Sebenarnya, Clara juga tidak merasakan apa pun. Dia tidak mencintai Satya lagi! Dia hanya merasa jijik!Lampu kristal di koridor menyinari wajah Clara, membuatnya terlihat pucat pasi. Kedua insan yang sedang bermesra-mesraan itu akhirnya melihatnya.Clara menyadari dirinya tidak dibutuhkan di sini. Dia tersenyum sembari berkata, "Maaf, aku sudah mengganggu kalian. Kalian ... lanjutkan saja.""Clara!" panggil Satya dengan buru-buru dan panik. Akan tetapi, Clara tidak berbalik. Dia tidak ingin melihat pemandangan memalukan itu, tidak ingin melihat wajah si wanita yang merah, tatapannya yang linglung, ataupun tingkah mereka yang cabul.Clara berpikir, mungkin ini jati diri Satya yang sesungguhnya. Dia langsung pergi, membiarkan gaun mewahnya berkibaran karena ditiup angin.Saat berikutnya, pergelangan tangannya ditahan oleh Satya. Clara sontak mengempaskan tangannya dan memekik, "Lepaskan aku!"Clara benar-benar merasa jijik dengan pria ini. Namun, Satya tidak memberinya kesempatan untuk
Selesai mengatakan itu, Satya menjulurkan tangan untuk menarik Clara ke pelukannya. Clara tidak ingin tunduk begitu saja. Dia berkata dengan lirih, "Satya, sebenarnya ini nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan video itu. Kalaupun kalian benar-benar berhubungan seks di tempat seperti itu, aku sama sekali nggak keberatan!"Satya tergelak saking kesalnya. Dia menunduk, lalu mencium bibir Clara dan menyahut dengan suara serak, "Benar, kamu menyukai pria lain, mana mungkin peduli padaku. Tapi, aku jadi mengerti betapa dermawannya dirimu ini."Clara membelalakkan matanya yang berkaca-kaca. Dia tidak percaya bahwa Satya berani melakukan hubungan intim dengannya di mobil. Sopir jelas berada di depan, apalagi pria ini baru menyentuh wanita lain. Namun, dia tidak akan bisa menghentikan Satya.Satya melepaskan bagian atas gaun Clara hingga terlihat kulit putih yang mulus. Pria ini sama sekali tidak bersikap lembut, dia memperlakukan Clara dengan sangat kasar. Perasaan ini sangat menyiksa,
Di dalam wastafel, terlihat segumpal darah .... Clara memandang dengan terbengong-bengong. Mungkin, dirinya jatuh sakit?Keesokan pagi, Gracia datang ke kamar mereka karena ingin mengambil kontrak dari Satya. Satya sudah berpakaian rapi. Dia duduk di depan meja makan sambil menyantap makanannya dengan tenang.Gracia pun menunggu di samping. Dia memandang ke arah kamar tidur, tetapi tidak ada pergerakan apa pun di sana. Dia pun menebak bahwa Clara masih tidur. Jadi, dia bertanya dengan lirih kepada Satya, "Gimana dengan Ingrid?"Satya hampir melupakan masalah ini. Dia sudah terbiasa melihat wanita seperti Ingrid. Namun, dia selalu bersikap murah hati kepada para wanita. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan dingin, "Beri dia cek 100 miliar, suruh dia jangan mencariku lagi."Gracia memahami maksud Satya, bosnya ini tidak ingin bertemu dengan wanita itu lagi. Selama ini, Gracia selalu bersimpati pada Clara. Dia pun sengaja bertanya, "Gimana dengan wanita lainnya ...?"Satya mendong
Clara mengucapkan terima kasih dengan lirih. Kemudian, dia bangkit dan meninggalkan ruang konsultasi. Koridor di luar seolah-olah tak berujung, dia melamun sepanjang perjalanan.Clara menunduk menatap kartu nama itu. Dia merasa sangat bersyukur kepada dokter itu, tetapi dia tidak ingin sembuh.Kakaknya berada di penjara, Clara tahu Satya tidak akan melupakan dendam ini untuk seumur hidup, apalagi mengampuni dirinya dengan kakaknya.Di antara dirinya dan kakaknya, hanya boleh ada satu yang hidup. Clara merasa, kemarahan Satya mungkin akan mereda jika dirinya mati.Clara meletakkan kartu nama itu di pinggir jendela. Begitu angin berembus, kartu nama itu seketika melayang pergi.....Setelah meninggalkan rumah sakit, Clara tidak menyangka Ingrid akan mencarinya. Di bawah sinar matahari, Clara terlihat pucat pasi, sedangkan Ingrid begitu menawan. Hanya saja, terlihat sedikit kekesalan pada ekspresi wanita itu. Clara pun berpikir, mungkin Ingrid bertengkar dengan Satya.Sesaat kemudian, ked
