Jubah mandi Annika terbuka lebar, menampilkan tubuhnya yang mulus dan indah di atas meja kerja. Zakki menahan pinggang ramping dan menepuk bokongnya sambil berkata dengan dingin, "Biar aku memberitahumu, seperti apa rasanya menjadi wanita mainanku!"Wajah Annika menjadi pucat karena tahu dia tidak akan bisa kabur. Di bawah lampu terang, dia disiksa dan dipermainkan. Semua perlakuan kasar Zakki bahkan lebih buruk dari yang diterima wanita jalang sekalipun.Annika menatap lampu yang berkedip-kedip menusuk mata. Tubuhnya sakit, tetapi hatinya lebih sakit. Dia mencengkeram erat ujung meja dan berusaha sekuat mungkin bertahan dari siksaan Zakki.Sesuatu yang kecil dan keras mendadak menusuk telapak tangan Annika. Dia menoleh untuk melihatnya. Di atas telapak tangan kirinya yang berkeringat, ada sepasang cufflink indah. Hanya saja, berlian indah itu kini dinodai setetes darah dari jarinya.....Hujan salju di luar perlahan berhenti. Pada pukul 2.30 pagi, Zakki akhirnya menyudahi siksaannya p
Menjelang siang, pelayan menemukan Annika di dalam ruang kerja yang masih terang benderang. Tubuh Annika yang hanya terbalut jubah mandi hitam terbaring kaku di atas meja kayu. Banyak bekas luka yang telah mengering memenuhi sekujur tubuhnya.Mata Annika terpejam erat dengan bekas linangan air mata di pipi. Dia terbaring diam dengan wajah memerah yang tidak normal. Tubuhnya pun terasa sangat panas saat disentuh.Pelayan itu berseru kaget, "Nyonya demam!"Si pelayan sudah berumur dan berpengalaman. Saat melihat kondisi Annika, dia langsung tahu apa yang terjadi. Jadi, dia buru-buru menelepon ponsel Zakki. Namun, panggilan itu hanya berdering tanpa diangkat.Saat ini, Zakki sedang mengadakan rapat penting dengan para eksekutif Grup Ruslan. Ada proyek besar yang hendak Zakki kembangkan. Namun, para eksekutif dan pemegang saham yang kolot menganggap proyek itu terlalu berisiko. Hampir setengah dari peserta rapat tidak setuju. Rapat telah berjalan lebih dari 10 jam hanya untuk mendiskusikan
Annika merasa bahwa dirinya benar-benar sebuah lelucon.....Suasana di ruang rapat petinggi Grup Ruslan sangat tegang. Dania masuk dengan tergesa-gesa, lalu berbisik di telinga Zakki. Mendengar kata-katanya, Zakki segera menoleh ke arah wanita itu.Dania memberanikan diri untuk melaporkan, "Demamnya cukup tinggi dan tubuhnya juga terluka .... Selain itu, ada sedikit masalah dalam proses pengurusan rawat inap di rumah sakit. Annika mungkin sudah tahu tentang Shilla yang dirawat di kamar pasien VIP!"Zakki duduk diam untuk waktu yang cukup lama .... Beberapa saat kemudian, dia baru bangkit sembari berkata, "Rapatnya sampai sini!"Pria itu bergegas keluar. Dania mengikuti di belakang sambil buru-buru berucap, "Mobilnya sudah siap. Pak Zakki, sekarang kita ke rumah sakit?"Zakki tidak menjawabnya. Setelah masuk ke dalam mobil, dia bersandar di kursi dan perlahan memejamkan mata. Adegan di mana Annika berbaring di atas meja kerja muncul di benaknya. Dia juga mengingat kata-kata wanita itu.
