Alaia sedari tadi hanya diam. Sementara itu, Xavier fokus menyetir sambil diam-diam memegang tangan Alaia dengan satu tangannya.Alaia menoleh menatap Xavier dan menegur, "Xavier?"Xavier fokus memperhatikan jalan di depan seraya membalas, "Nyonya Adrian, kamu sedang pulang, bukan pergi ke tempat eksekusi."Alaia memandang mobil karavan di depan. Dia berbisik, "Sudah cukup."Xavier tersenyum menawan sembari menenangkan, "Seharusnya bukan kamu yang gugup, tapi aku. Tenang saja ... ada aku."Kebetulan di persimpangan jalan depan sedang menunjukkan lampu merah. Mobil berhenti.Alaia bersandar di pundak Xavier dan membalas dengan lembut, "Justru karena ada kamu. Aku nggak perlu takut kalau masih belum punya pasangan."Xavier membelai rambut Alaia seolah-olah sedang mengelus hewan peliharaan. Suaranya begitu lembut dan hangat, terdengar seperti seorang kekasih sekaligus seperti orang tua."Nyonya Adrian, sudah terlambat untuk menyesal sekarang. Saat kamu bersenang-senang di atas ranjang sem
"Pasti terjadi mutasi genetik," ucap Aida. Dia khawatir apakah pria yang begitu luar biasa bisa diandalkan?Satya dan Clara juga khawatir. Keluarga Adrian adalah keluarga terpelajar. Kedua orang tua Xavier tidak bisa menerima Alaia, tetapi tidak nyaman membicarakan hal ini di depan banyak orang. Setelah obrolan yang cukup lama, Satya masih diam.Kala ini, ada yang turun dari tangga. Terlihat Joe yang mengenakan pakaian rumah kasual berdiri di tengah-tengah tangga. Lampu kristal di atas memantulkan bayangan kecil di wajah Joe yang tampan. Hal ini membuat fitur wajahnya makin tajam.Joe menatap Alaia dan suaminya dengan cuek. Alaia membawa Xavier ke rumah.Begitu menengadah, Alaia tidak sengaja bertatapan dengan Joe. Bibirnya seketika bergetar. Suasana menjadi tegang.Tanpa diduga, Xavier menggenggam telapak tangan Alaia dengan lembut untuk menenangkan kegelisahan wanita ini. Dia berdiri dan menyapa Joe dengan sopan, "Pak Joe, kita bertemu lagi."Joe mengalihkan tatapannya ke arah Xavier
Dari sisi egoisnya, Satya tentu saja berharap Joe dan Alaia bisa kembali bersama. Namun kini, Alaia sudah menikah dengan pria lain.Sebagai ayah, Satya tidak bisa merusak pernikahan Alaia dan Xavier demi putranya. Apalagi, dia bisa melihat bahwa Xavier tulus mencintai Alaia. Alaia juga memiliki perasaan pada Xavier. Sangat sempurna!Satya tersenyum tak berdaya sambil berkata, "Nanti Alaia akan membicarakan sesuatu dengan ibunya. Xavier, kamu temani Ayah minum saja. Nanti Ayah minta sopir untuk mengantar kalian pulang."Xavier mengangguk sembari menyahut, "Baik."Ketika Alaia naik, Xavier memandang punggung Alaia dengan penuh cinta. Melihat ini, Satya menghela napas lagi. Cinta benar-benar bukan tentang siapa cepat dia dapat.....Di lantai dua, kamar utama. Clara mengeluarkan barang-barang yang sudah dia persiapkan sejak lama, lalu meletakkannya di hadapan Alaia.Alaia memanggil dengan sedikit gelisah, "Ibu."Clara membelai rambut hitam panjang putrinya dan bertutur dengan lembut, "Sem
