Dunia seolah-olah berhenti. Hanya ada seberkas cahaya lampu kristal yang menyelimuti mereka. Cahaya ini seperti menyelimuti enam tahun yang mereka habiskan bersama.Dalam enam tahun, bukan hanya ada luka. Sebenarnya juga ada masa-masa indah."Alaia hanya perlu terus bersama Kakak. Alaia boleh nggak menguasai apa-apa.""Seberapa baik pun orang lain, nggak ada hubungannya denganku.""Tunggu di sini, Kakak akan segera kembali."....Kenangan masa lalu bagaikan gelombang air yang menerpa Alaia dan menenggelamkannya.Alaia menatap mata Joe yang terlihat sedih. Dia juga mendengar Joe mengucapkan itu padanya untuk pertama kali.Joe berencana untuk mengucapkan itu saat menikah. Namun ketika dia mengucapkannya, Alaia sudah menjadi istri orang lain. Wanita ini sudah menjadi istri Xavier.Joe tidak lupa, apalagi Alaia. Alaia menunduk menatap telapak tangan Joe sambil bertutur, "Sudah terlambat, Joe.""Sebenarnya yang paling penting dalam hubungan dan pernikahan bukan cinta, melainkan cocok dan bi
Satya duduk di sofa berhadapan dengan Joe. Dia mengeluarkan kotak rokok dan mengambil dua batang, lalu melemparkan satu kepada Joe. Dia berpesan, "Jangan beri tahu ibumu. Ibumu nggak mengizinkan aku merokok."Joe tidak merespons.Satya menyalakan rokok, lalu mengisapnya beberapa kali. Tak lama kemudian, asap abu-abu menyelimuti mereka berdua dan membuat segalanya menjadi kabur.Di tengah suasana berkabut, Satya berkata dengan sedih, "Joe, Ayah tahu kamu belum menyerah. Tapi, harus bagaimana lagi? Alaia sudah membawa suaminya ke rumah. Mereka sudah sah menjadi suami istri."Satya meneruskan ucapannya, "Sekalipun kamu sangat mencintai Alaia dan enggan melepaskannya, kamu juga nggak bisa merusak pernikahan mereka .... Apalagi, pria itu bukan orang biasa. Dia adalah Xavier Adrian."Satya membujuk, "Joe, lupakan masa lalu! Melepaskan Alaia juga berarti melepaskan dirimu sendiri! Kalau kamu nggak suka Lucy, nanti kami bantu mencarikan pasangan untukmu.""Sebenarnya, Ayah menyukai Selvy, putr
Telapak tangan Xavier terasa hangat dan kering. Dia selalu penuh perhatian dan lembut. Sifatnya ini mudah membuat wanita jatuh hati. Apalagi Alaia adalah istrinya, dia tidak perlu menahan diri dari pesona Xavier.Alaia menoleh dan menatapnya lekat-lekat, sementara Xavier tetap fokus mengemudi. Dia bersikap seolah baru saja mengucapkan kata-kata biasa. Namun, bagi Alaia itu sama sekali tidak biasa. Setelah sampai di parkiran hotel, Alaia masih menatapnya. Ketika mobil berhenti, Alaia akhirnya tersadar kembali. Dia bertanya, "Sudah sampai?"Tanpa berpikir panjang, Alaia hendak membuka pintu mobil dan turun. Namun, tangannya langsung ditahan oleh Xavier. Tangan pria itu menutupi punggung tangannya. Mata Xavier yang gelap tampak menatapnya dalam-dalam.Xavier bertanya, "Setelah menatapku sepanjang jalan, sekarang kamu mau pergi begitu saja?"Alaia bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu, Xavier?"Pria itu tidak menjelaskan apa-apa. Dia langsung menarik pinggang ramping Alaia dan membiarkan
Pada saat itu, Xavier terpaku sejenak. Cordelia adalah nama yang telah lama menghilang dari dunianya, sampai-sampai dia pikir mereka tidak akan pernah berhubungan lagi seumur hidup. Namun, sekarang nama itu muncul di layar ponselnya secara nyata dan jelas.Xavier berhenti, tetapi tidak menjawab telepon tersebut. Alaia membuka matanya yang masih sedikit kabur. Dia melihat Xavier, lalu membuka bibir merahnya.Suaranya sedikit serak akibat momen intim mereka. Alaia bertanya, "Xavier, ada apa?""Bukan apa-apa," jawab Xavier. Dia mematikan panggilan itu dan langsung menunduk untuk mencium Alaia lagi. Dia mencium dengan sangat dalam. Hal itu membuat Alaia hampir kehabisan napas.Tangan lembut Alaia mengusap punggung Xavier dengan lemah. Dia juga memanggil namanya perlahan, "Xavier."Xavier akhirnya menenangkan diri. Dengan tatapan mendalam, mata hitamnya terpaku pada Alaia. Tanpa sepatah kata pun, pria itu terlihat sangat menggoda.Alaia merasa hatinya bergetar. Dia berinisiatif untuk memelu
