"Pasti terjadi mutasi genetik," ucap Aida. Dia khawatir apakah pria yang begitu luar biasa bisa diandalkan?Satya dan Clara juga khawatir. Keluarga Adrian adalah keluarga terpelajar. Kedua orang tua Xavier tidak bisa menerima Alaia, tetapi tidak nyaman membicarakan hal ini di depan banyak orang. Setelah obrolan yang cukup lama, Satya masih diam.Kala ini, ada yang turun dari tangga. Terlihat Joe yang mengenakan pakaian rumah kasual berdiri di tengah-tengah tangga. Lampu kristal di atas memantulkan bayangan kecil di wajah Joe yang tampan. Hal ini membuat fitur wajahnya makin tajam.Joe menatap Alaia dan suaminya dengan cuek. Alaia membawa Xavier ke rumah.Begitu menengadah, Alaia tidak sengaja bertatapan dengan Joe. Bibirnya seketika bergetar. Suasana menjadi tegang.Tanpa diduga, Xavier menggenggam telapak tangan Alaia dengan lembut untuk menenangkan kegelisahan wanita ini. Dia berdiri dan menyapa Joe dengan sopan, "Pak Joe, kita bertemu lagi."Joe mengalihkan tatapannya ke arah Xavier
Dari sisi egoisnya, Satya tentu saja berharap Joe dan Alaia bisa kembali bersama. Namun kini, Alaia sudah menikah dengan pria lain.Sebagai ayah, Satya tidak bisa merusak pernikahan Alaia dan Xavier demi putranya. Apalagi, dia bisa melihat bahwa Xavier tulus mencintai Alaia. Alaia juga memiliki perasaan pada Xavier. Sangat sempurna!Satya tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Nanti Alaia akan membicarakan sesuatu dengan ibunya. Xavier, kamu temani Ayah minum saja. Nanti Ayah minta sopir untuk mengantar kalian pulang."Xavier mengangguk sembari menyahut, "Baik."Ketika Alaia naik, Xavier memandang punggung Alaia dengan penuh cinta. Melihat ini, Satya menghela napas lagi. Cinta benar-benar bukan tentang siapa cepat dia dapat.....Di lantai dua, kamar utama. Clara mengeluarkan barang-barang yang sudah dia persiapkan sejak lama, lalu meletakkannya di hadapan Alaia.Alaia memanggil dengan sedikit gelisah, "Ibu."Clara membelai rambut hitam panjang putrinya dan bertutur dengan lembut, "Sem
Dunia seolah-olah berhenti. Hanya ada seberkas cahaya lampu kristal yang menyelimuti mereka. Cahaya ini seperti menyelimuti enam tahun yang mereka habiskan bersama.Dalam enam tahun, bukan hanya ada luka. Sebenarnya juga ada masa-masa indah."Alaia hanya perlu terus bersama Kakak. Alaia boleh nggak menguasai apa-apa.""Seberapa baik pun orang lain, nggak ada hubungannya denganku.""Tunggu di sini, Kakak akan segera kembali."....Kenangan masa lalu bagaikan gelombang air yang menerpa Alaia dan menenggelamkannya.Alaia menatap mata Joe yang terlihat sedih. Dia juga mendengar Joe mengucapkan itu padanya untuk pertama kali.Joe berencana untuk mengucapkan itu saat menikah. Namun ketika dia mengucapkannya, Alaia sudah menjadi istri orang lain. Wanita ini sudah menjadi istri Xavier.Joe tidak lupa, apalagi Alaia. Alaia menunduk menatap telapak tangan Joe sambil bertutur, "Sudah terlambat, Joe.""Sebenarnya yang paling penting dalam hubungan dan pernikahan bukan cinta, melainkan cocok dan bi
Satya duduk di sofa berhadapan dengan Joe. Dia mengeluarkan kotak rokok dan mengambil dua batang, lalu melemparkan satu kepada Joe. Dia berpesan, "Jangan beri tahu ibumu. Ibumu nggak mengizinkan aku merokok."Joe tidak merespons.Satya menyalakan rokok, lalu mengisapnya beberapa kali. Tak lama kemudian, asap abu-abu menyelimuti mereka berdua dan membuat segalanya menjadi kabur.Di tengah suasana berkabut, Satya berkata dengan sedih, "Joe, Ayah tahu kamu belum menyerah. Tapi, harus bagaimana lagi? Alaia sudah membawa suaminya ke rumah. Mereka sudah sah menjadi suami istri."Satya meneruskan ucapannya, "Sekalipun kamu sangat mencintai Alaia dan enggan melepaskannya, kamu juga nggak bisa merusak pernikahan mereka .... Apalagi, pria itu bukan orang biasa. Dia adalah Xavier Adrian."Satya membujuk, "Joe, lupakan masa lalu! Melepaskan Alaia juga berarti melepaskan dirimu sendiri! Kalau kamu nggak suka Lucy, nanti kami bantu mencarikan pasangan untukmu.""Sebenarnya, Ayah menyukai Selvy, putr
