Annika merasa malu. Dia terus digoda oleh Zakki, tetapi belum bernafsu. Kalaupun ada, tetap saja sangat sedikit. Sebagai pria dewasa, Zakki tentu menyadari hal ini.Sesampainya di vila, Zakki menggendong Annika ke lantai atas. Dia mendorong pintu kamar, lalu menurunkan Annika ke ranjang. Annika berbaring dengan lemas sambil menatap Zakki yang tepat di atasnya.Zakki tidak menyalakan lampu. Dia membuka jasnya di tengah kegelapan, juga melepaskan kancing kemeja dan tali pinggangnya. Ketika melakukan semua ini, dia terus memandang mata Annika tanpa melewatkan perubahan ekspresinya.Ketika menindih dan mencium telinga Annika, Zakki bertanya dengan suara serak, "Apa kamu sudah merasakannya?"Zakki khawatir Annika kesakitan sehingga terus bersabar. Annika menjulurkan tangan dan memeluk leher Zakki sambil berciuman panas dengannya. Pada saat yang sama, dia melemaskan tubuhnya sebagai isyarat untuk mengundang serangan Zakki ....Keduanya berciuman tanpa henti. Napas Zakki yang berat jelas menu
Malam itu juga, Satya terbang ke Hastama. Setibanya di vila, lampu masih menyala. Dari halaman sampai ruang tamu, semuanya dipasang lampu bintang yang gemerlap.Clara masih belum tidur karena sedang mendekorasi rumahnya. Dia yang mengenakan piama putih pun menggantungkan hiasan pada pohon natal kecil dengan penuh konsentrasi.Meskipun telah melahirkan Joe, Clara tetap terlihat cantik dan muda. Sementara itu, Satya tampak agak lelah, bahkan tercium aroma parfum wanita lain dari tubuhnya. Entah mengapa, jantungnya berdebar-debar saat melihat Clara sekarang.Satya seperti merasa dirinya kembali ke masa lalu. Waktu itu, Clara masih berusia 22 tahun. Dia tidak sengaja menabrak Satya dan terlihat malu-malu serta ketakutan saat digoda orang-orang sekitar. Wanita ini pun tidak berpengalaman sehingga sangat mudah ditaklukkan oleh Satya.Setelah Clara menaiki sepeda seorang pria bernama Davin, Satya baru tahu bahwa Clara ternyata merasa tidak puas dengan pernikahan ini. Satya menghukum Clara, ba
Seiring berjalannya waktu, Satya mulai kehilangan minatnya sehingga langsung mengakhiri semua ini.Setelah selesai, Satya bangkit dan memandang kekacauan yang ada. Sementara itu, Clara masih berbaring di ranjang. Bahunya dipenuhi bekas ciuman Satya, wanita ini tampak sangat berantakan. Satya pun tidak langsung pergi, melainkan menyalakan rokok.Clara meringkuk sambil mengambil selimut untuk menutupi tubuhnya. Wajahnya mungilnya tampak polos, sedangkan mata besarnya berkaca-kaca. Dia selalu seperti ini setiap kali selesai bercinta.Tatapan Satya terlihat agak suram. Dia menatap Clara cukup lama, lalu mematikan rokoknya dan bangkit untuk turun.Setelah Satya pergi, tangan Clara yang terkepal erat pun mengendur. Raut wajahnya terlihat agak bengong dan jantungnya berdebar-debar. Dia punya firasat bahwa Satya datang larut malam begini untuk memberinya surat cerai.Meskipun mereka telah melakukannya, Satya sama sekali tidak mendapatkan kepuasan, bahkan merasa membosankan.Sesuai dugaan, terd
Tebersit kelembutan pada sorot mata Satya. Dia tampak ragu sejenak, lalu akhirnya membelai kepala Clara, seolah-olah yang dibelainya adalah Joe. Clara terlihat lemah dan polos, tetapi jelas berbeda dengan Joe.Larut malam, Satya keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Di ruang tamu, Aida yang tampak cemas segera menghampiri dan bertanya, "Gimana nasib Nyonya?"Satya memahami maksud pertanyaan ini. Dia menunduk menatap surat di tangan, lalu membalas dengan tidak acuh, "Seperti biasa."Aida tertegun mendengarnya. Dia benar-benar menyayangi Clara sehingga mencoba membantunya dengan nada agak memohon, "Sebaiknya, biarkan Nyonya pergi. Dia punya kakak, 'kan? Aku rasa kakaknya pasti bisa merawatnya."Begitu membahas tentang Yoyok, tatapan Satya sontak menjadi dingin. Dia menyahut dengan nada tegas, "Sudah kubilang, semuanya seperti biasa!"Selesai mengatakan itu, Satya langsung meninggalkan vila. Mobil dan sopir sudah menunggunya di halaman sejak tadi.Ketika duduk di dalam, Satya menga
