Yoyok meraih tangan Clara dan berujar, "Clara, ikut aku pergi."Tentu saja Clara ingin pergi bersama Yoyok. Namun, Clara tidak mungkin bisa pergi dan membawa Joe. Kalaupun bisa, Clara pasti akan dicegat di bandara. Satya yang murka tidak akan melepaskan mereka semua. Clara menunduk dan air matanya menetes di tangan Yoyok.Hati Yoyok sangat sakit. Clara berkata, "Kak, kamu nggak usah pedulikan aku. Kamu bisa pergi ke Luzano atau pulau kecil. Kamu bisa menjalani hidup yang tenang di sana."Clara menatap Yoyok seraya menambahkan, "Di antara kita berdua, harus ada satu orang yang bisa melanjutkan hidupnya dengan tenang."Tatapan Yoyok menjadi muram. Clara mengeluarkan cek senilai 100 miliar dari tasnya dan meletakkannya di atas meja.Clara meneruskan perkataannya, "Dua tahun yang lalu, aku mencelakai orang yang nggak bersalah karena terlalu bodoh. Annika pergi ke Kota Aruma dan membantuku mengurus keluarga orang itu. Aku berutang kepada Annika. Kak, tolong bantu aku berikan cek ini kepada
Annika tertegun.....Sore harinya, Clara pulang ke vila setelah mengantar Yoyok. Clara terus menemani Joe. Sekarang Joe sangat gemuk. Pengasuh juga menyukai Joe. Apalagi Aida yang menganggap Joe seperti cucunya.Pada malam hari, Clara baru merasa lebih nyaman setelah memakan obat pereda nyeri. Sesudah mandi, Clara menggendong Joe sambil menghiburnya. Sepertinya Joe sangat menyukai aroma sabun di tubuh Clara. Dia terus membenamkan kepalanya di dada Clara. Joe yang mulai mengantuk memejamkan mata. Joe benar-benar menggemaskan.Clara memandang Joe dengan ekspresi lembut. Dia juga bersenandung dan berharap Joe bisa mengingat momen ini. Clara ingin Joe tahu bahwa ibunya menyayanginya. Kelak, mungkin Joe akan menghadapi masalah atau merasa sedih. Namun, dia bisa memimpikan ibunya saat tidur.Joe masih enggan untuk tidur. Dia tersenyum dan Clara memeluknya dengan erat. Clara ingin hidup lebih lama lagi. Jadi, dia bisa melihat Joe yang tumbuh besar bersekolah dan bermain sepak bola. Clara ber
Detektif swasta yang menelepon Satya. Dia melapor, "Pak Satya, Yoyok nggak pergi ke Luzano."Satya bertanya dengan ekspresi dingin, "Dia pergi ke mana?"Detektif swasta ragu-ragu sejenak sebelum menjawab, "Sampai sekarang, kami belum menemukan lokasinya.""Selidiki terus," perintah Satya. Dia mengakhiri panggilan telepon, lalu menggenggam ponselnya dengan erat. Dia langsung melupakan kehangatan yang dirasakannya tadi.Sikap Satya kepada Clara sangat dingin. Satya tidak lagi melakukan hal itu dengan Clara seperti di Kota Aruma. Setiap hari, Satya selalu pulang larut malam. Namun, Clara sama sekali tidak peduli. Banyak hal yang harus diurus dan disiapkan. Satu-satunya yang tidak ada di dalam rencana Clara hanya Satya.....Satu minggu kemudian, Clara membawa Aida jalan-jalan di mal. Clara ingin membeli baju untuk Joe. Kebetulan Aida juga ingin jalan-jalan. Hanya saja, Aida terkejut saat melihat Clara yang membeli baju Joe untuk usia 2 sampai 3 tahun. Bahkan, Clara juga membeli baju untuk
Clara membungkuk dan memungut semua obat-obat itu. Dia menyahut, "Belakangan ini lambungku bermasalah."Jawaban Clara langsung membuat Aida percaya. Dia membantu Clara memungut obat-obat itu, lalu menasihati, "Nyonya sudah bisa hidup tenang setelah kembali ke Kota Brata. Nyonya harus menjaga kesehatan demi Tuan Muda Joe."Aida tahu Clara menyembunyikan masalahnya. Dia melanjutkan, "Aku tahu Tuan Satya memang temperamental. Mungkin dengan bersikap lebih patuh, hidup Nyonya nggak akan begitu menderita."Clara tahu Aida berniat baik, jadi dia mengangguk. Setelah Clara terus memohon, akhirnya Aida setuju menyimpan 2 buku tabungan itu untuk sementara waktu. Aida berucap, "Kalau Nyonya memercayaiku, buku tabungannya akan kusimpan dulu. Tapi, kalau masalah Nyonya sudah selesai, Nyonya bisa mengambilnya kembali kapan saja."Aida mengira Clara mengalami depresi.....Clara dan Aida pulang pada sore hari. Mobil pun dipenuhi dengan barang-barang. Setelah turun dari mobil, pelayan lain segera memb
