Zakki menjawab dengan ekspresi datar, "Terserah kamu, yang tidak ada yang mati.""Baik." Dania mengangguk.Dania menatap Zakki pergi menuruni tangga. Tak berapa lama, terdengar suara mobil yang beranjak pergi.Dania tahu, Zakki pasti pergi menjemput Annika.Dania meneteskan air mata haru, akhirnya Annika kembali ........Malam ini jalanan ditutupi salju lebat.Zakki menempuh perjalanan panjang hingga akhirnya tiba di sanitarium. Bangun yang didirikan menggunakan bata merah tampak menyeramkan.Sesaat memasuki halaman, Zakki tidak menemukan tanda-tanda keberadaan orang. Dia hanya melihat setumpuk salju tebal yang menutupi jalan setapak.Zakki merasa ada yang janggal. Dia bergegas keluar dari mobil dan berlari ke dalam sanitarium. Dia berlari terhuyung-huyung hingga jatuh sampai beberapa kali.Terdapat pintu tambahan yang digembok. Zakki melihat pangsit yang dikirimkannya untuk Annika malah dimakan orang lain. Meja dan piring berserakan di lantai pertama, bahkan foto Ariel pun diletakkan
Zakki melepaskan jas yang dikenakan dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Annika.Melalui jas tebal yang diberikan, Zakki bisa merasakan tubuh Annika yang hanya tersisa tulang.Annika tidak memberontak, dia sangat lemah. Dia duduk dan bersandar dengan tenang di dalam mobil. Jas tebak menutupi sebagian wajahnya, dia terlihat seperti mayat hidup.Annika menatap ke arah jendela, dia tidak berbicara. Dia memandang bulan yang bersinar indah di langit, lalu tiba-tiba berkata dengan lembut, "Zakki, selamat merayakan festival musim semi."Zakki sama sekali tidak senang. Dia tahu ini adalah ucapan perpisahan untuknya. Ini adalah tahun terakhir mereka merayakan festival musim semi sebagai sepasang suami istri.Zakki tidak rela melepaskan Annika, dia ingin memperbaiki semua dan memulai dari awal.Mobil berhenti di persimpangan jalan, suasana di dalam mobil sangat hening, hanya terdengar embusan napas Annika yang samar-samar."Maafkan aku. Aku menyesal," kata Zakki dengan suara serak.Zakki ingi
Chika bersandar di mobil sambil menatap hadiah yang dibuang Zakki.Chika tersenyum kecut, sebenarnya Zakki sedang mencari kesempatan yang tepat. Sejak awal, dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan Annika.Zakki mencari alasan untuk memperbaiki hubungan rumah tangganya. Dia masih mencintai Annika, dai sangat mencintai Annika ....Apa balasan atas penantian Chika selama ini? Selama bertahun-tahun ini, Zakki hanya mencintai Annika. Chika mentertawakan dirinya sendiri, ternyata dia tidak ada apa-apanya dibandingkan Annika.....Zakki menggendong Annika masuk ke dalam rumah.Pelayan sudah bangun terkejut melihat kondisi Annika. Beberapa pelayan yang tidak tega, bahkan sampai meneteskan air mata."Nyonya, kenapa Anda jadi sekurus ini? Apakah tidak ada yang memberimu makan?" tanya salah seorang pelayan sambil terisak.Kondisi Annika sangat lemah, dia tidak sanggup menjawabnya. Pelayan mengusap air mata Annika yang menetes dari sudut mata. "Nyonya, aku siapkan sup dan telur, ya? Nyonya isti
Tak berapa lama, pelayan datang membawakan makanan. Dia meletakkan semua makanan di atas meja dan berkata dengan mata berkaca-kaca, "Nyonya, makan dulu mumpung masih hangat. Nyonya mau makan apa lagi? Biar aku siapkan."Annika tersenyum lemas. "Terima kasih."Pelayan tidak berani mencampuri urusan rumah tangga majikannya. Dia pun pamit dan pergi.Annika memiliki rencana sendiri. Dia bersandar di sofa sambil menyantap makanannya. Setelah meminum sup ginseng yang lezat, Annika merasa seperti hidup kembali. Hanya saja, dia masih lemas.Annika memegang penyangga kasur bayi sambil menatap Ariel. Kemudian Annika masuk ke ruang ganti untuk mengambil pakaian ganti dan berjalan ke kamar mandi.Namun, tiba-tiba Zakki menahan pergelangan tangannya. "Kondisimu masih lemah, aku bantu mandi."Annika menolak."Aku cuma mau merawatmu, apakah tidak boleh?" Zakki mengerutkan alis.Annika tersenyum. "Zakki, kita sudah bukan suami istri."Pupil Zakki sontak bergetar, sedangkan Annika mengabaikannya dan la
