Saat berjalan masuk ke kamar, sikap Zakki sangat tenang. Di bawah cahaya lampu yang menyilaukan, pria dan wanita yang saling berpelukan itu tampak mencolok. Sebelumnya, hanya Zakki satu-satunya orang yang bisa merasakan kelembutan Annika.Dibandingkan Zakki yang bersikap tenang, Justin sangat gelisah saat bertatapan dengan Zakki. Justin melepaskan Annika dengan pelan, lalu membawa Annika ke kamar mandi dan tidak memperbolehkan Annika keluar.Kemudian, Justin melepaskan jaketnya dan kancing lengan kemejanya. Gerakan Justin sangat lambat, tetapi amarahnya menggebu-gebu. Zakki juga bersiap-siap. Setelah itu, mereka berdua berkelahi dan mengerahkan seluruh tenaga mereka.Apalagi Justin, dia yang berang berteriak kepada Zakki, "Sebenarnya apa kesalahan Annika sehingga kamu memperlakukannya seperti itu? Dulu, banyak pria yang mengejar Annika di akademi musik, tapi Annika malah menyukaimu! Zakki, kalau kamu nggak mencintai Annika, kenapa kamu nggak mau bercerai? Kenapa kamu nggak mau melepask
Namun, semua sudah terlambat.Annika menyandar ke sofa sambil memandang pemandangan malam di luar. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum tipis pada Zakki seraya berkata, "Zakki, kamu sakit, tapi kali ini aku nggak akan jadi obatmu."Wajah Zakki tampak pucat. Ruangan itu gelap, jadi Annika tidak bisa melihat luka pria itu. Dia pun tidak peduli apa luka Zakki terasa sakit atau tidak. Sosok istri perhatian dalam diri Annika telah Zakki bunuh sendiri.Di malam gelap yang sunyi, Zakki duduk di sofa dan membiarkan dokter mengobati lukanya. Sementara itu, Annika menyandar ke kepala ranjang dengan tenang. Tangannya memegang tiket konser yang diberikan Justin sore tadi. Konser musik klasik di Kota Handa itu seharusnya menjadi ajang debutnya.Annika terus menatap tiket itu dengan perasaan enggan. Bagaimana dia bisa merelakannya? Tampil dalam konser itu bukan hanya mimpinya, tetapi juga satu-satunya harapan Keluarga Chandra. Harapan itu telah dihancurkan oleh tangan Zakki sendiri, lalu pria itu m
Pukul 9 pagi keesokan harinya.Dokter sedang memeriksa kondisi Annika, sementara Zakki sedang membaca dokumen di sofa. Dania mengetuk pintu, lalu masuk ke ruangan dan berbisik di telinga Zakki, "Pak Zakki, pesawat Shilla sudah berangkat."Zakki menatap Annika. Wanita itu jelas mendengar ucapan Dania, tetapi ekspresinya tetap datar, seolah-olah dia sama sekali tidak peduli.Sorot mata Zakki menggelap, dia lantas berkata pada Dania, "Oke, keluarlah dulu!"Begitu Dania keluar, Zakki memandang Annika lagi. Setelah dokter dan perawat juga pergi, Zakki menaruh dokumen yang dibacanya. Sambil menatap wajah dingin Annika, dia berujar lembut, "Dia sudah pergi, kelak dia nggak akan mengusik hidup kita lagi. Annika, kita mulai dari awal lagi, oke?"Annika hanya terus memandang ke luar jendela. Di tengah cuaca dingin, ada seekor bayi burung yang sedang belajar terbang di luar. Ia beberapa kali mengepakkan sayapnya dengan kaku, seakan-akan hampir jatuh. Namun, pada akhirnya kepakan sayapnya bertamba
Zakki menghentikan ciumannya saat merasakan asin dan basah air mata yang meleleh dari sudut mata Annika. Dia menumpukan satu tangan di sisi tubuh Annika, lalu menatapnya cukup lama sebelum berkata dengan lembut, "Aku nggak akan menyentuhmu lagi, tapi apa aku boleh membantumu ganti baju?"Annika tidak melawan saat Zakki mengganti pakaiannya. Tubuh rampingnya yang terbaring di atas kain mahal berwarna hitam tampak rapuh dan indah. Napas Zakki menjadi sedikit memburu saat menyentuh kulit lembut itu. Gairah Zakki selama ini memang besar, apalagi dia belum bercinta selama beberapa waktu.Annika memandang lampu kristal di atas kepalanya tanpa sedikit pun gejolak emosi di mata. Dia berkata dengan datar, "Nggak ada gunanya, Zakki. Sentuhanmu cuma membuatku mengingat kejadian di ruang kerja malam itu. Aku akan terus mengingat perlakuan kasarmu, gimana kamu memaksaku melakukan hal-hal rendah itu.""Aku akan tetap ingat pilihanmu waktu kecelakaan mobil itu. Aku benci sentuhanmu, aku benci bicara
