Ketika berbicara sampai akhir, Aida pun terisak-isak. Dia benar-benar merasa kasihan pada Clara. Sementara itu, Satya terdiam sesaat sebelum membalas, "Aku sangat sibuk belakangan ini, nggak sempat ke sana. Kamu jaga dia baik-baik. Beri tahu dia, aku nggak akan merasa iba padanya."Aida merasa putus asa mendengarnya. Dia yang selalu merawat Clara, jadi tahu bahwa Clara hanya berpura-pura sakit. Itu sebabnya, Aida mencoba membantu Clara, tetapi Satya malah sekejam ini.Clara baru berusia 24 tahun, tetapi harus menjalani kehidupan seperti ini. Bagaimana Aida bisa membantunya? Aida masih ingin berbicara, tetapi Satya sudah mengakhiri panggilan. Dia tidak ingin bersimpati terhadap wanita itu.Beberapa hari ini, Clara pasti terus menangis dan mengira Satya sudah tidak menginginkannya. Akan tetapi, wanita ini pasti akan kelaparan setelah menangis tanpa henti. Satya pun akan membawa Joe menemuinya saat tahun baru nanti. Clara seharusnya akan merasa senang nanti.....Sore harinya, Satya pulan
Pada akhirnya, Satya mengurungkan niatnya untuk menghubungi Clara. Menurutnya, dia hanya terlalu khawatir pada Clara.Malam tahun baru, Satya membawa Joe yang telah berusia 8 bulan ke Hastama. Dia berniat untuk merayakan tahun baru di sana. Turun salju lebat saat mereka berada di pesawat, tetapi akhirnya mendarat dengan selamat.Mobil hitam perlahan-lahan memasuki vila. Atap mobil telah dipenuhi salju. Satya pun turun dan mengamati sekelilingnya. Vila ini tidak semeriah saat Natal dan terlihat sunyi senyap.Begitu memasuki ruang tamu, Satya melepaskan mantelnya yang terkena salju, tetapi masih belum melihat Clara.Aida memahami maksud Satya. Dia menggendong Joe dan berkata, "Nyonya sama sekali nggak mau turun, makan juga selalu di atas. Dia nggak mau bicara, kerjaannya hanya melamun atau melukis. Kadang, aku melihatnya bergadang untuk melukis. Aku pernah mengintipnya, rupanya dia melukis Tuan Joe."Satya termangu sesaat. Dia menggoda Joe, lalu mendongak menatap ke atas. Sesudah meletak
Suasana hati Satya sontak menjadi buruk. Dia berjalan ke meja makan, lalu berkata dengan nada datar, "Sajikan makanannya."Karena ini hari istimewa, pelayan pun menyiapkan makanan mewah. Aida mengambilkan jaket untuk Clara, lalu membawanya duduk di sebelah Satya dan tidak lupa berpesan, "Buat Tuan senang hari ini, dia khusus membawa putra kalian pulang. Jangan sampai dia marah."Ekspresi Clara tampak bingung. Satya yang terlihat bermartabat menuangkan anggur untuk dirinya sendiri. Dia menyesapnya dengan pelan sambil menatap Clara menyantap makanannya.Clara agak pemilih dalam hal makanan. Ada sepiring ikan asam manis di depannya, tetapi dia tidak mau memakannya meskipun diambilkan dan dibujuk oleh Aida. Satya langsung menyuapinya sambil bertanya, "Bukannya kamu sangat suka makanan ini dulu?"Clara tertegun mendengarnya. Jangankan dia, Satya sendiri merasa terkejut dengan tindakannya. Dia teringat pada masa lalu dan hubungan keduanya. Satya pernah memasak untuk Clara dan wanita ini pali
Begitu masuk ke kamar, Satya baru teringat bahwa mereka sudah bercerai. Sebenarnya mereka tidak seharusnya tidur bersama. Namun saat ini sudah larut, dia tidak ingin membereskan ruang tamu dan tidur sendirian di sana. Oleh karena itu, Satya berjalan ke ranjang dan menyibak selimutnya. Dia melihat Joe tidur dalam pelukan Clara.Wajahnya yang putih mulus itu mendekap di dada ibunya. Pemandangan ini terlihat begitu hangat, tetapi Satya justru merasa berbeda .... Hasrat yang telah ditahannya kembali menggelora. Dia memindahkan anaknya ke samping, lalu menindih dan mencium Clara tanpa segan-segan sambil membuka rok piamanya ....Satya begitu terburu-buru. Bahkan sebelum Clara sempat mempersiapkan diri, Satya telah tidak sabaran berhubungan intim dengannya.Ranjang yang besar dan mewah itu berguncang hebat, begitu juga dengan wanita yang ditindih Satya. Clara berusaha keras untuk melawan dengan suaranya yang terbata-bata, "Jangan! Jangan ...."Namun Satya tidak merasakan apa pun. Mereka mema