Mata Zakki berkaca-kaca, dia tidak dapat mengontrol perasaannya. Kemudian Zakki memeluk Annika dari belakang dan menempel dagunya di pundak Annika."Annika, berikan aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji tidak akan mengecewakanku," pinta Zakki dengan suara gemetar.Annika mematung di tempat, sementara Zakki memutar tubuh Annika dan menatapnya. Mata Zakki tampak memerah, dia ingin sekali mengecup Annika untuk membuktikan bahwa semua ini belum terlambat, masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.Akan tetapi, Annika mengulurkan tangan untuk menahan Zakki. Bekas tusukan jarum di tangan Annika bagaikan jurang yang memisahkan mereka.Pupil Zakki bergetar, dia menggenggam erat tangan Annika. Zakki menyerah, dia hanya ingin meminta satu hal terakhir. "Annika, apakah kamu bersedia menyetrika satu kemejaku? Aku suka kemeja yang kamu belikan tempo hari."Di saat bersamaan, terdengar suara bunyi klakson mobil yang berasal dari halaman."Aku sudah mau pergi," jawab Annika.Begitu Annika pergi, dia
Annika pindah ke sebuah apartemen yang terletak di pusat kota.Rumah ini berukuran 200 meter persegi, dia tinggal bersama Shinta, Ariel, dan dua orang perawat. Rumah ini cukup luas, cukup untuk ditinggali 5 orang.Depresi Annika belum pulih sepenuhnya. Setiap malam Ariel dijaga oleh perawat, sedangkan Annika hanya menemani Ariel setiap pagi sampai sore.Sebenarnya Shinta mencemaskan kesehatan Annika."Tenang saja, aku sudah melewati segala masalah. Apa lagi yang nggak bisa aku hadapi?" Annika tersenyum kecil.Shinta geram setiap mengingat Annika yang dikurung dalam sanitarium. Shinta menggertakkan giginya dengan kesal. "Ibunya Zakki kelewatan! Harusnya dia juga dikurung di sana biar tahu rasanya."Annika mengusap punggung Shinta. "Semua sudah lewat. Oh iya, jangan beri tahu Sania, dia pasti khawatir."Shinta tidak tega, dia merasa semua ini tidak adil untuk Annika.Annika hanya tersenyum. Dia memang merasa tidak adil, nyawanya hampir melayang. Namun, Zakki telah menebusnya di dalam sur
Annika tidak tertarik untuk bertengkar. Dia mengeluarkan 4 juta dan melemparkannya ke kaki Yunita.Annika tahu, Yunita membutuhkan uang, tetapi juga ingin menjaga harga dirinya. Annika menyeringai sinis. "Kasihan, 'kan? Ini bentuk kasihanku, pungutlah uangnya."Yunita membeku di tempat, dia tidak pernah dipermalukan seperti ini. Akan tetapi, dia tetap berjongkok dan memungut lembaran uang yang dilemparkan. Dia membutuhkan uang ini untuk makan dan membayar tempat tinggal.Setelah memungut uang tersebut dan bangkit berdiri, Yunita melihat Zakki yang berdiri tak jauh dari sana.Zakki mengenakan jas berwarna hitam, dia tetap tampan dan memancarkan aura khas pria dewasa.Zakki bersandar di samping mobil sambil menyaksikan perselisihan Annika dan Yunita.Yunita panik dan malu, tetapi di sisi lain, dia juga merasa senang. Setelah melihat watak Annika yang sesungguhnya, Yunita merasa Zakki pasti akan menyadari kalau Annika tidak layak dicintai.Yunita berpikir kalau Zakki akan menghiburnya, te
Zakki masih memedulikan Annika, dia pun lanjut berbicara dengan suara serak, "Saat bersamaku dulu, kamu tidak pernah kelihatan sebahagia sekarang."Matahari mulai terbenam di ufuk barat.Lampu di dalam rumah menyala terang. Annika berdiri di tempat, dia tampak nyaman dan santai.Kemudian Annika menatap Zakki dan menjawab, "Karena kita tidak sepadan. Sejak kita menikah, kedudukan kita tidak pernah setara. Setiap hari aku harus menghadapi suamiku yang dingin. Aku nggak tahu ucapan apa yang membuatnya kesal, aku nggak tahu sudah melakukan kesalahan apa sampai dia tega mengacuhkanku selama seminggu penuh. Wanita mana yang tidak tertekan menjalani pernikahan seperti itu?""Mulai sekarang aku akan lebih menghormati dan menghargaimu." Zakki mengangguk tegas.Annika tersenyum. "Apa gunanya?"Annika menggendong Ariel dari pelukan Zakki sambil berkata, "Kamu sudah melihat Ariel, hari juga sudah malam. Maaf, aku nggak bisa mengantarmu turun."Di saat bersamaan, Shinta keluar dari dapur dan menyaj