Malam ini, Alaia sudah kehabisan tenaga. Dia sama sekali tidak punya kekuatan untuk menghadapi seorang pria yang telah menahan diri selama dua tahun. Alaia hanya bisa bertahan dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Xavier berjanji, "Ayo, nurutlah. Kalau panggil aku Sayang, baru aku akan berhenti."Xavier menatap wajah cantiknya dengan matanya yang gelap. Rambut panjang hitam Alaia bergetar di atas kulit putihnya. Itu menciptakan pemandangan yang indah. Dia terlihat begitu polos dan seksi. Mana mungkin Xavier bisa berhenti?Akhirnya, Alaia menangis dalam pelukannya. Bulu mata panjangnya basah oleh air mata di bahunya. Dia memanggil Xavier dengan suara tidak jelas, "Sayang."Setelah memanggilnya, Alaia merasa sangat malu sehingga menyembunyikan wajahnya di leher Xavier dan enggan keluar.Xavier pun memeluk tubuhnya. Dia tidak melanjutkan, melainkan hanya berpelukan erat dengan Alaia. Kulit mereka bersentuhan ... seolah-olah detak jantung mereka menyatu dan hanya ada mereka di dunia
Bertemu orang tua?Alaia agak terkejut. Baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara yang familier dari samping, "Xavier, kebetulan sekali!"Alaia dan Xavier menoleh bersamaan. Terlihat Cordelia yang sedang menatap mereka sambil tersenyum.Cordelia mengenakan gaun hitam sutra bertali satu. Rambut panjangnya yang hitam tergerai di pinggangnya, membuatnya terlihat seksi dan memesona. Namun, memakai pakaian seseksi ini di pagi hari membuatnya terlihat murahan.Xavier tidak menatapnya terlalu lama, hanya tersenyum sekilas. Ekspresinya tampak sangat dingin. Namun, Cordelia masih tidak menyerah. Sebaliknya, dia dengan perhatian, "Xavier, boleh nggak aku semeja dengan kalian?"Alaia menyaksikan semua itu dengan tatapan seru sambil menggigit roti lapisnya.Xavier mengambilkan sepotong ham kepada Alaia, kemudian menoleh pada Cordelia dan berkata dengan anggun. "Tentu saja boleh. Sebentar lagi kami sudah selesai makan dan mau pergi."Cordelia meletakkan dompetnya dan duduk di kursi.
Cordelia tidak sanggup menerimanya. Xavier menggandeng tangan Alaia, lalu berkata, "Maaf, kami pergi dulu.""Xavier ...." Cordelia menyusulnya dengan langkah cepat.Tanpa memedulikan harga dirinya, dia menarik tangan Xavier dan berkata, "Vier, dengarkan penjelasanku. Aku benar-benar melakukan semua itu karena nggak ada jalan lain. Waktu itu kita nggak punya apa pun dan kesempatan itu ada di depan mataku. Asalkan aku menemani ...."Cordelia menatap Xavier dan suaranya bergetar. Dia memohon pada Xavier untuk memberinya kesempatan sekali lagi.Xavier melepaskan tangan Cordelia, lalu berkata dengan perlahan, "Cordelia, itu pilihanmu. Aku nggak menyalahkanmu. Tapi, waktu itu kita memang harus putus dan sekarang juga kita nggak mungkin bisa bersama lagi."Cordelia terisak dengan sedih. "Vier, apa kamu pernah mencintaiku?"Cordelia benar-benar tidak memedulikan harga dirinya. Padahal Alaia masih berada di sana, tapi dia malah menanyakan pertanyaan yang begitu blak-blakan. Ada banyak orang di
Alaia tidak ingin mendengar lebih banyak.Xavier mengelus rambut Alaia dan berujar lembut, "Alaia, sejak akta nikah itu dibuat, aku nggak pernah berencana untuk melepasmu. Malam itu bukan kecelakaan, tapi sesuatu yang sudah lama kurencanakan."Jantung Alaia berdegup kencang. Dia terdiam untuk sesaat sebelum bergumam lirih, "Sungguh nggak disangka, ternyata kamu lumayan mesum."Meski Xavier tidak memaparkan semua yang terjadi, Alaia bisa membayangkan betapa tidak senonohnya situasi saat itu. Sewaktu turun dari mobil, wajahnya masih merona.Xavier membawa Alaia masuk sambil merangkulnya dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain menjinjing hadiah pertemuan Alaia untuk kedua orang tuanya.Hadiah yang disiapkan oleh Anna itu dipilih dengan baik. Semuanya merupakan favorit orang tua Xavier.Begitu memasuki pintu, ibu Xavier yang bernama Fiona bergegas menyambut mereka. Dia berjalan melewati putranya dan menarik Alaia masuk seraya berkata dengan hangat, "Ayo, silakan duduk. Kamu suka makan