Saat ini, Satya baru mengaktifkan ponselnya. Ada banyak panggilan tak terjawab, semuanya dari pengawal vila.Satya menelepon mereka, lalu bertanya, "Kenapa?"Pengawal itu menceritakan dengan terbata-bata. Dengan ekspresi masam, Satya menyahut dengan tidak acuh, "Jangan sampai dia kabur."Hanya kalimat singkat, tetapi terdengar sangat tegas. Pengawal itu pun mengangguk. Sementara itu, Satya mengakhiri panggilan dan memijat dahinya. Dia telah melakukan perjalanan panjang hari ini, bahkan sempat bercinta, sehingga tubuhnya merasa agak lelah.Sopir berputar arah, lalu bertanya dengan sopan, "Pak Satya, kita akan pulang atau ke tempat Nona Benira?""Pulang ke vilaku," jawab Satya.....Di ruang presdir, lantai paling atas Grup Chandra. Satya memejamkan mata sambil bersandar di sofa. Dia baru menghadiri rapat selama 2 jam sehingga merasa sangat lelah.Benira yang berada di belakangnya pun memijat kepalanya dan berucap dengan lembut, "Pak Satya, apa begini sudah cukup?"Satya meraih tangan Be
Ketika berbicara sampai akhir, Aida pun terisak-isak. Dia benar-benar merasa kasihan pada Clara. Sementara itu, Satya terdiam sesaat sebelum membalas, "Aku sangat sibuk belakangan ini, nggak sempat ke sana. Kamu jaga dia baik-baik. Beri tahu dia, aku nggak akan merasa iba padanya."Aida merasa putus asa mendengarnya. Dia yang selalu merawat Clara, jadi tahu bahwa Clara hanya berpura-pura sakit. Itu sebabnya, Aida mencoba membantu Clara, tetapi Satya malah sekejam ini.Clara baru berusia 24 tahun, tetapi harus menjalani kehidupan seperti ini. Bagaimana Aida bisa membantunya? Aida masih ingin berbicara, tetapi Satya sudah mengakhiri panggilan. Dia tidak ingin bersimpati terhadap wanita itu.Beberapa hari ini, Clara pasti terus menangis dan mengira Satya sudah tidak menginginkannya. Akan tetapi, wanita ini pasti akan kelaparan setelah menangis tanpa henti. Satya pun akan membawa Joe menemuinya saat tahun baru nanti. Clara seharusnya akan merasa senang nanti.....Sore harinya, Satya pulan
Pada akhirnya, Satya mengurungkan niatnya untuk menghubungi Clara. Menurutnya, dia hanya terlalu khawatir pada Clara.Malam tahun baru, Satya membawa Joe yang telah berusia 8 bulan ke Hastama. Dia berniat untuk merayakan tahun baru di sana. Turun salju lebat saat mereka berada di pesawat, tetapi akhirnya mendarat dengan selamat.Mobil hitam perlahan-lahan memasuki vila. Atap mobil telah dipenuhi salju. Satya pun turun dan mengamati sekelilingnya. Vila ini tidak semeriah saat Natal dan terlihat sunyi senyap.Begitu memasuki ruang tamu, Satya melepaskan mantelnya yang terkena salju, tetapi masih belum melihat Clara.Aida memahami maksud Satya. Dia menggendong Joe dan berkata, "Nyonya sama sekali nggak mau turun, makan juga selalu di atas. Dia nggak mau bicara, kerjaannya hanya melamun atau melukis. Kadang, aku melihatnya bergadang untuk melukis. Aku pernah mengintipnya, rupanya dia melukis Tuan Joe."Satya termangu sesaat. Dia menggoda Joe, lalu mendongak menatap ke atas. Sesudah meletak
Suasana hati Satya sontak menjadi buruk. Dia berjalan ke meja makan, lalu berkata dengan nada datar, "Sajikan makanannya."Karena ini hari istimewa, pelayan pun menyiapkan makanan mewah. Aida mengambilkan jaket untuk Clara, lalu membawanya duduk di sebelah Satya dan tidak lupa berpesan, "Buat Tuan senang hari ini, dia khusus membawa putra kalian pulang. Jangan sampai dia marah."Ekspresi Clara tampak bingung. Satya yang terlihat bermartabat menuangkan anggur untuk dirinya sendiri. Dia menyesapnya dengan pelan sambil menatap Clara menyantap makanannya.Clara agak pemilih dalam hal makanan. Ada sepiring ikan asam manis di depannya, tetapi dia tidak mau memakannya meskipun diambilkan dan dibujuk oleh Aida. Satya langsung menyuapinya sambil bertanya, "Bukannya kamu sangat suka makanan ini dulu?"Clara tertegun mendengarnya. Jangankan dia, Satya sendiri merasa terkejut dengan tindakannya. Dia teringat pada masa lalu dan hubungan keduanya. Satya pernah memasak untuk Clara dan wanita ini pali