Chika bersandar di mobil sambil menatap hadiah yang dibuang Zakki.Chika tersenyum kecut, sebenarnya Zakki sedang mencari kesempatan yang tepat. Sejak awal, dia tidak pernah berpikir untuk melepaskan Annika.Zakki mencari alasan untuk memperbaiki hubungan rumah tangganya. Dia masih mencintai Annika, dai sangat mencintai Annika ....Apa balasan atas penantian Chika selama ini? Selama bertahun-tahun ini, Zakki hanya mencintai Annika. Chika mentertawakan dirinya sendiri, ternyata dia tidak ada apa-apanya dibandingkan Annika.....Zakki menggendong Annika masuk ke dalam rumah.Pelayan sudah bangun terkejut melihat kondisi Annika. Beberapa pelayan yang tidak tega, bahkan sampai meneteskan air mata."Nyonya, kenapa Anda jadi sekurus ini? Apakah tidak ada yang memberimu makan?" tanya salah seorang pelayan sambil terisak.Kondisi Annika sangat lemah, dia tidak sanggup menjawabnya. Pelayan mengusap air mata Annika yang menetes dari sudut mata. "Nyonya, aku siapkan sup dan telur, ya? Nyonya isti
Tak berapa lama, pelayan datang membawakan makanan. Dia meletakkan semua makanan di atas meja dan berkata dengan mata berkaca-kaca, "Nyonya, makan dulu mumpung masih hangat. Nyonya mau makan apa lagi? Biar aku siapkan."Annika tersenyum lemas. "Terima kasih."Pelayan tidak berani mencampuri urusan rumah tangga majikannya. Dia pun pamit dan pergi.Annika memiliki rencana sendiri. Dia bersandar di sofa sambil menyantap makanannya. Setelah meminum sup ginseng yang lezat, Annika merasa seperti hidup kembali. Hanya saja, dia masih lemas.Annika memegang penyangga kasur bayi sambil menatap Ariel. Kemudian Annika masuk ke ruang ganti untuk mengambil pakaian ganti dan berjalan ke kamar mandi.Namun, tiba-tiba Zakki menahan pergelangan tangannya. "Kondisimu masih lemah, aku bantu mandi."Annika menolak."Aku cuma mau merawatmu, apakah tidak boleh?" Zakki mengerutkan alis.Annika tersenyum. "Zakki, kita sudah bukan suami istri."Pupil Zakki sontak bergetar, sedangkan Annika mengabaikannya dan la
Mata Zakki berkaca-kaca, dia tidak dapat mengontrol perasaannya. Kemudian Zakki memeluk Annika dari belakang dan menempel dagunya di pundak Annika."Annika, berikan aku satu kesempatan lagi. Aku berjanji tidak akan mengecewakanku," pinta Zakki dengan suara gemetar.Annika mematung di tempat, sementara Zakki memutar tubuh Annika dan menatapnya. Mata Zakki tampak memerah, dia ingin sekali mengecup Annika untuk membuktikan bahwa semua ini belum terlambat, masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.Akan tetapi, Annika mengulurkan tangan untuk menahan Zakki. Bekas tusukan jarum di tangan Annika bagaikan jurang yang memisahkan mereka.Pupil Zakki bergetar, dia menggenggam erat tangan Annika. Zakki menyerah, dia hanya ingin meminta satu hal terakhir. "Annika, apakah kamu bersedia menyetrika satu kemejaku? Aku suka kemeja yang kamu belikan tempo hari."Di saat bersamaan, terdengar suara bunyi klakson mobil yang berasal dari halaman."Aku sudah mau pergi," jawab Annika.Begitu Annika pergi, dia
Annika pindah ke sebuah apartemen yang terletak di pusat kota.Rumah ini berukuran 200 meter persegi, dia tinggal bersama Shinta, Ariel, dan dua orang perawat. Rumah ini cukup luas, cukup untuk ditinggali 5 orang.Depresi Annika belum pulih sepenuhnya. Setiap malam Ariel dijaga oleh perawat, sedangkan Annika hanya menemani Ariel setiap pagi sampai sore.Sebenarnya Shinta mencemaskan kesehatan Annika."Tenang saja, aku sudah melewati segala masalah. Apa lagi yang nggak bisa aku hadapi?" Annika tersenyum kecil.Shinta geram setiap mengingat Annika yang dikurung dalam sanitarium. Shinta menggertakkan giginya dengan kesal. "Ibunya Zakki kelewatan! Harusnya dia juga dikurung di sana biar tahu rasanya."Annika mengusap punggung Shinta. "Semua sudah lewat. Oh iya, jangan beri tahu Sania, dia pasti khawatir."Shinta tidak tega, dia merasa semua ini tidak adil untuk Annika.Annika hanya tersenyum. Dia memang merasa tidak adil, nyawanya hampir melayang. Namun, Zakki telah menebusnya di dalam sur
