Fakta yang sebenarnya selalu membosankan.Satya dan Clara merasa kencan buta kali ini juga tidak akan membuahkan hasil. Sadar dengan sifat pilih-pilih putra mereka, mereka hanya bisa menghela napas dalam hati.Marcella mendadak bertanya, "Kenapa kamu pilih kencan buta? Apa karena kamu juga sudah berumur?"Begitu kata-kata itu terucap, ayah dan ibu Marcella merasa ingin mati saja. Keluarga Orlando juga kaya raya, tetapi mereka masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Grup Chandra.Grup Chandra memiliki investasi di sepertiga bisnis Keluarga Orlando. Jadi, perjodohan ini boleh saja batal, tetapi mereka tidak boleh menyinggung Keluarga Chandra.Gibson segera menegur putri bungsunya, "Omong kosong apa kamu! Cepat minta maaf sama Joe."Sebelum Marcella sempat bicara, Joe menyela dengan datar, "Dia nggak salah. Aku kencan buta memang karena sudah berumur. Tapi, Marcella baru 24 tahun, masih cukup muda. Dia nggak perlu terburu-buru."Mendengar itu, orang tua kedua belah pihak pun tahu kencan
Di samping, Tasya tidak berani mengembuskan napas. Kakak ipar? Setahunya, kencan buta Joe gagal. Apakah dia sengaja mengatakan itu di depan Alaia untuk melampiaskan amarah?Beberapa saat kemudian, Alaia tersadar kembali. Dia melihat ke arah Fiona dan memperkenalkan, "Ini kakakku, Joe, dan ini ... pacar kakakku."Alaia tidak mengenal Marcella, jadi tidak tahu bagaimana menyapanya. Namun, Marcella mengenal Alaia. Kakaknya, Selvy, juga berada di dunia bisnis dan pernah membicarakan mereka. Kini saat pertama kali bertemu Alaia, Marcella merasa sedikit penasaran.Tiba-tiba, lengan seorang pria menyentuh pundaknya. Hal itu membuat Marcella kembali sadar. Dia mendongak, lalu melihat pria tampan yang terlihat angkuh di hadapannya.Sebenarnya Marcella cukup puas dengan perjodohan ini, tetapi dia tahu jelas perbedaan antara dirinya dan Joe. Baik dari latar belakang keluarga, pendidikan, maupun status sosial, seharusnya mereka tidak duduk bersama untuk kencan buta. Jelas, kakaknya yang lebih coco
Setelah Joe selesai berbicara, Marcella terkejut. Berpacaran dan menikah, menjadi pasangan yang sesungguhnya?Marcella mendongak untuk menatapnya, seolah-olah dunia berhenti berputar dan hanya menyisakan kalimat "menjadi pasangan yang sesungguhnya".Tanpa sadar, Marcella menjawab, "Oke." Setelah mengucapkan kata itu, Marcella merasa sedikit bingung. Akan tetapi, tampaknya dia tidak menyesal.Marcella sadar bahwa dirinya tidak bisa menolak Joe demi masa depan Keluarga Orlando. Seperti yang dikatakan ayahnya, keluarga mereka bisa dianggap sangat beruntung jika Joe bersedia menikahinya.Tangan Marcella tiba-tiba digenggam. Kemudian, Joe membawanya masuk ke dalam mobil dan meminta sopir untuk jalan.Saat sopir menginjak pedal gas, Tasya yang duduk di kursi depan terkejut. Dia sudah lama bekerja untuk Joe sehingga tahu preferensinya.Marcella memang cukup baik, tetapi bukan tipe yang biasanya disukai Joe. Namun, sekarang jelas bahwa Marcella sudah naik status. Tidak disangka Joe lebih memil
Marcella yang penakut tidak berani menyentuh wajahnya. Namun, dia masih merasa penasaran.Marcella pun melihat wajah tampan Joe yang sedikit berubah karena berciuman. Dia berpikir bahwa seseorang yang terlihat begitu anggun dan sempurna seperti Joe ternyata juga memiliki sisi manusiawi.Hidung Joe yang mancung bergesekan lembut dengan hidung kecilnya. Dia berciuman dengan Marcella ....Ciuman itu makin lama makin dalam. Begitu dalam hingga melampaui batas yang bisa diterima oleh Marcella, terutama karena ini adalah ciuman pertamanya.Marcella tidak memiliki pengalaman dan tidak tahu bagaimana reaksi seorang pria saat sedang bergairah. Yang dia tahu hanyalah tubuh Joe sangat panas.Marcella tahu dalam hubungan ini, Joe adalah pihak yang dominan. Seperti halnya ciuman ini. Meski tidak seharusnya dilakukan, Marcella tidak bisa menolak karena Joe menginginkannya.Setelah ciuman itu selesai, Joe melepaskannya. Marcella pun terengah-engah. Dia tidak menolak, lalu menyandarkan kepalanya di ba
