Telapak tangan Xavier terasa hangat dan kering. Dia selalu penuh perhatian dan lembut. Sifatnya ini mudah membuat wanita jatuh hati. Apalagi Alaia adalah istrinya, dia tidak perlu menahan diri dari pesona Xavier.Alaia menoleh dan menatapnya lekat-lekat, sementara Xavier tetap fokus mengemudi. Dia bersikap seolah baru saja mengucapkan kata-kata biasa. Namun, bagi Alaia itu sama sekali tidak biasa. Setelah sampai di parkiran hotel, Alaia masih menatapnya. Ketika mobil berhenti, Alaia akhirnya tersadar kembali. Dia bertanya, "Sudah sampai?"Tanpa berpikir panjang, Alaia hendak membuka pintu mobil dan turun. Namun, tangannya langsung ditahan oleh Xavier. Tangan pria itu menutupi punggung tangannya. Mata Xavier yang gelap tampak menatapnya dalam-dalam.Xavier bertanya, "Setelah menatapku sepanjang jalan, sekarang kamu mau pergi begitu saja?"Alaia bertanya dengan bingung, "Apa maksudmu, Xavier?"Pria itu tidak menjelaskan apa-apa. Dia langsung menarik pinggang ramping Alaia dan membiarkan
Pada saat itu, Xavier terpaku sejenak. Cordelia adalah nama yang telah lama menghilang dari dunianya, sampai-sampai dia pikir mereka tidak akan pernah berhubungan lagi seumur hidup. Namun, sekarang nama itu muncul di layar ponselnya secara nyata dan jelas.Xavier berhenti, tetapi tidak menjawab telepon tersebut. Alaia membuka matanya yang masih sedikit kabur. Dia melihat Xavier, lalu membuka bibir merahnya.Suaranya sedikit serak akibat momen intim mereka. Alaia bertanya, "Xavier, ada apa?""Bukan apa-apa," jawab Xavier. Dia mematikan panggilan itu dan langsung menunduk untuk mencium Alaia lagi. Dia mencium dengan sangat dalam. Hal itu membuat Alaia hampir kehabisan napas.Tangan lembut Alaia mengusap punggung Xavier dengan lemah. Dia juga memanggil namanya perlahan, "Xavier."Xavier akhirnya menenangkan diri. Dengan tatapan mendalam, mata hitamnya terpaku pada Alaia. Tanpa sepatah kata pun, pria itu terlihat sangat menggoda.Alaia merasa hatinya bergetar. Dia berinisiatif untuk memelu
Lantaran menyadari tatapannya, Cordelia menoleh dan melihat ke arah Xavier. Begitu melihat Xavier, ada kilatan kasih sayang dan kegembiraan di matanya. Namun segera, dia menutupi perasaannya itu dan menyapa dengan nada ringan, "Vier, lama nggak bertemu."Di malam yang larut, Xavier mengenakan mantel hitam. Mantel itu pernah dipakai oleh Alaia. Saat Xavier melepasnya dan meletakkannya di sandaran kursi, Cordelia segera mengenali aroma yang samar-samar.Cordelia dengan anggun mengibaskan rambut panjangnya yang bergelombang sehingga terlihat sangat memikat. Wanita itu bertanya, "Vier, aku nggak mengganggumu, 'kan?"Xavier duduk dan memanggil pelayan bar. Pria itu berucap, "Satu martini."Pelayan bar mengenalinya. Di hotel itu, sudah tersebar kabar bahwa Xavier yang terkenal menginap di hotel mereka bersama istrinya. Pelayan bar memandang wajah Xavier dengan hormat, lalu membalas, "Tunggu sebentar, Pak Xavier."Xavier pun mengangguk. Dia mengambil pemantik dan kotak rokok dari saku manteln
Wajah Alaia terlihat pucat pasi. Dia memandang Xavier dan wanita yang memeluknya. Dia tidak sebodoh itu untuk tidak menyadari bahwa wanita di depan inilah yang terus menelepon malam ini.Xavier tidak menjawab telepon dan memilih untuk bertemu setelahnya. Apakah mereka ... berselingkuh?Alaia merasa sangat malu. Tidak ada wanita yang bisa tetap tenang dalam situasi seperti ini. Tanpa menunggu Xavier memberikan penjelasan, Alaia langsung menekan tombol tutup lift.Saat ini, Alaia tidak ingin melihat Xavier maupun selingkuhannya. Pintu lift pun perlahan menutup di depan mereka."Alaia," panggil Xavier seraya mendorong Cordelia dengan keras. Pria itu menahan pintu lift dengan satu tangan dan segera masuk.Xavier mencoba menjelaskan sambil memegang tangan Alaia, tetapi istrinya segera melepaskan tangannya dan berdiri di sudut lift. Tubuhnya bergetar ringan. Saat ini, Alaia merasa dikhianati."Alaia, dengarkan aku," ucap Xavier yang melangkah maju. Dia mengabaikan penolakan istrinya dan meme
