Di pagi yang cerah, Zakki menerima telepon dari rumah sakit. Dokter utama Shilla memberitahunya, "Semalam, Nona Shilla merasa agak nggak nyaman. Setelah kami berusaha keras, kondisinya sudah membaik sekarang. Tentu saja, ini berkat usaha semua staf medis di rumah sakit, bukan jasaku seorang diri."Zakki bersandar di sofa sambil memijat pelipisnya. Mendengar laporan itu, dia malah bertanya, "Gimana dengan Annika? Dia demam lagi, nggak?"Dokter berbicara dengan ragu-ragu. Zakki pun duduk dengan tegak, lalu bertanya, "Ada apa dengannya?"Dokter itu sangat terkejut. Mungkinkah dia telah salah membuat penilaian? Orang yang sebenarnya dipedulikan oleh Zakki bukanlah Shilla, melainkan istrinya?Dokter itu tidak berani menyembunyikan lagi sehingga menjelaskan, "Kemarin sore, Nyonya Ruslan mulai demam lagi, tapi dokter dan perawat di rumah sakit nggak cukup .... Untungnya, ada pembantu vila yang terampil. Dia bantu menurunkan suhu tubuh Nyonya Ruslan dengan mengelap tubuhnya. Sekarang, suhunya
Zakki merasa tenggorokannya sedikit tercekik. Padahal, ketika mengejar Annika kembali, dia menginginkan kehidupan seperti ini. Dia memang ingin Annika memperlakukannya dengan cara seperti ini .... Namun, pada akhirnya, Annika hanya mendapatkan penghinaan darinya. Dia memohon kepada Annika untuk memberinya kesempatan lagi.Saat ini, Annika melihat sepasang cufflink itu dengan ekspresi linglung. Sepasang cufflink ini adalah bukti bahwa dia pernah mencintai Zakki lagi, juga bukti kebodohannya. Ketika membelinya, suasana hati Annika sangat gembira ... tetapi ketika dia ditekan oleh Zakki di meja, dia merasa begitu terhina.Annika pun berkata dengan nada lembut yang samar, "Nggak akan lagi. Nggak akan terjadi lagi. Zakki, kita cukup sampai di sini saja!" Meskipun masih sakit, dia tetap merapikan barang-barangnya dan hendak pergi.Sania pergi untuk mengurus prosedurnya. Berhubung tidak ada orang lain di kamar pasien, Annika pun melepaskan baju pasien dan pakaian dalamnya. Dia pernah berkata
Zakki berlutut di tanah sambil memeluk Annika. Tubuh Annika berlumuran darah sehingga tangan Zakki ternodai darah Annika. Zakki memanggil nama Annika dengan suara bergetar, tetapi Annika tidak bisa mendengarnya lagi.Mata Annika terpejam dan tubuhnya melemah. Semua perasaan Annika kepada Zakki pun perlahan menghilang. Air mata Annika mengalir dan hati Zakki terasa sakit ........Dokter terus keluar masuk di ruang UGD Rumah Sakit Ruslan. Sementara itu, Zakki berdiri di depan pintu ruang operasi sambil memandang lampu di koridor.Ucapan dokter bedah terus terngiang-ngiang di benak Zakki. "Sebaiknya Pak Zakki persiapkan mental, tulang lengan kiri Nyonya Ruslan remuk. Kelak, mungkin Nyonya Ruslan nggak bisa melakukan sesuatu yang terlalu rumit lagi."Apa maksudnya Annika tidak bisa bermain biola lagi? Jelas-jelas Annika masih diselamatkan, kenapa dokter sudah memvonis kemungkinan terburuk? Zakki tidak berani memikirkan bagaimana keadaan Annika setelah sadar nanti.Zakki menelepon dengan e
Zakki mundur. Annika berucap dengan bibir bergetar, "Jangan desak aku untuk mencelakai kekasihmu!"Zakki menelan ludah. Setelah beberapa saat, Zakki menjelaskan, "Waktu itu, aku pikir kamu bisa menghindar. Aku nggak menyukainya. Di hatiku ...."Zakki tidak melanjutkan ucapannya. Sejujurnya, dia ingin mengatakan bahwa orang yang disukainya adalah Annika dan dia sama sekali tidak menyukai Shilla. Namun, pada saat-saat genting, Zakki malah melindungi Shilla, bukan Annika.Zakki berjalan keluar dari kamar dengan putus asa. Dia tahu bahwa hubungannya dengan Annika sudah berakhir. Mereka tidak mungkin bersama lagi.Tatapan Annika saat melihat Zakki sangat dingin, bahkan Annika tampak membenci Zakki. Mana mungkin Annika tidak membenci Zakki? Ketika Annika hampir mewujudkan mimpinya dalam bermusik, Zakki mengorbankan Annika demi menyelamatkan Shilla.Malam itu, Annika mengatakan bahwa Zakki tidak tahu caranya mencintai seseorang. Zakki yang marah pun menyakiti Annika. Sekarang, Zakki mengabaik