Di tengah malam, Alaia dan Xavier kembali ke hotel. Setelah mematikan mesin mobil, Xavier menoleh untuk melihat istrinya. Di pangkuannya, Alaia memegang sebuah kantong mewah dan terlihat sedang melamun.Xavier tahu bahwa hari ini Alaia bertemu dengan Joe. Dia mengambil kantong itu dan berpura-pura mencari sesuatu. Pria itu berujar, "Coba kulihat baju apa yang dibelikan Nyonya Adrian untukku."Ada dua kemeja, satu berwarna abu-abu dan satu lagi berwarna hitam. Itu adalah warna-warna yang kalem dan elegan.Xavier menatap kedua kemeja itu cukup lama, lalu bertanya, "Kamu suka aku pakai warna-warna ini?"Alaia tersadar dari lamunannya. Dia menyentuh kain kemeja itu dengan lembut sembari menjawab, "Kedua warna ini cocok untukmu. Tapi, kulihat di lemarimu nggak ada banyak warna seperti ini ... jadi aku membelikannya untukmu."Xavier membalas sambil tersenyum, "Aku sangat suka. Terima kasih, Nyonya Adrian." Dia membuka pintu mobil, seolah-olah hendak turun.Namun, Alaia menarik lengan bajunya
Joe duduk tegak dengan setelan resmi. Dia memandang sepasang kekasih di depannya dengan tenang. Dia tahu tidak ada yang bisa mengubah situasi ini, bahkan kemunculan Cordelia saja tidak bisa menggoyahkan hubungan mereka.Meskipun Joe sudah menyerah, ada beberapa kata yang ingin disampaikannya kepada Alaia. Mungkin itu karena dia belum bisa benar-benar menerima kenyataan.....Alaia pergi ke toilet. Saat dia keluar untuk mencuci tangan, aliran air dari keran berwarna emas mengalir dengan deras di antara pergelangan tangannya yang lembut.Setelah selesai mencuci, Alaia mematikan keran dan melihat ke cermin untuk merapikan riasannya. Tatapannya tiba-tiba terpaku.Di cermin setengah badan itu, terlihat bayangan Joe. Pria itu bersandar di pintu dengan pandangan tenang. Alaia tidak tahu sejak kapan dia datang. Dia sama sekali tidak mendengar suara apa pun."Selamat untukmu dan Xavier," ucap Joe dengan suara pelan.Pernikahan Alaia dan Joe dijadwalkan pada hari Natal. Dihitung-hitung, itu suda
Ketiganya terdiam. Setelah beberapa saat, Alaia yang berbicara lebih dulu. Dia memandang Marcella dengan lembut, lalu berkata, "Kakakku mabuk, tolong jaga dia."Marcella yang memang baik hati dan tidak suka menyusahkan orang lain, tahu posisinya di hati Joe. Dia mengangguk dan melihat Alaia berlalu di sampingnya.Marcella belum pernah jatuh cinta. Namun, dia bisa membayangkan betapa dalam perasaan yang terpendam selama enam tahun.....Di lorong panjang dengan lampu gantung mewah di atasnya, Alaia berjalan perlahan. Di belakangnya, ada pria yang pernah sangat dia cintai.Joe bilang tidak ingin menyulitkannya. Pria itu juga membahas tentang Kota Aruma dan kenangan mereka.Alaia berpikir tidak peduli seberapa mendalam kenangan itu, semuanya harus terkubur dalam hati dan dilupakan selamanya. Saat sesekali mengingatnya, itu hanya akan menjadi kenangan yang indah. Sementara itu, manusia harus terus maju.Lorong itu terasa sangat panjang, seolah-olah menghabiskan seluruh hidup Alaia untuk sa
Lucy melanjutkan, "Ck, ck. Selvy, lihat dirimu yang pura-pura suci itu. Kamu berani bilang nggak suka Joe? Orang yang kamu sukai malah jadi adik iparmu .... Rasanya lebih menyakitkan daripada mati, 'kan?"....Ekspresi Selvy tetap tenang. Dia memandang Lucy dari atas, lalu menjawab sambil tersenyum, "Lucy, kalau kamu mau menggila, pergilah ke rumah Keluarga Chandra.""Yang nggak mau nikah denganmu adalah Joe, bukan keluargaku. Jadi, jangan cari masalah di depan rumah kami." Usai berkata demikian, Selvy menyuruh satpam untuk menutup pintu.Gerbang berwarna merah tua perlahan tertutup. Lucy tidak bisa menahan dirinya. Dia berlari ke gerbang dan memukulnya dengan keras.Wanita itu memaki, "Selvy, dasar munafik. Kamu bahkan nggak berani mengakui bahwa kamu suka Joe. Kamu juga nggak berani mengaku bahwa kamu adalah wanita yang ditolak sama Joe."Ekspresi satpam terlihat tidak nyaman. Sementara itu, Selvy menggeleng dan memarahi dengan suara rendah, "Benar-benar orang gila!"Selvy berjalan m