Jam 8 malam, Satya kembali ke hotel. Di tengah kegelapan, terlihat Clara duduk di pinggir jendela besar, membiarkan cahaya bintang menyinari wajahnya."Kenapa nggak menyalakan lampu?" tanya Satya sambil menyalakan semua lampu di kamar. Begitu ruangan menjadi terang, terlihat sudut mata Clara yang agak basah. Wanita ini pasti menangis lagi.Satya menatapnya cukup lama, lalu duduk di sofa sambil melepaskan jasnya. Kemudian, dia bertanya dengan tidak acuh, "Masih marah karena masalah semalam? Kamu sudah makan belum?""Sudah," jawab Clara. Satya tentu tidak percaya, tetapi hubungan mereka sedang tidak baik sehingga dia tidak akan peduli. Biarkan saja kalau belum makan, dia akan makan sendiri kalau lapar nanti!Satya merasa lelah karena sibuk seharian, tetapi ingin sekali melampiaskan nafsunya kepada Clara. Setelah beristirahat sejenak, dia pun meminta untuk berhubungan intim. Tanpa diduga, Clara sama sekali tidak menolak, melainkan menyetujuinya dengan senang hati.Ketika Satya menciumnya,
Satya menghancurkan Clara dengan keji. Clara membuka matanya sedikit, meletakkan sepasang tangannya di kaca yang dingin, memandang lampu di luar yang indah dan warna-warni ....Saat ini, penampilan Clara sangat menyedihkan. Apakah pria di belakang yang mempermalukannya adalah Satya? Apakah ini Satya yang pernah dicintainya? Jelas-jelas Satya begitu menyayanginya dan tidak tega menyakitinya dulu, sekarang Satya malah menahannya di jendela dan memperlakukannya layaknya seorang pelacur."Satya ... Satya ...." Clara terbatuk beberapa kali sehingga terlihat darah memercik di jendela. Dia pun terus memanggil nama pria ini agar tidak jatuh pingsan karena kesakitan. Namun, yang dipanggilnya bukanlah Satya yang sekarang, melainkan Satya yang dicintainya dulu, Satya yang tidak pernah tega untuk menyakitinya.Kenapa masih belum berakhir? Satya sudah melakukannya beberapa ronde, kenapa masih belum melepaskannya? Satya jelas-jelas tahu dirinya sangat kesakitan.Di tengah-tengah kesakitan, Satya son
Satya benar-benar mengacaukan kamar ini. Baik itu sofa ataupun karpet, semua terlihat sangat kotor. Selain itu, masih ada noda darah di jendela yang begitu besar. Hanya saja, Satya tidak menyadarinya karena sibuk melampiaskan nafsunya. Pria ini tidak tahu bahwa hidup Clara tidak lama lagi!Malam ini, Satya tidak kembali ke hotel. Clara meringkuk di ranjang besar yang terasa dingin sambil memandang bulan di luar jendela. Dia mulai menghitung mundur sisa hidupnya. Mungkin, dia akan mati lebih cepat kalau berada di sisi Satya. Mungkin setengah tahun atau beberapa bulan lagi, dia sudah meninggalkan dunia ini.Joe .... Benar, Clara masih punya Joe! Setelah kembali ke Kota Brata, dia akan membuatkan pakaian untuk Joe supaya anaknya bisa mengenakan pakaian baru buatan ibunya setiap tahun. Selain itu, dia masih harus memilih beberapa buku untuk Joe. Lagi pula, Satya mungkin akan mengabaikan anak mereka setelah punya wanita baru.Clara juga harus menyerahkan semua uangnya kepada Aida dan memint
Clara harus membeli obat pereda nyeri.....Pada tengah malam, cuaca di Kota Aruma sangat dingin. Clara yang memakai jaket tetap menggigil. Dia tahu ini karena dirinya sakit. Dulu, Clara tidak takut dingin.Di setiap jalan terdapat berbagai macam toko obat. Clara mencari toko obat yang buka 24 jam. Dia masuk ke toko yang terang benderang dan langsung meminta obat pereda nyeri kepada staf di meja kasir. Staf tersebut berkata tanpa mendongak, "Kalau nggak ada resep dari dokter, aku nggak bisa memberimu obat."Clara meletakkan 2 gepok uang di meja kasir. Totalnya 40 juta. Staf itu tercengang. Dia melihat ke sekeliling, lalu mengambil uang itu dan memasukkannya ke mesin penghitung uang. Staf tersebut masih tidak percaya semua itu adalah uang asli.Clara bertanya, "Apa aku bisa membeli obat dengan semua uang itu?""Tentu saja bisa!" seru staf. Dia menyusun uang itu, lalu menyimpannya ke tas dengan menghindari kamera pengawas. Kemudian, dia mengambil 5 kotak obat untuk Clara dan melanjutkan,