Beranda / Romansa / Tuan, Biarkan Aku Pergi / 5. Saatnya Menjadi Istri Sesungguhnya

Share

5. Saatnya Menjadi Istri Sesungguhnya

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-29 21:54:55

Dahayu merentangkan tangan di pagi hari yang damai. Seperti biasa, setelah bangun tidur dia menuju dapur untuk mengambil air putih.

"Pagi, Nyonya." Seorang asisten menyapa membuat Dahayu tersenyum.

"Pagi," jawab Dahayu kemudian menuang air putih pada gelas kaca bening di atas meja, dia tidak tahu ada sepasang mata hangat yang sedang memperhatikannya saat ini.

Aksa memang telah tiba di vila tempat Dahayu tinggal sejak dua jam yang lalu, dia terpana melihat gadis remaja umur 18 tahun yang dia bawa dari desa, kini sudah tumbuh menjadi perempuan yang jauh lebih cantik dari sebelumnya.

Rambut hitamnya tergerai panjang, dan jatuh secara alami menyapu punggungnya yang putih memesona, siluet hidung mungil di atas bibir tipis terlihat begitu kentara kala pancaran matahari pagi menerobos masuk melalui jendela kaca dari arah samping.

Postur tubuh yang tinggi dan ramping terlihat mengenakan gaun tidur berwarna coklat susu dengan bahan tipis, sinar matahari pun kian memperjelas lekuk indah di dalam gaun tersebut.

Perlahan Dahayu memalingkan pandangan setelah puas dengan air putih yang dia minum. Namun, bola matanya melebar dan hampir menggelinding jatuh ke lantai saat mendapati sosok laki-laki yang tengah memperhatikannya saat ini.

"Tu-tuan ... bagaimana kamu bisa ada di sini?" tanya Dahayu terkejut.

Aksa tak segera menjawab, arah pandangnya masih tertuju pada bagian bawah leher Dahayu.

Refleks Dahayu menyilangkan tangan di depan dada setelah menyadari kemana arah pandang suaminya. Wajahnya memerah karena gugup dan malu, membuat Aksa terenyum samar.

"Apa kamu selalu berpakaian seperti ini saat berada di luar negeri?" pertanyaan Aksa membuat Dahayu semakin menunduk malu.

Memang dia sering seperti itu saat berada di rumah. Udara di negara itu sangat panas, mengenakan pakaian tipis tanpa lengan adalah sesuatu yang sangat nyaman dilakukan.

Aksa terlihat berdiri dan mendekat ke arah Dahayu. Berdiri cukup lama menatap istri kecilnya yang menunduk, kemudian berucap, "Aku memaafkanmu, tapi jika kamu mengenakan pakaian seperti ini di depan orang lain. Aku akan menghukummu, kamu mengerti?"

Dahayu mengangguk samar sembari menunduk, pipinya pun sudah semerah buah ceri.

Aksa tersenyum, dan segera melangkah pergi setelah mengetuk pelan dahi Dahayu dengan punggung jari telunjuk.

Diam-diam Dahayu merapatkan bibir dengan mata terpejam, lantas berlari masuk ke kamar yang membuat Aksa kembali tersenyum setelah mengintip dari balik pitu ruangan lain.

Pukul sembilan pagi pasangan suami istri itu sudah berpakaian rapi, mereka duduk tenang sembari bersantap.

"Kapan Tuan datang? Bukankah tadi malam masih di rumah Ibu?"

Setelah membiarkan suasana meja makan sedikit kaku, akhirnya Dahayu memberanikan diri untuk bertanya, meski sebenarnya bukan itu yang ingin dia tanyakan.

Setelah sekian tahun tidak pernah menanyakan kabarnya, tentu saja sangat aneh tiba-tiba Aksa datang untuk menemuinya.

Tapi jika dia bertanya, untuk apa dia datang? Bukankah itu juga sangat lucu? Vila itu juga milik Aksa, tentu saja dia berhak datang ke tempat itu kapanpun dia mau.

Aksa menatap Dahayu sekilas dan menjawab, "Istriku akan wisuda bagaimana aku tidak datang untuknya?"

Dahayu kemudian menunduk saat berhenti menyuapkan roti ke dalam mulut. "Oh, begitu ya? Terima kasih atas perhatiannya."