Annika sedang sakit dan masih demam tinggi. Sekujur tubuhnya penuh lebam. Namun, dia tetap memaksakan diri untuk turun dari ranjang. Dia melepaskan cincin nikah, anting berlian di telinganya, bahkan kalung berlian yang sangat disukainya di leher secara lembut .... Kemudian, dia meletakkannya di atas nakas.Annika melihat Zakki sambil berkata dengan lembut, "Pakaian dalam yang kukenakan juga bermerek dan dibeli pakai uangmu. Nantinya, setelah resmi meninggalkan rumah Keluarga Ruslan, aku akan lepaskan semuanya dan kembalikan padamu!"Zakki sangat terkejut mendengarnya. Dia teringat dengan momen indah mereka, di mana Annika sengaja berbisik di telinganya. "Zakki, aku beli banyak pakaian dalam seksi. Aku coba satu per satu di depanmu, ya?"Saat itu, Zakki yang tidak sabar langsung mencium Annika di dalam mobil. Sekarang, Annika malah mengatakan bahwa dia akan melepaskan semuanya dan mengembalikannya pada Zakki karena tidak menginginkannya lagi.Zakki mendekati istrinya secara perlahan. Ka
Annika tersenyum getir dengan bibirnya yang gemetar, lalu berkata, "Zakki, kalau kamu begitu sayang dia, kamu bisa menikahinya!"Jari Annika tampak menyentuh sesuatu, itu adalah sebuah botol kecil. Zakki berjalan mendekat dan mengangkat tangannya dengan lembut. Itu ternyata adalah pil kontrasepsi.Zakki pun menatap istrinya. Sementara itu, Annika juga memandangnya dan berkata dengan nada dingin, "Semalam, kamu nggak pakai kondom. Jadi, aku memilih untuk minum obat, apa ada masalah dengan itu?"Zakki menjawab dengan ekspresi datar, "Sama sekali nggak ada!"Usai berkata demikian, Zakki berbalik dan pergi. Ketika melewati Shilla, wanita itu memanggil sambil terisak lembut, "Pak Zakki!"Zakki pun menunduk dan melihat darah yang mengalir di dahinya. Dia memerintahkan para staf medis di luar pintu, "Obati lukanya! Jangan sampai berbekas, bakal kelihatan jelek ketika dia sudah meninggal!"Pria itu meninggalkan kamar pasien dan berjalan di sepanjang lorong. Kata-kata Annika terus terngiang di
Di pagi yang cerah, Zakki menerima telepon dari rumah sakit. Dokter utama Shilla memberitahunya, "Semalam, Nona Shilla merasa agak nggak nyaman. Setelah kami berusaha keras, kondisinya sudah membaik sekarang. Tentu saja, ini berkat usaha semua staf medis di rumah sakit, bukan jasaku seorang diri."Zakki bersandar di sofa sambil memijat pelipisnya. Mendengar laporan itu, dia malah bertanya, "Gimana dengan Annika? Dia demam lagi, nggak?"Dokter berbicara dengan ragu-ragu. Zakki pun duduk dengan tegak, lalu bertanya, "Ada apa dengannya?"Dokter itu sangat terkejut. Mungkinkah dia telah salah membuat penilaian? Orang yang sebenarnya dipedulikan oleh Zakki bukanlah Shilla, melainkan istrinya?Dokter itu tidak berani menyembunyikan lagi sehingga menjelaskan, "Kemarin sore, Nyonya Ruslan mulai demam lagi, tapi dokter dan perawat di rumah sakit nggak cukup .... Untungnya, ada pembantu vila yang terampil. Dia bantu menurunkan suhu tubuh Nyonya Ruslan dengan mengelap tubuhnya. Sekarang, suhunya
Zakki merasa tenggorokannya sedikit tercekik. Padahal, ketika mengejar Annika kembali, dia menginginkan kehidupan seperti ini. Dia memang ingin Annika memperlakukannya dengan cara seperti ini .... Namun, pada akhirnya, Annika hanya mendapatkan penghinaan darinya. Dia memohon kepada Annika untuk memberinya kesempatan lagi.Saat ini, Annika melihat sepasang cufflink itu dengan ekspresi linglung. Sepasang cufflink ini adalah bukti bahwa dia pernah mencintai Zakki lagi, juga bukti kebodohannya. Ketika membelinya, suasana hati Annika sangat gembira ... tetapi ketika dia ditekan oleh Zakki di meja, dia merasa begitu terhina.Annika pun berkata dengan nada lembut yang samar, "Nggak akan lagi. Nggak akan terjadi lagi. Zakki, kita cukup sampai di sini saja!" Meskipun masih sakit, dia tetap merapikan barang-barangnya dan hendak pergi.Sania pergi untuk mengurus prosedurnya. Berhubung tidak ada orang lain di kamar pasien, Annika pun melepaskan baju pasien dan pakaian dalamnya. Dia pernah berkata
Zakki berlutut di tanah sambil memeluk Annika. Tubuh Annika berlumuran darah sehingga tangan Zakki ternodai darah Annika. Zakki memanggil nama Annika dengan suara bergetar, tetapi Annika tidak bisa mendengarnya lagi.Mata Annika terpejam dan tubuhnya melemah. Semua perasaan Annika kepada Zakki pun perlahan menghilang. Air mata Annika mengalir dan hati Zakki terasa sakit ........Dokter terus keluar masuk di ruang UGD Rumah Sakit Ruslan. Sementara itu, Zakki berdiri di depan pintu ruang operasi sambil memandang lampu di koridor.Ucapan dokter bedah terus terngiang-ngiang di benak Zakki. "Sebaiknya Pak Zakki persiapkan mental, tulang lengan kiri Nyonya Ruslan remuk. Kelak, mungkin Nyonya Ruslan nggak bisa melakukan sesuatu yang terlalu rumit lagi."Apa maksudnya Annika tidak bisa bermain biola lagi? Jelas-jelas Annika masih diselamatkan, kenapa dokter sudah memvonis kemungkinan terburuk? Zakki tidak berani memikirkan bagaimana keadaan Annika setelah sadar nanti.Zakki menelepon dengan e