Zakki tidak menemukan Annika di dalam kamar. Langkahnya terhenti sejenak, lalu dia berjalan ke lantai tiga dan membuka pintu ruang latihan. Dugaannya benar, Annika berada di sana.Sebuah biola meluncur jatuh dan Annika sendiri terhuyung jatuh ke atas karpet. Penampilannya terlihat sangat menyedihkan. Dia seolah-olah ditakdirkan untuk hidup dalam penderitaan berkepanjangan.Jantung Zakki berdegup kencang. Dia bergegas menghampiri Annika, lalu berlutut dengan satu kaki dan berujar lembut, "Gimana kalau kita pergi bersantai? Kita bisa pergi ke negara mana pun. Bukannya kamu pernah bilang mau pergi bulan madu? Setelah pekerjaanku beres, ayo kita pergi sebulan."Annika menunduk dan mengelus lembut biolanya. Beberapa saat kemudian, dia membalas dengan suara pelan, "Aku mau ke Kota Handa."Zakki tahu Annika ingin pergi ke konser Wito yang akan diadakan besok. Dia pun berkata tanpa pikir panjang, "Aku temani kamu ke sana."Annika tidak menolak, tetapi dia juga tidak mengatakan apa-apa lagi. Di
Annika seharusnya tampil membawakan lagu pembuka. Namun, kini Wito yang berdiri di panggung dan dihujat para penonton. Pria itu membungkuk dan meminta maaf berulang kali. Sejak awal hingga akhir, Wito tidak membocorkan identitas Annika, apalagi menceritakan hal-hal menggelikan yang menyebabkan kecelakaannya.Justin tidak tega melihat Wito terus dihina. Dia segera naik ke panggung dan berujar pelan, "Pak Wito, kita kembalikan saja uang para penonton. Anda nggak sepatutnya dihina begini!"Wito menggeleng pelan dan berujar, "Justin, ini bukan masalah kompensasi! Kalau aku mengembalikan uang penonton, Annika akan kehilangan reputasi di dunia musik selamanya, begitu pula denganku!"Mendengar itu, Justin pun tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.Wito kembali menghadap penonton dan berkata, "Aku akan menggantikan muridku untuk bermain bagi semua orang!"Namun, para penonton masih belum puas. Mereka mengatakan bahwa Annika adalah sosok bualan Wito, semacam promosi palsu supaya tiket konser laris
Malam di Kota Handa, lampu neon tampak bersinar terang. Mereka berdiri di jalanan yang ramai sebagai pasangan suami istri, tetapi sama sekali tidak mesra.Di benak Zakki, masih terngiang kata-kata yang diucapkan oleh Annika. "Karier musikku berakhir. Pernikahanku dengan dia juga sudah berakhir. Tapi, aku nggak akan menyerah. Kelak, aku akan menyukai orang-orang yang layak disukai dan melakukan hal-hal yang kusenangi!"Jakun di tenggorokan Zakki sedikit bergerak. Annika mengatakan bahwa dia masih akan menyukai orang lain di masa depan.Saat ini, Annika mundur satu langkah, lalu menatap Zakki dan berkata dengan nada lembut, "Aku mau menyendiri. Tolong jangan mengikutiku atau suruh orang lain. Zakki, tindakanmu itu benar-benar membuatku sangat muak!"Angin malam bertiup kencang. Ujung rambut Zakki sedikit bergerak, sementara lampu neon yang ada di mana-mana menyinari wajahnya. Itu menambahkan sedikit pesona maskulin dan dewasa pada wajah Zakki. Dia tiba-tiba teringat bahwa sebenarnya mere
Annika memang sangat istimewa. Ketika Zakki mengganti perban untuknya, tidak bisa dihindari bahwa dia akan menyentuh area sensitif wanita. Dia bernapas agak tergesa-gesa dan jakunnya tak kuasa bergerak naik turun .... Bukan karena dia tidak mau, melainkan takut Annika merasa tidak suka.Zakki telah mengalami reaksi fisik. Sementara itu, Annika tentu saja menyadarinya. Namun, dia hanya berkata dengan nada lembut saat bel berbunyi, "Makanannya sudah datang, bukalah pintunya!"Pria itu merapikan pakaian Annika dengan lembut, sementara matanya menatapnya dalam-dalam. Setelah sekian lama, dia bertanya dengan suara pelan, "Annika, apa masih ada kemungkinan di antara kita?"Annika tidak menjawab apa pun ....Di sisi lain, ketukan pintu menjadi lebih mendesak daripada sebelumnya. Zakki terpaksa membuka pintu dahulu, lalu kembali dengan mendorong troli makanan. Mereka menyantap makanan dengan sangat tenang. Annika tidak bersikap sedingin sebelumnya. Ketika Zakki mengajaknya mengobrol, kadang ka