Satya membuka mata. Ternyata orang yang datang adalah Benira. Satya melihat Benira duduk di kakinya, lalu memeluknya dengan erat. Benira terus menggoda Satya.Satya juga tidak peduli. Dia mengambil sebatang rokok, lalu menyalakannya. Satya mengembuskan asap rokok. Dia menyipitkan matanya sembari mengamati Benira. Satu tangannya membelai tubuh Benira dan dia bertanya dengan santai, "Kamu sudah punya pacar, sekarang kamu masih berani selingkuh? Kamu nggak takut dia tahu?"Terakhir kali, Satya dan Benira berpisah setelah berselisih. Namun, mereka sudah bersama sekitar 2 tahun. Jadi, mereka sangat memahami tubuh satu sama lain.Benira mulai bergairah. Dia menikmati belaian Satya dan berharap Satya bisa melakukan lebih dari sekadar membelai tubuhnya. Benira bersandar di bahu Satya dan berkomentar, "Tubuhmu panas sekali."Satya meraih pergelangan tangan Benira. Dia tidak ingin Benira menyentuh tubuhnya. Benira tidak peduli. Dia mencium bibir Satya sambil berucap, "Dia sangat royal. Tapi, dia
Namun, Gracia tetap berucap dengan sopan, "Oke, Pak Satya. Aku akan mengurusnya."Sebagai wanita, Gracia tidak melihat Benira. Hal ini karena Gracia meremehkan Benira.....Satya pulang ke vila pada tengah malam. Begitu membuka pintu kamar, Satya merasa suasana di kamar menjadi berbeda. Tirai jendela sebelumnya sudah diganti dengan tirai dari kain kasa tipis yang dihiasi dengan sulaman bunga begonia. Di bawah pancaran cahaya rembulan, suasana di kamar terasa hangat.Di ruang keluarga ada tumpukan benang wol dan baju anak-anak. Satya memegang baju-baju itu, lalu menyadari ukuran bajunya terlalu besar. Satya tertawa. Ini adalah pertama kalinya Clara menjadi seorang ibu. Sebelumnya, Clara juga jarang merawat Joe. Jadi, dia salah membeli barang saat belanja.Satya memandang Clara. Jantungnya berdegup kencang. Clara sudah tertidur di sofa. Dia memakai gaun tidur berwarna merah muda, rambutnya menutupi setengah bagian wajahnya. Kulit Clara juga sangat mulus.Satya berdiri di depan Clara sera
Satya bertanya dengan lembut, "Kamu membeli ini untukku?"Sebelum Clara menjawab, Satya meneruskan ucapannya, "Kamu nggak usah repot-repot, langsung beli baju jadi saja."Clara duduk di sofa. Wajahnya sangat pucat. Dia mengambil benang wol itu dari tangan Satya, lalu mengusapnya. Setelah beberapa saat, Clara baru menyahut, "Ini untuk Joe."Tubuh Satya menegang. Kemudian, dia tersenyum terpaksa dan menimpali, "Benar juga. Mana mungkin kamu beli untuk orang lain selain Joe?"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan Clara. Satya berkata dengan datar, "Aku mau mandi dulu."....Satya tidak bisa merasakan kelembutan wanita dari Clara. Dia juga tidak berniat untuk menjaga kesetiannya demi Clara. Jadi, Satya dan Benira pun diam-diam berhubungan sekitar 3 bulan. Awalnya, Satya hanya menyuruh Benira melayaninya. Namun, lama-kelamaan hubungan mereka makin intens. Saat dinas di Kota Tarra, Satya dan Benira tinggal bersama di hotel selama 3 hari. Mereka berdua terus bercinta. Namun, hubungan
Akhirnya, Satya berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Sinar matahari terpancar melalui jendela. Clara berbaring di tempat tidur. Ekspresinya tampak datar. Sementara itu, Satya yang sudah lama tidak berhubungan intim dengan Clara tenggelam dalam kenikmatan ini. Namun, kali ini Satya memperlakukan Clara dengan lembut.Ponsel Clara yang terletak di meja terus berdering. Clara berusaha mengambil ponsel dengan tangan gemetaran, tetapi tubuhnya yang bergerak membuat Satya makin bergairah. Satya menjatuhkan ponsel Clara supaya Clara tidak bisa melihat ponselnya. Satya berujar dengan suara serak, "Kamu harus fokus."Clara tidak merasakan apa-apa. Sebentar lagi dia akan mati. Lagi pula, mana mungkin dia masih bisa bergairah saat menghadapi suami yang tidak setia? Clara berusaha memendam perasaannya agar tidak merasa tersiksa dan kesakitan. Satya terlena dalam kenikmatan, sedangkan Clara sama sekali tidak fokus.Air mata Clara mengalir. Dia melirik ponsel yang jatuh ke lantai. Akhirnya, d