Annika tidak tertarik untuk bertengkar. Dia mengeluarkan 4 juta dan melemparkannya ke kaki Yunita.Annika tahu, Yunita membutuhkan uang, tetapi juga ingin menjaga harga dirinya. Annika menyeringai sinis. "Kasihan, 'kan? Ini bentuk kasihanku, pungutlah uangnya."Yunita membeku di tempat, dia tidak pernah dipermalukan seperti ini. Akan tetapi, dia tetap berjongkok dan memungut lembaran uang yang dilemparkan. Dia membutuhkan uang ini untuk makan dan membayar tempat tinggal.Setelah memungut uang tersebut dan bangkit berdiri, Yunita melihat Zakki yang berdiri tak jauh dari sana.Zakki mengenakan jas berwarna hitam, dia tetap tampan dan memancarkan aura khas pria dewasa.Zakki bersandar di samping mobil sambil menyaksikan perselisihan Annika dan Yunita.Yunita panik dan malu, tetapi di sisi lain, dia juga merasa senang. Setelah melihat watak Annika yang sesungguhnya, Yunita merasa Zakki pasti akan menyadari kalau Annika tidak layak dicintai.Yunita berpikir kalau Zakki akan menghiburnya, te
Zakki masih memedulikan Annika, dia pun lanjut berbicara dengan suara serak, "Saat bersamaku dulu, kamu tidak pernah kelihatan sebahagia sekarang."Matahari mulai terbenam di ufuk barat.Lampu di dalam rumah menyala terang. Annika berdiri di tempat, dia tampak nyaman dan santai.Kemudian Annika menatap Zakki dan menjawab, "Karena kita tidak sepadan. Sejak kita menikah, kedudukan kita tidak pernah setara. Setiap hari aku harus menghadapi suamiku yang dingin. Aku nggak tahu ucapan apa yang membuatnya kesal, aku nggak tahu sudah melakukan kesalahan apa sampai dia tega mengacuhkanku selama seminggu penuh. Wanita mana yang tidak tertekan menjalani pernikahan seperti itu?""Mulai sekarang aku akan lebih menghormati dan menghargaimu." Zakki mengangguk tegas.Annika tersenyum. "Apa gunanya?"Annika menggendong Ariel dari pelukan Zakki sambil berkata, "Kamu sudah melihat Ariel, hari juga sudah malam. Maaf, aku nggak bisa mengantarmu turun."Di saat bersamaan, Shinta keluar dari dapur dan menyaj
Begitu selesai bicara, bibir Annika langsung dibungkam.Mungkin karena tertekan atau perasaan terancam setelah mengetahui Yoyok menghubungi Annika, Zakki kehilangan akal sehatnya dan melahap bibir merah Annika.Walaupun tubuh bertautan dan lidah saling berpadu, mereka cuma bisa merasakan sakit di sela ciuman yang panas ini.Setelah beberapa saat, akhirnya Zakki melepaskan ciumannya.Annika yang marah pun melayangkan tamparan ke wajah Zakki. Namun Zakki tidak marah, dia malah bersandar di pundak Annika sambil terengah-engah.Dari jarak sedekat ini, Annika dapat mencium aroma rokok yang bercampur dengan embusan napas Zakki.Annika berusaha mendorong Zakki, tetapi tenaganya tidak sebanding. Zakki memeluk erat Annika, jantungnya berdegup sangat kencang."Annika, aku menyukaimu," Zakki berbisik di telinga Annika.Zakki menyukai Annika. Sejak awal sampai akhir, Zakki hanya menyukai Annika seorang.Sekarang bukan waktu yang tepat, hanya saja Zakki yang tidak sabaran langsung menyatakan perasa
Zakki tidak mau mendengar omong kosongnya.Zakki menatapnya seperti orang asing dan mengingatkannya secara frontal, "Aku tidak tertarik padamu. Kamu mengerti maksudku, 'kan?"Yunita menangis, bibirnya bergetar hebat. Entah kenapa, tenggorokannya terasa seperti dicekik.Zakki menutup kaca jendela dan beranjak pergi.Yunita berdiri di bawah lampu jalan sambil berlinang air mata. Dia berjongkok dan hanya bisa memeluk dirinya sendiri.Yunita merasa sangat malu.....Zakki kembali ke rumah.Sesampainya di rumah, dia berjalan masuk sambil memijat keningnya sendiri. Dia tampak kelelahan.Pelayan mengambil mantel yang dilepaskan Zakki sambil berkata, "Ini hari kelima belas festival musim semi. Kami sudah menyiapkan onde-onde yang dimasak dengan arak beras."Onde-onde yang dimasak arak beras? Zakki mengerutkan alis.Tanpa pikir panjang, pelayan langsung berkata, "Nyonya Annika sangat suka. Setiap hari kelima belas festival, Nyonya selalu meminta kami membuatnya. Tuan lupa?"Zakki tersenyum keci