Di ruang tamu seluas 216 meter persegi itu, Alaia berdiri dan Xavier duduk di sofa. Di belakang mereka, terdapat sebuah jendela besar.Sinar matahari menembus kaca, bersinar lembut di ruang tamu. Atmosfer terasa hangat dan menyenangkan.Alaia dan Xavier adalah pasangan suami istri, mereka adalah satu keluarga. Alaia tidak hanya mendapatkan seorang suami, tetapi juga ayah dan ibu. Mulai sekarang, dia sudah punya keluarganya sendiri.Xavier mengulurkan tangannya pada Alaia. Alaia malu-malu kucing, tetapi tetap menyambut uluran tangan suaminya.Xavier menggenggamnya erat dan menarik Alaia duduk di sampingnya. Pria itu merapikan rambutnya, seakan-akan sedang memanjakan hewan peliharaan kesayangan.Orang tua Xavier saling memandang lagi. Pembantu yang datang menyajikan makanan kebetulan juga melihat ini. Dia tersenyum dan berujar, "Vier sangat mencintai istrinya.""Pak Xavier memang sangat mencintai Bu Alaia," timpal Anna sambil tersenyum.Martin terkekeh-kekeh dan berucap, "Paling baik ka
Fakta yang sebenarnya selalu membosankan.Satya dan Clara merasa kencan buta kali ini juga tidak akan membuahkan hasil. Sadar dengan sifat pilih-pilih putra mereka, mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Marcella mendadak bertanya, "Kenapa kamu pilih kencan buta? Apa karena kamu juga sudah berumur?"Begitu kata-kata itu terucap, ayah dan ibu Marcella merasa ingin mati saja. Keluarga Orlando juga kaya raya, tetapi mereka masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Grup Chandra.Grup Chandra memiliki investasi di sepertiga bisnis Keluarga Orlando. Jadi, perjodohan ini boleh saja batal, tetapi mereka tidak boleh menyinggung Keluarga Chandra.Gibson segera menegur putri bungsunya, "Omong kosong apa kamu! Cepat minta maaf sama Joe."Sebelum Marcella sempat bicara, Joe menyela dengan datar, "Dia nggak salah. Aku kencan buta memang karena sudah berumur. Tapi, Marcella baru 24 tahun, masih cukup muda. Dia nggak perlu terburu-buru."Mendengar itu, orang tua kedua belah pihak pun tahu kencan
Di samping, Tasya tidak berani mengembuskan napas. Kakak ipar? Setahunya, kencan buta Joe gagal. Apakah dia sengaja mengatakan itu di depan Alaia untuk melampiaskan amarah?Beberapa saat kemudian, Alaia tersadar kembali. Dia melihat ke arah Fiona dan memperkenalkan, "Ini kakakku, Joe, dan ini ... pacar kakakku."Alaia tidak mengenal Marcella, jadi tidak tahu bagaimana menyapanya. Namun, Marcella mengenal Alaia. Kakaknya, Selvy, juga berada di dunia bisnis dan pernah membicarakan mereka. Kini saat pertama kali bertemu Alaia, Marcella merasa sedikit penasaran.Tiba-tiba, lengan seorang pria menyentuh pundaknya. Hal itu membuat Marcella kembali sadar. Dia mendongak, lalu melihat pria tampan yang terlihat angkuh di hadapannya.Sebenarnya Marcella cukup puas dengan perjodohan ini, tetapi dia tahu jelas perbedaan antara dirinya dan Joe. Baik dari latar belakang keluarga, pendidikan, maupun status sosial, seharusnya mereka tidak duduk bersama untuk kencan buta. Jelas, kakaknya yang lebih coco
Setelah Joe selesai berbicara, Marcella terkejut. Berpacaran dan menikah, menjadi pasangan yang sesungguhnya?Marcella mendongak untuk menatapnya, seolah-olah dunia berhenti berputar dan hanya menyisakan kalimat "menjadi pasangan yang sesungguhnya".Tanpa sadar, Marcella menjawab, "Oke." Setelah mengucapkan kata itu, Marcella merasa sedikit bingung. Akan tetapi, tampaknya dia tidak menyesal.Marcella sadar bahwa dirinya tidak bisa menolak Joe demi masa depan Keluarga Orlando. Seperti yang dikatakan ayahnya, keluarga mereka bisa dianggap sangat beruntung jika Joe bersedia menikahinya.Tangan Marcella tiba-tiba digenggam. Kemudian, Joe membawanya masuk ke dalam mobil dan meminta sopir untuk jalan.Saat sopir menginjak pedal gas, Tasya yang duduk di kursi depan terkejut. Dia sudah lama bekerja untuk Joe sehingga tahu preferensinya.Marcella memang cukup baik, tetapi bukan tipe yang biasanya disukai Joe. Namun, sekarang jelas bahwa Marcella sudah naik status. Tidak disangka Joe lebih memil