Annika terluka parah. Selain lengannya, sekujur tubuh Annika dipenuhi dengan luka. Annika harus dirawat oleh orang lain, tetapi dia tidak memedulikan Zakki.Annika tidak mau berbicara dengan Zakki. Saat Zakki menyuapinya, Annika juga tidak mau makan. Bahkan, Annika tidak mengizinkan Zakki menyeka tubuhnya. Tampaknya, Annika sangat membenci Zakki.Zakki memandang makanan yang jatuh di lantai untuk beberapa saat, lalu menatap Annika sembari bertanya, "Apa yang kamu inginkan? Kamu mau bercerai sekarang?"Annika terdiam sebentar. Kemudian, dia menyahut, "Aku mau pindah rumah sakit dan ... bercerai."Zakki menatap Annika lekat-lekat. Suster berjalan masuk, lalu membereskan makanan yang jatuh itu. Setelah selesai, suster tidak berani berbicara dan langsung pergi.Zakki berjalan ke depan jendela dan berdiri membelakangi Annika. Zakki yang memakai kemeja putih dan celana panjang hitam sangat tampan. Setelah beberapa saat, Zakki berjalan keluar dari kamar.Satu jam kemudian, Shinta diantar ke r
Shinta meletakkan sebuah kunci di atas meja. Dia bahkan tersenyum sopan saat berbicara, "Sebelum datang, aku sudah mendiskusikannya dengan ayah Annika. Kami sudah memulangkan kedua perawat itu dan kami nggak akan tinggal di rumah itu lagi ... kami akan pindah sore ini."Shinta melanjutkan, "Mengenai masalah Satya, itu terserah kamu. Tapi, kami sudah mempersiapkan mental. Kalau beruntung, mungkin Satya bisa pulang saat kami tua nanti. Mengenai Annika ...."Saat berbicara sampai di sini, Shinta tercekat. Dia berusaha menenangkan dirinya, lalu meneruskan ucapannya, "Kamu dan Annika termasuk berjodoh karena bisa menjadi pasangan suami istri selama beberapa tahun, jadi lepaskan dia. Mungkin kesalahan Annika cuma satu, dia menyukaimu saat muda. Tapi, Zakki, menyukai seseorang bukan kesalahan yang besar, 'kan?"Hati Zakki terasa sakit, dia menatap Shinta yang tampak terpukul. Akan tetapi, saat ini Shinta harus menyelesaikan masalah Annika dan Satya. Hal ini karena tidak ada yang bisa diandalk
Saat berjalan masuk ke kamar, sikap Zakki sangat tenang. Di bawah cahaya lampu yang menyilaukan, pria dan wanita yang saling berpelukan itu tampak mencolok. Sebelumnya, hanya Zakki satu-satunya orang yang bisa merasakan kelembutan Annika.Dibandingkan Zakki yang bersikap tenang, Justin sangat gelisah saat bertatapan dengan Zakki. Justin melepaskan Annika dengan pelan, lalu membawa Annika ke kamar mandi dan tidak memperbolehkan Annika keluar.Kemudian, Justin melepaskan jaketnya dan kancing lengan kemejanya. Gerakan Justin sangat lambat, tetapi amarahnya menggebu-gebu. Zakki juga bersiap-siap. Setelah itu, mereka berdua berkelahi dan mengerahkan seluruh tenaga mereka.Apalagi Justin, dia yang berang berteriak kepada Zakki, "Sebenarnya apa kesalahan Annika sehingga kamu memperlakukannya seperti itu? Dulu, banyak pria yang mengejar Annika di akademi musik, tapi Annika malah menyukaimu! Zakki, kalau kamu nggak mencintai Annika, kenapa kamu nggak mau bercerai? Kenapa kamu nggak mau melepask
Namun, semua sudah terlambat.Annika menyandar ke sofa sambil memandang pemandangan malam di luar. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum tipis pada Zakki seraya berkata, "Zakki, kamu sakit, tapi kali ini aku nggak akan jadi obatmu."Wajah Zakki tampak pucat. Ruangan itu gelap, jadi Annika tidak bisa melihat luka pria itu. Dia pun tidak peduli apa luka Zakki terasa sakit atau tidak. Sosok istri perhatian dalam diri Annika telah Zakki bunuh sendiri.Di malam gelap yang sunyi, Zakki duduk di sofa dan membiarkan dokter mengobati lukanya. Sementara itu, Annika menyandar ke kepala ranjang dengan tenang. Tangannya memegang tiket konser yang diberikan Justin sore tadi. Konser musik klasik di Kota Handa itu seharusnya menjadi ajang debutnya.Annika terus menatap tiket itu dengan perasaan enggan. Bagaimana dia bisa merelakannya? Tampil dalam konser itu bukan hanya mimpinya, tetapi juga satu-satunya harapan Keluarga Chandra. Harapan itu telah dihancurkan oleh tangan Zakki sendiri, lalu pria itu m