Telapak tangan Xavier terasa hangat dan kering. Dia selalu penuh perhatian dan lembut. Sifatnya ini mudah membuat wanita jatuh hati. Apalagi Alaia adalah istrinya, dia tidak perlu menahan diri dari pesona Xavier.Alaia menoleh dan menatapnya lekat-lekat, sementara Xavier tetap fokus mengemudi. Dia bersikap seolah baru saja mengucapkan kata-kata biasa. Namun, bagi Alaia itu sama sekali tidak biasa. Setelah sampai di parkiran hotel, Alaia masih menatapnya. Ketika mobil berhenti, Alaia akhirnya tersadar kembali. Dia bertanya, "Sudah sampai?"Tanpa berpikir panjang, Alaia hendak membuka pintu mobil dan turun. Namun, tangannya langsung ditahan oleh Xavier. Tangan pria itu menutupi punggung tangannya. Mata Xavier yang gelap tampak menatapnya dalam-dalam.Xavier bertanya, "Setelah menatapku sepanjang jalan, sekarang kamu mau pergi begitu saja?"Alaia bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu, Xavier?"Pria itu tidak menjelaskan apa-apa. Dia langsung menarik pinggang ramping Alaia dan membiarkan
Pada saat itu, Xavier terpaku sejenak. Cordelia adalah nama yang telah lama menghilang dari dunianya, sampai-sampai dia pikir mereka tidak akan pernah berhubungan lagi seumur hidup. Namun, sekarang nama itu muncul di layar ponselnya secara nyata dan jelas.Xavier berhenti, tetapi tidak menjawab telepon tersebut. Alaia membuka matanya yang masih sedikit kabur. Dia melihat Xavier, lalu membuka bibir merahnya.Suaranya sedikit serak akibat momen intim mereka. Alaia bertanya, "Xavier, ada apa?""Bukan apa-apa," jawab Xavier. Dia mematikan panggilan itu dan langsung menunduk untuk mencium Alaia lagi. Dia mencium dengan sangat dalam. Hal itu membuat Alaia hampir kehabisan napas.Tangan lembut Alaia mengusap punggung Xavier dengan lemah. Dia juga memanggil namanya perlahan, "Xavier."Xavier akhirnya menenangkan diri. Dengan tatapan mendalam, mata hitamnya terpaku pada Alaia. Tanpa sepatah kata pun, pria itu terlihat sangat menggoda.Alaia merasa hatinya bergetar. Dia berinisiatif untuk memelu
Lantaran menyadari tatapannya, Cordelia menoleh dan melihat ke arah Xavier. Begitu melihat Xavier, ada kilatan kasih sayang dan kegembiraan di matanya. Namun segera, dia menutupi perasaannya itu dan menyapa dengan nada ringan, "Vier, lama nggak bertemu."Di malam yang larut, Xavier mengenakan mantel hitam. Mantel itu pernah dipakai oleh Alaia. Saat Xavier melepasnya dan meletakkannya di sandaran kursi, Cordelia segera mengenali aroma yang samar-samar.Cordelia dengan anggun mengibaskan rambut panjangnya yang bergelombang sehingga terlihat sangat memikat. Wanita itu bertanya, "Vier, aku nggak mengganggumu, 'kan?"Xavier duduk dan memanggil pelayan bar. Pria itu berucap, "Satu martini."Pelayan bar mengenalinya. Di hotel itu, sudah tersebar kabar bahwa Xavier yang terkenal menginap di hotel mereka bersama istrinya. Pelayan bar memandang wajah Xavier dengan hormat, lalu membalas, "Tunggu sebentar, Pak Xavier."Xavier pun mengangguk. Dia mengambil pemantik dan kotak rokok dari saku manteln
Wajah Alaia terlihat pucat pasi. Dia memandang Xavier dan wanita yang memeluknya. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa wanita di depan inilah yang terus menelepon malam ini.Xavier tidak menjawab telepon dan memilih untuk bertemu setelahnya. Apakah mereka ... berselingkuh?Alaia merasa sangat malu. Tidak ada wanita yang bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini. Tanpa menunggu Xavier memberikan penjelasan, Alaia langsung menekan tombol tutup lift.Saat ini, Alaia tidak ingin melihat Xavier maupun selingkuhannya. Pintu lift pun perlahan menutup di depan mereka."Alaia," panggil Xavier seraya mendorong Cordelia dengan keras. Pria itu menahan pintu lift dengan satu tangan dan segera masuk.Xavier mencoba menjelaskan sambil memegang tangan Alaia, tetapi istrinya segera melepaskan tangannya dan berdiri di sudut lift. Tubuhnya bergetar ringan. Saat ini, Alaia merasa dikhianati."Alaia, dengarkan aku," ucap Xavier yang melangkah maju. Dia mengabaikan penolakan istrinya dan meme