ingin pergi bersama Yoyok. Namun, Clara tidak mungkin bisa pergi dan membawa Joe. Kalaupun bisa, Clara pasti akan dicegat di bandara. Satya yang murka tidak akan melepaskan mereka semua. Clara menunduk dan air matanya menetes di tangan Yoyok.Hati Yoyok sangat sakit. Clara berkata, "Kak, kamu nggak usah pedulikan aku. Kamu bisa pergi ke Luzano atau pulau kecil. Kamu bisa menjalani hidup yang tenang di sana."Clara menatap Yoyok seraya menambahkan, "Di antara kita berdua, harus ada satu orang yang bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang."Tatapan Yoyok menjadi muram. Clara mengeluarkan cek senilai 100 miliar dari tasnya dan meletakkannya di atas meja.Clara meneruskan perkataannya, "Dua tahun yang lalu, aku mencelakai orang yang nggak bersalah karena terlalu bodoh. Annika pergi ke Kota Aruma dan membantuku mengurus keluarga orang itu. Aku berutang kepada Annika. Kak, tolong bantu aku berikan cek ini kepada
Annika tertegun.....Sore harinya, Clara pulang ke vila setelah mengantar Yoyok. Clara terus menemani Joe. Sekarang Joe sangat gemuk. Pengasuh juga menyukai Joe. Apalagi Aida yang menganggap Joe seperti cucunya.Pada malam hari, Clara baru merasa lebih nyaman setelah memakan obat pereda nyeri. Sesudah mandi, Clara menggendong Joe sambil menghiburnya. Sepertinya Joe sangat menyukai aroma sabun di tubuh Clara. Dia terus membenamkan kepalanya di dada Clara. Joe yang mulai mengantuk memejamkan mata. Joe benar-benar menggemaskan.Clara memandang Joe dengan ekspresi lembut. Dia juga bersenandung dan berharap Joe bisa mengingat momen ini. Clara ingin Joe tahu bahwa ibunya menyayanginya. Kelak, mungkin Joe akan menghadapi masalah atau merasa sedih. Namun, dia bisa memimpikan ibunya saat tidur.Joe masih enggan untuk tidur. Dia tersenyum dan Clara memeluknya dengan erat. Clara ingin hidup lebih lama lagi. Jadi, dia bisa melihat Joe yang tumbuh besar bersekolah dan bermain sepak bola. Clara ber