Dunia seolah-olah berhenti. Hanya ada seberkas cahaya lampu kristal yang menyelimuti mereka. Cahaya ini seperti menyelimuti enam tahun yang mereka habiskan bersama.Dalam enam tahun, bukan hanya ada luka. Sebenarnya juga ada masa-masa indah."Alaia hanya perlu terus bersama Kakak. Alaia boleh nggak menguasai apa-apa.""Seberapa baik pun orang lain, nggak ada hubungannya denganku.""Tunggu di sini, Kakak akan segera kembali."....Kenangan masa lalu bagaikan gelombang air yang menerpa Alaia dan menenggelamkannya.Alaia menatap mata Joe yang terlihat sedih. Dia juga mendengar Joe mengucapkan itu padanya untuk pertama kali.Joe berencana untuk mengucapkan itu saat menikah. Namun ketika dia mengucapkannya, Alaia sudah menjadi istri orang lain. Wanita ini sudah menjadi istri Xavier.Joe tidak lupa, apalagi Alaia. Alaia menunduk menatap telapak tangan Joe sambil bertutur, "Sudah terlambat, Joe.""Sebenarnya yang paling penting dalam hubungan dan pernikahan bukan cinta, melainkan cocok dan bi
Satya duduk di sofa berhadapan dengan Joe. Dia mengeluarkan kotak rokok dan mengambil dua batang, lalu melemparkan satu kepada Joe. Dia berpesan, "Jangan beri tahu ibumu. Ibumu nggak mengizinkan aku merokok."Joe tidak merespons.Satya menyalakan rokok, lalu mengisapnya beberapa kali. Tak lama kemudian, asap abu-abu menyelimuti mereka berdua dan membuat segalanya menjadi kabur.Di tengah suasana berkabut, Satya berkata dengan sedih, "Joe, Ayah tahu kamu belum menyerah. Tapi, harus bagaimana lagi? Alaia sudah membawa suaminya ke rumah. Mereka sudah sah menjadi suami istri."Satya meneruskan ucapannya, "Sekalipun kamu sangat mencintai Alaia dan enggan melepaskannya, kamu juga nggak bisa merusak pernikahan mereka .... Apalagi, pria itu bukan orang biasa. Dia adalah Xavier Adrian."Satya membujuk, "Joe, lupakan masa lalu! Melepaskan Alaia juga berarti melepaskan dirimu sendiri! Kalau kamu nggak suka Lucy, nanti kami bantu mencarikan pasangan untukmu.""Sebenarnya, Ayah menyukai Selvy, putr
Telapak tangan Xavier terasa hangat dan kering. Dia selalu penuh perhatian dan lembut. Sifatnya ini mudah membuat wanita jatuh hati. Apalagi Alaia adalah istrinya, dia tidak perlu menahan diri dari pesona Xavier.Alaia menoleh dan menatapnya lekat-lekat, sementara Xavier tetap fokus mengemudi. Dia bersikap seolah baru saja mengucapkan kata-kata biasa. Namun, bagi Alaia itu sama sekali tidak biasa. Setelah sampai di parkiran hotel, Alaia masih menatapnya. Ketika mobil berhenti, Alaia akhirnya tersadar kembali. Dia bertanya, "Sudah sampai?"Tanpa berpikir panjang, Alaia hendak membuka pintu mobil dan turun. Namun, tangannya langsung ditahan oleh Xavier. Tangan pria itu menutupi punggung tangannya. Mata Xavier yang gelap tampak menatapnya dalam-dalam.Xavier bertanya, "Setelah menatapku sepanjang jalan, sekarang kamu mau pergi begitu saja?"Alaia bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu, Xavier?"Pria itu tidak menjelaskan apa-apa. Dia langsung menarik pinggang ramping Alaia dan membiarkan
Pada saat itu, Xavier terpaku sejenak. Cordelia adalah nama yang telah lama menghilang dari dunianya, sampai-sampai dia pikir mereka tidak akan pernah berhubungan lagi seumur hidup. Namun, sekarang nama itu muncul di layar ponselnya secara nyata dan jelas.Xavier berhenti, tetapi tidak menjawab telepon tersebut. Alaia membuka matanya yang masih sedikit kabur. Dia melihat Xavier, lalu membuka bibir merahnya.Suaranya sedikit serak akibat momen intim mereka. Alaia bertanya, "Xavier, ada apa?""Bukan apa-apa," jawab Xavier. Dia mematikan panggilan itu dan langsung menunduk untuk mencium Alaia lagi. Dia mencium dengan sangat dalam. Hal itu membuat Alaia hampir kehabisan napas.Tangan lembut Alaia mengusap punggung Xavier dengan lemah. Dia juga memanggil namanya perlahan, "Xavier."Xavier akhirnya menenangkan diri. Dengan tatapan mendalam, mata hitamnya terpaku pada Alaia. Tanpa sepatah kata pun, pria itu terlihat sangat menggoda.Alaia merasa hatinya bergetar. Dia berinisiatif untuk memelu
