Zakki berlutut di tanah sambil memeluk Annika. Tubuh Annika berlumuran darah sehingga tangan Zakki ternodai darah Annika. Zakki memanggil nama Annika dengan suara bergetar, tetapi Annika tidak bisa mendengarnya lagi.Mata Annika terpejam dan tubuhnya melemah. Semua perasaan Annika kepada Zakki pun perlahan menghilang. Air mata Annika mengalir dan hati Zakki terasa sakit ........Dokter terus keluar masuk di ruang UGD Rumah Sakit Ruslan. Sementara itu, Zakki berdiri di depan pintu ruang operasi sambil memandang lampu di koridor.Ucapan dokter bedah terus terngiang-ngiang di benak Zakki. "Sebaiknya Pak Zakki persiapkan mental, tulang lengan kiri Nyonya Ruslan remuk. Kelak, mungkin Nyonya Ruslan nggak bisa melakukan sesuatu yang terlalu rumit lagi."Apa maksudnya Annika tidak bisa bermain biola lagi? Jelas-jelas Annika masih diselamatkan, kenapa dokter sudah memvonis kemungkinan terburuk? Zakki tidak berani memikirkan bagaimana keadaan Annika setelah sadar nanti.Zakki menelepon dengan e
Zakki mundur. Annika berucap dengan bibir bergetar, "Jangan desak aku untuk mencelakai kekasihmu!"Zakki menelan ludah. Setelah beberapa saat, Zakki menjelaskan, "Waktu itu, aku pikir kamu bisa menghindar. Aku nggak menyukainya. Di hatiku ...."Zakki tidak melanjutkan ucapannya. Sejujurnya, dia ingin mengatakan bahwa orang yang disukainya adalah Annika dan dia sama sekali tidak menyukai Shilla. Namun, pada saat-saat genting, Zakki malah melindungi Shilla, bukan Annika.Zakki berjalan keluar dari kamar dengan putus asa. Dia tahu bahwa hubungannya dengan Annika sudah berakhir. Mereka tidak mungkin bersama lagi.Tatapan Annika saat melihat Zakki sangat dingin, bahkan Annika tampak membenci Zakki. Mana mungkin Annika tidak membenci Zakki? Ketika Annika hampir mewujudkan mimpinya dalam bermusik, Zakki mengorbankan Annika demi menyelamatkan Shilla.Malam itu, Annika mengatakan bahwa Zakki tidak tahu caranya mencintai seseorang. Zakki yang marah pun menyakiti Annika. Sekarang, Zakki mengabaik
Annika terluka parah. Selain lengannya, sekujur tubuh Annika dipenuhi dengan luka. Annika harus dirawat oleh orang lain, tetapi dia tidak memedulikan Zakki.Annika tidak mau berbicara dengan Zakki. Saat Zakki menyuapinya, Annika juga tidak mau makan. Bahkan, Annika tidak mengizinkan Zakki menyeka tubuhnya. Tampaknya, Annika sangat membenci Zakki.Zakki memandang makanan yang jatuh di lantai untuk beberapa saat, lalu menatap Annika sembari bertanya, "Apa yang kamu inginkan? Kamu mau bercerai sekarang?"Annika terdiam sebentar. Kemudian, dia menyahut, "Aku mau pindah rumah sakit dan ... bercerai."Zakki menatap Annika lekat-lekat. Suster berjalan masuk, lalu membereskan makanan yang jatuh itu. Setelah selesai, suster tidak berani berbicara dan langsung pergi.Zakki berjalan ke depan jendela dan berdiri membelakangi Annika. Zakki yang memakai kemeja putih dan celana panjang hitam sangat tampan. Setelah beberapa saat, Zakki berjalan keluar dari kamar.Satu jam kemudian, Shinta diantar ke r
Shinta meletakkan sebuah kunci di atas meja. Dia bahkan tersenyum sopan saat berbicara, "Sebelum datang, aku sudah mendiskusikannya dengan ayah Annika. Kami sudah memulangkan kedua perawat itu dan kami nggak akan tinggal di rumah itu lagi ... kami akan pindah sore ini."Shinta melanjutkan, "Mengenai masalah Satya, itu terserah kamu. Tapi, kami sudah mempersiapkan mental. Kalau beruntung, mungkin Satya bisa pulang saat kami tua nanti. Mengenai Annika ...."Saat berbicara sampai di sini, Shinta tercekat. Dia berusaha menenangkan dirinya, lalu meneruskan ucapannya, "Kamu dan Annika termasuk berjodoh karena bisa menjadi pasangan suami istri selama beberapa tahun, jadi lepaskan dia. Mungkin kesalahan Annika cuma satu, dia menyukaimu saat muda. Tapi, Zakki, menyukai seseorang bukan kesalahan yang besar, 'kan?"Hati Zakki terasa sakit, dia menatap Shinta yang tampak terpukul. Akan tetapi, saat ini Shinta harus menyelesaikan masalah Annika dan Satya. Hal ini karena tidak ada yang bisa diandalk