Lantaran menyadari tatapannya, Cordelia menoleh dan melihat ke arah Xavier. Begitu melihat Xavier, ada kilatan kasih sayang dan kegembiraan di matanya. Namun segera, dia menutupi perasaannya itu dan menyapa dengan nada ringan, "Vier, lama nggak bertemu."Di malam yang larut, Xavier mengenakan mantel hitam. Mantel itu pernah dipakai oleh Alaia. Saat Xavier melepasnya dan meletakkannya di sandaran kursi, Cordelia segera mengenali aroma yang samar-samar.Cordelia dengan anggun mengibaskan rambut panjangnya yang bergelombang sehingga terlihat sangat memikat. Wanita itu bertanya, "Vier, aku nggak mengganggumu, 'kan?"Xavier duduk dan memanggil pelayan bar. Pria itu berucap, "Satu martini."Pelayan bar mengenalinya. Di hotel itu, sudah tersebar kabar bahwa Xavier yang terkenal menginap di hotel mereka bersama istrinya. Pelayan bar memandang wajah Xavier dengan hormat, lalu membalas, "Tunggu sebentar, Pak Xavier."Xavier pun mengangguk. Dia mengambil pemantik dan kotak rokok dari saku manteln
Wajah Alaia terlihat pucat pasi. Dia memandang Xavier dan wanita yang memeluknya. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa wanita di depan inilah yang terus menelepon malam ini.Xavier tidak menjawab telepon dan memilih untuk bertemu setelahnya. Apakah mereka ... berselingkuh?Alaia merasa sangat malu. Tidak ada wanita yang bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini. Tanpa menunggu Xavier memberikan penjelasan, Alaia langsung menekan tombol tutup lift.Saat ini, Alaia tidak ingin melihat Xavier maupun selingkuhannya. Pintu lift pun perlahan menutup di depan mereka."Alaia," panggil Xavier seraya mendorong Cordelia dengan keras. Pria itu menahan pintu lift dengan satu tangan dan segera masuk.Xavier mencoba menjelaskan sambil memegang tangan Alaia, tetapi istrinya segera melepaskan tangannya dan berdiri di sudut lift. Tubuhnya bergetar ringan. Saat ini, Alaia merasa dikhianati."Alaia, dengarkan aku," ucap Xavier yang melangkah maju. Dia mengabaikan penolakan istrinya dan meme
Malam ini, Alaia sudah kehabisan tenaga. Dia sama sekali tidak punya kekuatan untuk menghadapi seorang pria yang telah menahan diri selama dua tahun. Alaia hanya bisa bertahan dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Xavier berjanji, "Ayo, nurutlah. Kalau panggil aku Sayang, baru aku akan berhenti."Xavier menatap wajah cantiknya dengan matanya yang gelap. Rambut panjang hitam Alaia bergetar di atas kulit putihnya. Itu menciptakan pemandangan yang indah. Dia terlihat begitu polos dan seksi. Mana mungkin Xavier bisa berhenti?Akhirnya, Alaia menangis dalam pelukannya. Bulu mata panjangnya basah oleh air mata di bahunya. Dia memanggil Xavier dengan suara tidak jelas, "Sayang."Setelah memanggilnya, Alaia merasa sangat malu sehingga menyembunyikan wajahnya di leher Xavier dan enggan keluar.Xavier pun memeluk tubuhnya. Dia tidak melanjutkan, melainkan hanya berpelukan erat dengan Alaia. Kulit mereka bersentuhan ... seolah-olah detak jantung mereka menyatu dan hanya ada mereka di dunia
Bertemu orang tua?Alaia agak terkejut. Baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara yang familier dari samping, "Xavier, kebetulan sekali!"Alaia dan Xavier menoleh bersamaan. Terlihat Cordelia yang sedang menatap mereka sambil tersenyum.Cordelia mengenakan gaun hitam sutra bertali satu. Rambut panjangnya yang hitam tergerai di pinggangnya, membuatnya terlihat seksi dan memesona. Namun, memakai pakaian seseksi ini di pagi hari membuatnya terlihat murahan.Xavier tidak menatapnya terlalu lama, hanya tersenyum sekilas. Ekspresinya tampak sangat dingin. Namun, Cordelia masih tidak menyerah. Sebaliknya, dia dengan perhatian, "Xavier, boleh nggak aku semeja dengan kalian?"Alaia menyaksikan semua itu dengan tatapan seru sambil menggigit roti lapisnya.Xavier mengambilkan sepotong ham kepada Alaia, kemudian menoleh pada Cordelia dan berkata dengan anggun. "Tentu saja boleh. Sebentar lagi kami sudah selesai makan dan mau pergi."Cordelia meletakkan dompetnya dan duduk di kursi.