Dalam hatinya, Aida mengutuk, 'Sungguh keterlaluan.'Satya turun ke lantai bawah dengan perlahan-lahan. Di lantai satu adalah ruang tamu. Benira tampak mengenakan mantel dan dipadukan dengan berbagai perhiasan yang terlihat mahal. Dia sedang duduk di sofa sambil minum teh. Setiap gerak-geriknya seolah-olah menunjukkan bahwa dia adalah Nyonya di rumah ini.Terdengar suara langkah kaki dari tangga. Benira mendongak melihat ke atas dan tertegun seketika. Dia sudah menunggu sekitar 10 menit lebih di ruang tamu. Awalnya Benira tidak berpikir berlebihan karena mengira Satya sudah ketiduran. Namun Satya sekarang malah terlihat mengenakan piamanya dengan asal-asalan. Di dadanya bahkan terlihat bekas cakaran yang samar-samar, jelas sekali itu adalah bekas cakar yang ditinggalkan wanita ....Ternyata Satya memang tidur, tapi dia tidur dengan Clara.Benira merasa tidak tahan. Belakangan ini Satya tidak pernah menyentuhnya sama sekali. Benira selalu menganggap Satya hanya terlalu sibuk dalam peker
Satya terperangah untuk sesaat. Tanpa berpikir panjang, dia langsung berlari ke arah tangga sambil berkata dengan nada tinggi, "Bi Aida, bawa Nona Benira ke kamar tamu."Adegan mesra tadi juga turut disaksikan Aida, tetapi dia tidak berani bersuara. Dia merasa sangat kasihan terhadap Clara. Clara begitu polos, entah seberapa jijiknya dia saat melihat semua ini. Clara sedari awal memang sudah merasa jijik terhadap Satya, sepertinya kelak Clara tidak akan sudi lagi disentuh Satya.Aida sangat tidak menyukai Benira. Dia berjalan ke hadapan Benira dengan wajah muram, lalu berkata, "Ayo, Nona Benira!"Benira merasa kesal. Dia tidak menyangka Satya begitu tega meninggalkannya tanpa mempertimbangkan hubungan mereka di masa lalu. Lagi pula, tubuh Benira juga sudah mulai bereaksi saat ini. Jika Satya pergi sekarang, lalu bagaimana dengan dirinya?Benira memanggilnya dengan manja, "Satya!"Satya tidak menggubris Benira. Dia hanya berjalan ke hadapan Clara, sedangkan Clara terus bergerak mundur h
Usai menghina Benira, Aida langsung melenggang keluar dari kamar. Benira benar-benar jengkel dengan sikapnya, tapi dia sangat mengerti bahwa ucapan Aida memang benar.Dulu Benira sangat percaya diri, dia mengira dirinya bisa memahami Satya. Jika dibandingkan dengan Clara, tentunya Benira yang lebih cocok berdiri di sisi Satya dan membuat semua orang iri melihatnya. Namun saat mereka muncul bersamaan, Satya malah langsung memilih Clara tanpa ragu-ragu. Ini sudah cukup untuk menjelaskan posisinya di hati Satya.Benira bukannya tidak tahu, melainkan hanya merasa tidak rela! Pada akhirnya, Benira menginap di kamar tamu ini untuk satu malam. Keesokannya, Benira telah bangun pagi-pagi sekali. Dengan mengenakan mantelnya, Benira berjalan keluar untuk menikmati pemandangan bersalju. Vila ini didesain oleh arsitek terkenal, pemandangannya akan terlihat berbeda dari setiap sudut yang berbeda.Di halaman belakang, ada sebuah rumah kaca. Aida sedang menemani Clara untuk memetik mawar dengan senyum
Sambil mengisap rokok, Satya menatap sosok Benira yang menyedihkan. Benira sepertinya bisa menebak maksud Satya. Benar saja, setelah mengisap setengah batang rokoknya, Satya mulai bicara, "Aku nggak suka wanita yang bersikap seenaknya! Terlebih lagi, aku nggak suka hidupku diatur orang lain. Sepertinya ucapanku semalam sudah cukup jelas, posisi direktur adalah kompensasi untukmu. Ke depannya kita nggak akan berhubungan badan lagi!"Benira menanyakan, "Karena Clara?"Satya tidak menjawab pertanyaannya. Dia membuang puntung rokok di asbak, lalu berkata dengan nada datar, "Bereskan barangmu. Sebentar lagi ada sopir yang membawamu ke hotel. Setelah bandara dibuka kembali nanti, kamu kembali ke Kota Brata!"Benira merasa semakin dipermalukan. Dengan mata berkaca-kaca, dia bertanya, "Dari segi mana aku kalah darinya? Baik itu bentuk tubuh ataupun kemampuan ... dari segi mana yang aku kalah darinya?"Satya beranjak dan berjalan ke depan pintu, lalu bergumam sambil memegang gagang pintu, "Kare