Saat berjalan masuk ke kamar, sikap Zakki sangat tenang. Di bawah cahaya lampu yang menyilaukan, pria dan wanita yang saling berpelukan itu tampak mencolok. Sebelumnya, hanya Zakki satu-satunya orang yang bisa merasakan kelembutan Annika.Dibandingkan Zakki yang bersikap tenang, Justin sangat gelisah saat bertatapan dengan Zakki. Justin melepaskan Annika dengan pelan, lalu membawa Annika ke kamar mandi dan tidak memperbolehkan Annika keluar.Kemudian, Justin melepaskan jaketnya dan kancing lengan kemejanya. Gerakan Justin sangat lambat, tetapi amarahnya menggebu-gebu. Zakki juga bersiap-siap. Setelah itu, mereka berdua berkelahi dan mengerahkan seluruh tenaga mereka.Apalagi Justin, dia yang berang berteriak kepada Zakki, "Sebenarnya apa kesalahan Annika sehingga kamu memperlakukannya seperti itu? Dulu, banyak pria yang mengejar Annika di akademi musik, tapi Annika malah menyukaimu! Zakki, kalau kamu nggak mencintai Annika, kenapa kamu nggak mau bercerai? Kenapa kamu nggak mau melepask
Namun, semua sudah terlambat.Annika menyandar ke sofa sambil memandang pemandangan malam di luar. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum tipis pada Zakki seraya berkata, "Zakki, kamu sakit, tapi kali ini aku nggak akan jadi obatmu."Wajah Zakki tampak pucat. Ruangan itu gelap, jadi Annika tidak bisa melihat luka pria itu. Dia pun tidak peduli apa luka Zakki terasa sakit atau tidak. Sosok istri perhatian dalam diri Annika telah Zakki bunuh sendiri.Di malam gelap yang sunyi, Zakki duduk di sofa dan membiarkan dokter mengobati lukanya. Sementara itu, Annika menyandar ke kepala ranjang dengan tenang. Tangannya memegang tiket konser yang diberikan Justin sore tadi. Konser musik klasik di Kota Handa itu seharusnya menjadi ajang debutnya.Annika terus menatap tiket itu dengan perasaan enggan. Bagaimana dia bisa merelakannya? Tampil dalam konser itu bukan hanya mimpinya, tetapi juga satu-satunya harapan Keluarga Chandra. Harapan itu telah dihancurkan oleh tangan Zakki sendiri, lalu pria itu m
Pukul 9 pagi keesokan harinya.Dokter sedang memeriksa kondisi Annika, sementara Zakki sedang membaca dokumen di sofa. Dania mengetuk pintu, lalu masuk ke ruangan dan berbisik di telinga Zakki, "Pak Zakki, pesawat Shilla sudah berangkat."Zakki menatap Annika. Wanita itu jelas mendengar ucapan Dania, tetapi ekspresinya tetap datar, seolah-olah dia sama sekali tidak peduli.Sorot mata Zakki menggelap, dia lantas berkata pada Dania, "Oke, keluarlah dulu!"Begitu Dania keluar, Zakki memandang Annika lagi. Setelah dokter dan perawat juga pergi, Zakki menaruh dokumen yang dibacanya. Sambil menatap wajah dingin Annika, dia berujar lembut, "Dia sudah pergi, kelak dia nggak akan mengusik hidup kita lagi. Annika, kita mulai dari awal lagi, oke?"Annika hanya terus memandang ke luar jendela. Di tengah cuaca dingin, ada seekor bayi burung yang sedang belajar terbang di luar. Ia beberapa kali mengepakkan sayapnya dengan kaku, seakan-akan hampir jatuh. Namun, pada akhirnya kepakan sayapnya bertamba
Zakki menghentikan ciumannya saat merasakan asin dan basah air mata yang meleleh dari sudut mata Annika. Dia menumpukan satu tangan di sisi tubuh Annika, lalu menatapnya cukup lama sebelum berkata dengan lembut, "Aku nggak akan menyentuhmu lagi, tapi apa aku boleh membantumu ganti baju?"Annika tidak melawan saat Zakki mengganti pakaiannya. Tubuh rampingnya yang terbaring di atas kain mahal berwarna hitam tampak rapuh dan indah. Napas Zakki menjadi sedikit memburu saat menyentuh kulit lembut itu. Gairah Zakki selama ini memang besar, apalagi dia belum bercinta selama beberapa waktu.Annika memandang lampu kristal di atas kepalanya tanpa sedikit pun gejolak emosi di mata. Dia berkata dengan datar, "Nggak ada gunanya, Zakki. Sentuhanmu cuma membuatku mengingat kejadian di ruang kerja malam itu. Aku akan terus mengingat perlakuan kasarmu, gimana kamu memaksaku melakukan hal-hal rendah itu.""Aku akan tetap ingat pilihanmu waktu kecelakaan mobil itu. Aku benci sentuhanmu, aku benci bicara