Malam ini, Alaia sudah kehabisan tenaga. Dia sama sekali tidak punya kekuatan untuk menghadapi seorang pria yang telah menahan diri selama dua tahun. Alaia hanya bisa bertahan dan tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun.Xavier berjanji, "Ayo, nurutlah. Kalau panggil aku Sayang, baru aku akan berhenti."Xavier menatap wajah cantiknya dengan matanya yang gelap. Rambut panjang hitam Alaia bergetar di atas kulit putihnya. Itu menciptakan pemandangan yang indah. Dia terlihat begitu polos dan seksi. Mana mungkin Xavier bisa berhenti?Akhirnya, Alaia menangis dalam pelukannya. Bulu mata panjangnya basah oleh air mata di bahunya. Dia memanggil Xavier dengan suara tidak jelas, "Sayang."Setelah memanggilnya, Alaia merasa sangat malu sehingga menyembunyikan wajahnya di leher Xavier dan enggan keluar.Xavier pun memeluk tubuhnya. Dia tidak melanjutkan, melainkan hanya berpelukan erat dengan Alaia. Kulit mereka bersentuhan ... seolah-olah detak jantung mereka menyatu dan hanya ada mereka di dunia
Bertemu orang tua?Alaia agak terkejut. Baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, terdengar suara yang familier dari samping, "Xavier, kebetulan sekali!"Alaia dan Xavier menoleh bersamaan. Terlihat Cordelia yang sedang menatap mereka sambil tersenyum.Cordelia mengenakan gaun hitam sutra bertali satu. Rambut panjangnya yang hitam tergerai di pinggangnya, membuatnya terlihat seksi dan memesona. Namun, memakai pakaian seseksi ini di pagi hari membuatnya terlihat murahan.Xavier tidak menatapnya terlalu lama, hanya tersenyum sekilas. Ekspresinya tampak sangat dingin. Namun, Cordelia masih tidak menyerah. Sebaliknya, dia dengan perhatian, "Xavier, boleh nggak aku semeja dengan kalian?"Alaia menyaksikan semua itu dengan tatapan seru sambil menggigit roti lapisnya.Xavier mengambilkan sepotong ham kepada Alaia, kemudian menoleh pada Cordelia dan berkata dengan anggun. "Tentu saja boleh. Sebentar lagi kami sudah selesai makan dan mau pergi."Cordelia meletakkan dompetnya dan duduk di kursi.
Cordelia tidak sanggup menerimanya. Xavier menggandeng tangan Alaia, lalu berkata, "Maaf, kami pergi dulu.""Xavier ...." Cordelia menyusulnya dengan langkah cepat.Tanpa memedulikan harga dirinya, dia menarik tangan Xavier dan berkata, "Vier, dengarkan penjelasanku. Aku benar-benar melakukan semua itu karena nggak ada jalan lain. Waktu itu kita nggak punya apa pun dan kesempatan itu ada di depan mataku. Asalkan aku menemani ...."Cordelia menatap Xavier dan suaranya bergetar. Dia memohon pada Xavier untuk memberinya kesempatan sekali lagi.Xavier melepaskan tangan Cordelia, lalu berkata dengan perlahan, "Cordelia, itu pilihanmu. Aku nggak menyalahkanmu. Tapi, waktu itu kita memang harus putus dan sekarang juga kita nggak mungkin bisa bersama lagi."Cordelia terisak dengan sedih. "Vier, apa kamu pernah mencintaiku?"Cordelia benar-benar tidak memedulikan harga dirinya. Padahal Alaia masih berada di sana, tapi dia malah menanyakan pertanyaan yang begitu blak-blakan. Ada banyak orang di
Alaia tidak ingin mendengar lebih banyak.Xavier mengelus rambut Alaia dan berujar lembut, "Alaia, sejak akta nikah itu dibuat, aku nggak pernah berencana untuk melepasmu. Malam itu bukan kecelakaan, tapi sesuatu yang sudah lama kurencanakan."Jantung Alaia berdegup kencang. Dia terdiam untuk sesaat sebelum bergumam lirih, "Sungguh nggak disangka, ternyata kamu lumayan mesum."Meski Xavier tidak memaparkan semua yang terjadi, Alaia bisa membayangkan betapa tidak senonohnya situasi saat itu. Sewaktu turun dari mobil, wajahnya masih merona.Xavier membawa Alaia masuk sambil merangkulnya dengan satu tangan. Satu tangannya yang lain menjinjing hadiah pertemuan Alaia untuk kedua orang tuanya.Hadiah yang disiapkan oleh Anna itu dipilih dengan baik. Semuanya merupakan favorit orang tua Xavier.Begitu memasuki pintu, ibu Xavier yang bernama Fiona bergegas menyambut mereka. Dia berjalan melewati putranya dan menarik Alaia masuk seraya berkata dengan hangat, "Ayo, silakan duduk. Kamu suka makan