Clara mengucapkan terima kasih dengan lirih. Kemudian, dia bangkit dan meninggalkan ruang konsultasi. Koridor di luar seolah-olah tak berujung, dia melamun sepanjang perjalanan.Clara menunduk menatap kartu nama itu. Dia merasa sangat bersyukur kepada dokter itu, tetapi dia tidak ingin sembuh.Kakaknya berada di penjara, Clara tahu Satya tidak akan melupakan dendam ini untuk seumur hidup, apalagi mengampuni dirinya dengan kakaknya.Di antara dirinya dan kakaknya, hanya boleh ada satu yang hidup. Clara merasa, kemarahan Satya mungkin akan mereda jika dirinya mati.Clara meletakkan kartu nama itu di pinggir jendela. Begitu angin berembus, kartu nama itu seketika melayang pergi.....Setelah meninggalkan rumah sakit, Clara tidak menyangka Ingrid akan mencarinya. Di bawah sinar matahari, Clara terlihat pucat pasi, sedangkan Ingrid begitu menawan. Hanya saja, terlihat sedikit kekesalan pada ekspresi wanita itu. Clara pun berpikir, mungkin Ingrid bertengkar dengan Satya.Sesaat kemudian, ked
Jam 8 malam, Satya kembali ke hotel. Di tengah kegelapan, terlihat Clara duduk di pinggir jendela besar, membiarkan cahaya bintang menyinari wajahnya."Kenapa nggak menyalakan lampu?" tanya Satya sambil menyalakan semua lampu di kamar. Begitu ruangan menjadi terang, terlihat sudut mata Clara yang agak basah. Wanita ini pasti menangis lagi.Satya menatapnya cukup lama, lalu duduk di sofa sambil melepaskan jasnya. Kemudian, dia bertanya dengan tidak acuh, "Masih marah karena masalah semalam? Kamu sudah makan belum?""Sudah," jawab Clara. Satya tentu tidak percaya, tetapi hubungan mereka sedang tidak baik sehingga dia tidak akan peduli. Biarkan saja kalau belum makan, dia akan makan sendiri kalau lapar nanti!Satya merasa lelah karena sibuk seharian, tetapi ingin sekali melampiaskan nafsunya kepada Clara. Setelah beristirahat sejenak, dia pun meminta untuk berhubungan intim. Tanpa diduga, Clara sama sekali tidak menolak, melainkan menyetujuinya dengan senang hati.Ketika Satya menciumnya,
Satya menghancurkan Clara dengan keji. Clara membuka matanya sedikit, meletakkan sepasang tangannya di kaca yang dingin, memandang lampu di luar yang indah dan warna-warni ....Saat ini, penampilan Clara sangat menyedihkan. Apakah pria di belakang yang mempermalukannya adalah Satya? Apakah ini Satya yang pernah dicintainya? Jelas-jelas Satya begitu menyayanginya dan tidak tega menyakitinya dulu, sekarang Satya malah menahannya di jendela dan memperlakukannya layaknya seorang pelacur."Satya ... Satya ...." Clara terbatuk beberapa kali sehingga terlihat darah memercik di jendela. Dia pun terus memanggil nama pria ini agar tidak jatuh pingsan karena kesakitan. Namun, yang dipanggilnya bukanlah Satya yang sekarang, melainkan Satya yang dicintainya dulu, Satya yang tidak pernah tega untuk menyakitinya.Kenapa masih belum berakhir? Satya sudah melakukannya beberapa ronde, kenapa masih belum melepaskannya? Satya jelas-jelas tahu dirinya sangat kesakitan.Di tengah-tengah kesakitan, Satya son
Satya benar-benar mengacaukan kamar ini. Baik itu sofa ataupun karpet, semua terlihat sangat kotor. Selain itu, masih ada noda darah di jendela yang begitu besar. Hanya saja, Satya tidak menyadarinya karena sibuk melampiaskan nafsunya. Pria ini tidak tahu bahwa hidup Clara tidak lama lagi!Malam ini, Satya tidak kembali ke hotel. Clara meringkuk di ranjang besar yang terasa dingin sambil memandang bulan di luar jendela. Dia mulai menghitung mundur sisa hidupnya. Mungkin, dia akan mati lebih cepat kalau berada di sisi Satya. Mungkin setengah tahun atau beberapa bulan lagi, dia sudah meninggalkan dunia ini.Joe .... Benar, Clara masih punya Joe! Setelah kembali ke Kota Brata, dia akan membuatkan pakaian untuk Joe supaya anaknya bisa mengenakan pakaian baru buatan ibunya setiap tahun. Selain itu, dia masih harus memilih beberapa buku untuk Joe. Lagi pula, Satya mungkin akan mengabaikan anak mereka setelah punya wanita baru.Clara juga harus menyerahkan semua uangnya kepada Aida dan memint