Lantaran menyadari tatapannya, Cordelia menoleh dan melihat ke arah Xavier. Begitu melihat Xavier, ada kilatan kasih sayang dan kegembiraan di matanya. Namun segera, dia menutupi perasaannya itu dan menyapa dengan nada ringan, "Vier, lama nggak bertemu."Di malam yang larut, Xavier mengenakan mantel hitam. Mantel itu pernah dipakai oleh Alaia. Saat Xavier melepasnya dan meletakkannya di sandaran kursi, Cordelia segera mengenali aroma yang samar-samar.Cordelia dengan anggun mengibaskan rambut panjangnya yang bergelombang sehingga terlihat sangat memikat. Wanita itu bertanya, "Vier, aku nggak mengganggumu, 'kan?"Xavier duduk dan memanggil pelayan bar. Pria itu berucap, "Satu martini."Pelayan bar mengenalinya. Di hotel itu, sudah tersebar kabar bahwa Xavier yang terkenal menginap di hotel mereka bersama istrinya. Pelayan bar memandang wajah Xavier dengan hormat, lalu membalas, "Tunggu sebentar, Pak Xavier."Xavier pun mengangguk. Dia mengambil pemantik dan kotak rokok dari saku manteln
Di dalam kamar presidential suite.Malam pernikahan Devon dan Vloryne penuh gairah dan cinta yang mendalam. Namun di luar sana, pesta pernikahan tetap berlangsung dengan meriah.Ada seorang tamu istimewa yang datang diam-diam. Dia berharap bisa pergi dengan cara yang sama tenangnya, tanpa menarik perhatian siapa pun.Orang itu takut kehadirannya mengganggu suasana hati seseorang, terutama jika orang itu melihat dirinya dan merasa tidak nyaman. Hanya saja tidak disangka, takdir mempertemukan mereka secara kebetulan di koridor hotel.Andre berdiri dengan tenang sambil menatap Ariel. Saat itu, Ariel sedang menemani Gemma ke toilet. Gadis kecil itu masih terlalu muda untuk pergi sendiri, jadi Ariel selalu memastikan dia tidak sendirian. Di sisi Ariel, ada seorang gadis kecil lainnya. Dia seharusnya adalah salah satu dari anak kembar yang Ariel lahirkan untuk Henley. Sementara itu, anak kembarnya yang satu lagi adalah anak laki-laki yang lebih tua dari gadis kecil ini.Anak kembar Ariel be
Keesokan paginya, cahaya pertama matahari menyinari bumi. Hari ini, Keluarga Chandra merayakan hari besar. Putri bungsu Satya dan istrinya akhirnya menikah.Vloryne bahkan menikah dengan cinta masa mudanya. Dia mengenakan pakaian pengantin tradisional, lengkap dengan mahkota foniks dan jubah merah yang indah. Vloryne terlihat memesona. Dia benar-benar wanita tercantik yang pernah dilihat Devon.Dari sisi Keluarga Cendana, Rafa dan Paula luar biasa sibuk. Meskipun bukan keluarga super kaya, Rafa adalah seorang kepala keluarga yang sangat dihormati.Baik di dalam maupun di luar rumah, Rafa mengurus semua tamu dengan sangat terhormat. Akhirnya, dia pun terlihat sangat akrab dengan Zakki.Hanya saja, Satya merasa sedikit terganggu dengan hal ini. Dia bahkan bertanya, "Zakki, kamu sendiri nggak punya besan?"Zakki tidak mempermasalahkannya. Bersama Annika, dia membantu mempersiapkan pernikahan. Pernikahan tradisional memang jauh lebih rumit daripada pernikahan bertema modern. Hanya saja ber