Clara harus membeli obat pereda nyeri.....Pada tengah malam, cuaca di Kota Aruma sangat dingin. Clara yang memakai jaket tetap menggigil. Dia tahu ini karena dirinya sakit. Dulu, Clara tidak takut dingin.Di setiap jalan terdapat berbagai macam toko obat. Clara mencari toko obat yang buka 24 jam. Dia masuk ke toko yang terang benderang dan langsung meminta obat pereda nyeri kepada staf di meja kasir. Staf tersebut berkata tanpa mendongak, "Kalau nggak ada resep dari dokter, aku nggak bisa memberimu obat."Clara meletakkan 2 gepok uang di meja kasir. Totalnya 40 juta. Staf itu tercengang. Dia melihat ke sekeliling, lalu mengambil uang itu dan memasukkannya ke mesin penghitung uang. Staf tersebut masih tidak percaya semua itu adalah uang asli.Clara bertanya, "Apa aku bisa membeli obat dengan semua uang itu?""Tentu saja bisa!" seru staf. Dia menyusun uang itu, lalu menyimpannya ke tas dengan menghindari kamera pengawas. Kemudian, dia mengambil 5 kotak obat untuk Clara dan melanjutkan,
Tangan Clara yang digenggam Satya terasa sakit. Clara memandang sosok artis cantik itu, lalu menimpali, "Aku nggak marah. Memangnya aku berhak marah?"Satya merasa kesal. Angin malam berembus lagi dan Clara langsung batuk-batuk. Satya baru menyadari pakaian Clara agak tipis. Dia bertanya sembari mengernyit, "Kenapa kamu keluar sendirian malam-malam begini?"Satya mengamati sekeliling, lalu bertanya lagi, "Kamu beli obat?"Clara terkejut. Dia takut Satya memeriksa tasnya. Jadi, Clara segera menyahut, "Iya. Aku datang bulan ... perutku sakit."Satya pun percaya. Dia menyuruh Clara naik ke mobil. Clara juga memutuskan untuk masuk ke mobil.Setelah duduk di mobil, Clara baru merasa lebih hangat. Namun, dia juga mencium wangi parfum artis cantik tadi. Aroma ini membuat Clara jijik. Dia berusaha menahannya karena tidak ingin membuat Satya marah. Clara juga tidak ingin menarik perhatian Satya.Perut Clara terasa sakit. Wajahnya pucat pasi dan tubuhnya sedikit meringkuk. Satya dan Clara sama s
Satya mengernyit. Setelah berpesan kepada bawahannya, Satya mengakhiri panggilan telepon. Di atas meja, ada kemasan obat. Satya mengambil kemasan itu, lalu mengamatinya. Dia tahu itu adalah obat yang diresepkan rumah sakit.Satya menatap Clara seraya bertanya, "Bagaimana caranya kamu bisa membeli obat ini? Dulu, aku juga nggak pernah lihat kamu mengalami nyeri haid. Kenapa sekarang sakitnya begitu parah?"Clara kaget. Dia menelan ludah, lalu menjelaskan, "Awalnya staf toko juga nggak mau memberikan obat ini kepadaku. Jadi, aku memberinya 400 ribu. Setelah itu, dia baru membantuku."Clara berjeda sejenak. Kemudian, dia menambahkan, "Kali ini, perutku tiba-tiba sakit."Satya mengamati kemasan obat itu lagi. Akhirnya, dia berpesan, "Obat ini nggak bagus untuk kesehatan lambung. Jangan sering-sering makan."Clara baru merasa lega sesudah berhasil membohongi Satya.....Keesokan harinya, Satya dan Clara kembali ke Kota Brata. Siang harinya, mobil berwarna hitam melaju ke dalam vila mewah. A
Clara memberi tahu Aida bahwa dia sudah menikah lagi dengan Satya. Kabar ini sangat mengejutkan Aida.Aida mencerna kabar ini untuk beberapa saat, lalu berujar, "Nyonya, kenapa kamu begitu gegabah? Hidup bersama dalam satu rumah itu bukan masalah besar, nanti Tuan akan pergi setelah merasa bosan. Tapi, kalau ada buku nikah, kelak Nyonya nggak akan bisa pergi lagi."Aida benar-benar sedih. Dia menyeka air matanya. Sementara itu, Clara tersenyum getir dan menimpali, "Bi Aida, kamu juga merasa aku terjebak setelah menikah dengan Satya. Tapi ... kenapa banyak wanita di luar sana ingin masuk ke dalam jebakan ini?"Aida menanggapi, "Itu karena mereka nggak mencintai Tuan. Mereka hanya mengincar uang dan kenikmatan berahi. Tapi, Nyonya berbeda dengan mereka. Nyonya pernah ...."Suara Aida tercekat. Kemudian, dia berusaha melanjutkan, "Nyonya pernah diperlakukan dengan baik. Tapi, ternyata semuanya palsu. Nyonya pasti merasa sedih."Palsu? Clara tertawa saat memikirkan kata ini. Hubungan perci