Malam harinya, Jose dan Selvy pulang ke rumah bersama Selena. Begitu sampai, Selena langsung pergi mengerjakan PR.Sementara itu, Selvy menuju kamar untuk melihat putra bungsunya yang sedang tidur. Seorang pengasuh sedang menjaga anak itu. Ketika mendengar langkah kaki masuk ke kamar, dia berbalik lalu bertanya dengan suara pelan, "Nyonya sudah pulang? Dia tidur terus, benar-benar anak yang baik."Selvy hanya tersenyum. Dia memberi isyarat kepada pengasuh agar turun dan beristirahat. Setelah pintu tertutup, dia menunduk untuk menatap putra bungsunya, Sean.Anak kecil itu sudah berusia 8 bulan. Wajahnya sepenuhnya mewarisi ciri khas Jose, bahkan hampir seperti dicetak dari cetakan yang sama. Bahkan, kadang-kadang Selena memandangi wajah adiknya sambil memuji, "Benar-benar mahakarya Tuhan!"Jose pernah menimpali, "Memangnya kamu tahu apa itu mahakarya Tuhan?""Ketampanan suami adalah kebanggaan istri!" balas Selena dengan bangga.Selvy sempat berbisik kepada Jose, "Dia tahu kata-kata itu
Di lantai 2, Vloryne sedang mencoba gaun pengantinnya. Sesuai keinginan Devon, resepsi pernikahan mereka bertema tradisional.Gaun Vloryne dirancang oleh master top di dalam negeri. Gaunnya sangat mewah dan mahkotanya dihiasi mutiara. Harga mahkota itu puluhan miliar.Vloryne tampak sangat cantik. Dia becermin dan menyentuh mahkotanya sambil bergumam, "Devon benar-benar rela menghabiskan uang demi memuaskan hobinya."Clara menepuk kepala Vloryne. Putrinya ini tidak pernah berpikir panjang sebelum bicara. Untung saja, dia menikah dengan pria yang baik.Clara memberikan harta sesan yang banyak untuk Vloryne, sama seperti waktu Alaia menikah. Namun, Vloryne juga menolak saham Grup Chandra seperti Alaia. Uang yang dihasilkan Devon sudah cukup untuk menghidupi mereka.Alaia merapikan gaun Vloryne. Dia merasa tidak rela. Bagaimanapun, Vloryne adalah putri bungsu Keluarga Chandra. Sekarang, Vloryne akan menikah.Vloryne memandang Alaia seraya menggerutu, "Kak, kapan kamu menetap di dalam nege
Xavier berujar, "Kita nggak bisa menahan rasa sakit."Alaia tidak bisa berkata-kata. Arnold sangat aktif, tetapi dia sangat sopan karena didikan Xavier. Begitu melihat Ivander, Arnold menyapa dengan sopan, "Paman Ivander."Ivander mengusap kepala Arnold. Dia merasa tubuh Arnold lebih berisi dari putranya. Mungkin karena Molly terlalu kurus. Nanti Ivander berencana menambah makanan bergizi untuk Alfred.Mobil Ivander melaju di jalan tol. Dia mengantar keluarga Alaia ke kediaman Keluarga Chandra. Anak-anak Satya dan Clara sudah pindah. Hanya tersisa Vloryne yang belum pindah.Alaia yang jarang pulang dipaksa tinggal di kediaman Keluarga Chandra. Alaia tidak menolak. Beberapa hari lagi, dia berencana pergi ke Kota Aruma untuk mengunjungi makam orang tua kandungnya.Mobil Ivander berhenti di tempat parkir kediaman Keluarga Chandra. Semua junior Keluarga Chandra berkumpul. Demi mempersiapkan resepsi pernikahan Vloryne besok, para pria berdiskusi dan para wanita sibuk di lantai 2.Sementara
Sore harinya, Vloryne hendak pulang kerja. Dia melihat mobil Devon di tempat parkir, tetapi Devon tidak berada di dalam mobil.Kebetulan seorang petinggi kampus lewat. Dia berkata kepada Vloryne, "Devon datang ke kampus. Di aula ada upacara penyumbangan, kamu boleh lihat acaranya. Nanti kalian baru pulang bersama. Makan hotpot waktu musim dingin sangat menyenangkan."Vloryne menanggapi, "Pak, kamu pandai menikmati hidup."Petinggi menunjukkan sayuran yang dibawanya dan menimpali, "Lihat, istriku terus desak aku dari tadi. Dia suruh aku pulang masak dan jaga cucu."Vloryne tersenyum dan memandangi petinggi yang berjalan pergi. Kemudian, dia berjalan ke aula sambil membawa termos. Banyak mahasiswa yang menyapa Vloryne.Salah satu mahasiswa berujar, "Bu Vloryne, Pak Devon ada di aula."Setiap orang yang lewat memberi tahu Vloryne hal yang sama. Devon menjadi terkenal di kampus setelah menyumbang 100 miliar.Vloryne yang menaiki tangga aula mendengar suara Devon dari kejauhan. Kala ini, De
Vloryne terdiam menatap Devon. Pria itu mengenakan mantel hitam. Ketika sosoknya yang tinggi berdiri di dalam ruang kerja, suasananya terasa tegang.Devon berjalan ke arah Vloryne, lalu memeluk gadis kecil yang sedang menangis sambil membelai rambutnya. Dia berkata dengan sangat lembut, "Katanya nggak menangis."Vloryne bersandar di pundak Devon sembari bergumam, "Kamu pasti sengaja.""Terharu nggak?" tanya Devon.Vloryne memukul Devon dua kali.Devon terkekeh-kekeh dan membiarkan Vloryne melampiaskan emosinya. Hatinya juga terasa sedih. Lima tahun ini, sebenarnya Devon takut dan cemas Vloryne akan jatuh cinta pada orang lain sebelum dirinya sukses. Jika itu terjadi, apa yang akan dia pakai untuk meminta Vloryne kembali?Cinta antara pria miskin dan putri keluarga kaya hanya ada di dalam novel. Kenyataannya begitu kejam. Vloryne tidak peduli, tetapi Devon tidak rela melihat Vloryne hidup menderita. Kini, Devon dan Vloryne berpelukan di dalam ruang kerja. Mereka akan segera menikah.Di
Rencana pernikahan Devon dan Vloryne berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.Vloryne terkadang merasa ini hanya ilusi. Semuanya berjalan terlalu lancar seakan-akan perpisahaan beberapa tahun ini tidak pernah terjadi. Vloryne dan Devon seperti selalu bersama.Setelah bertemu kembali, Devon bahkan tidak banyak bertanya tentang kehidupan Vloryne di luar negeri. Dia memperlakukan Vloryne seperti dulu.Vloryne sudah tidak semuda dan secantik dulu lagi, tetapi Devon memperlakukannya seperti gadis berusia 20 tahun. Vloryne diam-diam berpikir bahwa Devon pasti suka gadis berusia 18 tahun. Sayangnya, waktu telah berlalu dan tidak bisa kembali.Devon hanya tersenyum.Pada musim dingin, hari-hari terasa lebih singkat. Setelah pulang kerja, Vloryne datang ke vila Devon, tetapi Devon belum pulang. Dua pembantu yang dipekerjakan Devon sudah mulai menyiapkan makan malam.Ketika Vloryne turun dari mobil, dia menerima panggilan dari Devon. Vloryne bertanya dengan lembut, "Kamu pulang jam berapa?"De
Vloryne kembali menatap Devon dengan polos.Devon mengeluarkan dompet dari mantelnya sambil terkekeh-kekeh. Dia mengambil kartu bank platinum dan menaruhnya di telapak tangan Vloryne. "Ini kartu cadanganku, nggak ada batas pengeluaran," ucapnya.Vloryne berucap pelan, "Baik banget. Terima kasih, Pak Devon!"Devon menepuk-nepuk kepala gadis itu.Vloryne sontak memeluk leher kekasihnya dan berkata, "Terima kasih, Om Gadun."Devon membalas dengan menangkup wajah mungil Vloryne dan menciumnya dalam-dalam. Dahulu, dia adalah seorang dosen dan sekarang dirinya adalah pebisnis andal.Namun, tingkah Vloryne membuatnya tidak bisa menahan diri. Setelah mengakhiri ciumannya, Devon membisikkan kata-kata nakal di telinga gadis itu, membuatnya tertegun sekaligus malu.Devon menggigit ujung hidung Vloryne dan berucap, "Seleramu cukup mengagetkan."Vloryne tidak berani menggoda Devon lagi. Dia duduk lebih tegak dan meminta pria itu untuk mengemudi. Devon menatapnya sejenak, baru menghidupkan mesin.Se