'Perhatian?' Aksa membeku kala mengulangi kalimat Dahayu dalam hati. Selama ini dia terlalu mengabaikan istri kecilnya, selain mengirim uang dan memberikan fasilitas yang dibutuhkan, Aksa sama sekali tak memikirkan hal lain.

Rasanya dia sangat tak adil pada Dahayu, ketika Yesti selalu mendapatkan kasih sayangnya dan juga apapun yang dia inginkan. Aksa justru tidak tahu apa yang disukai Dahayu.

Kata terima kasih dari mulut istri kecilnya itu layaknya sindiran bagi Aksa, meski Dahayu sama sekali tak bermaksud begitu.

"Mulai sekarang aku akan lebih memperhatikanmu," ucap Aksa datar kemudian meneruskan santap paginya, sebelum mengantar Dahayu menuju ke kampus.

Pukul 13.00 waktu setempat acara wisuda usai. Dan sangat membanggakan ketika Aksa tahu ternyata Dahayu termasuk lulusan berprestasi di universitas tersebut.

"Selamat," ucap Aksa setelah Dahayu kembali dari panggung.

Senyuman indah bersemi dan Dahayu berucap, "Terima kasih."

Cukup canggung ketika acara usai dan Aksa menyentuh pinggang Dahayu guna menggiringnya masuk ke dalam mobil.

Ini untuk pertama kalinya Aksa melakukan sentuhan semacam itu, hingga hati Dahayu mulai tidak nyaman.

Aksa cukup bisa membaca ketidaknyamanan di raut wajah Dahayu, kemudian berucap, "Kamu harus membiasakan diri, kamu adalah istriku."

Jantung Dahayu berdesir mendengar kata 'istri' yang diucapkan Aksa. Dia malah takut mendengar kata itu.

Jika Aksa tidak mempunyai istri lain, mungkin kata itu akan terdengar sangat indah. Namun, melihat situasi yang terjadi empat tahun yang lalu, kata 'istri' yang diucapkan Aksa hanya seperti cambukan bagi Dahayu.

Bayangan orang ketiga yang merusak kebahagiaan rumah tangga orang melekat kuat di benaknya, yang membuat Dahayu merasa sangat buruk.

Sebenarnya jika Aksa menceraikannya itu jauh lebih baik. Lagipula gelar itu hanya di atas kertas saja, Dahayu tidak merasa menjadi istri sesungguhnya setelah Aksa terlihat begitu menjaga perasaan Yesti saat di rumah.

Dahayu sangat tahu diri dan tak pernah berharap lebih, dia hanya melihat Aksa sebagai orang baik yang terjebak dalam pernikahan gara-gara kesalahpahaman di desa.

Untuk seseorang yang tidak menginginkannya, Aksa memang sangat bertanggung jawab.

Jika bukan karena Aksa, mungkin dia masih berkecimpung dengan sayur dan tanah di ladang sekarang.

Tapi Dahayu mulai menatap suaminya kala sadar mobil yang dikemudikan oleh sopir tak bergerak menuju ke vila.

"Tuan, kita mau ke mana?"

"Pulang," jawab Aksa datar.

"Tapi ini bukan jalan ke rumah."

"Kamu sudah terlalu lama meninggalkanku, saatnya kamu menjadi istri sesungguhnya."

Jawaban Aksa membuat Dahayu terkesiap dan menelan saliva terus-menerus. Hatinya kembali bergemuruh dan takut.

***

Perasaan Dahayu sudah tidak karuan sejak keluar dari dalam pesawat. Bayangan Yesti yang memaki dan menatapnya dengan penuh kecemburuan sudah memenuhi benaknya. Begitu suram bagai langit gelap malam ini.

Setelah Yesti memberinya cek dengan nominal yang tidak sedikit, seharusnya dia tidak kembali bersama Aksa.

"Ayo," ucap Aksa datar sembari mengulurkan tangannya.

Dahayu baru sadar jika sudah sampai di vila Seroja, tempat tinggal Aksa.

Dengan ragu Dahayu menyambut uluran tangan Aksa. Hatinya benar-benar sudah tidak karuan sekarang.

'Mungkinkah akan terulang lagi?' Itu yang ada dalam pikiran Dahayu mengingat dulu Yesti pernah ingin mencabik-cabik wajahnya saat Aksa membawanya pulang untuk pertama kali.

"Lepaskan aku! Aku akan membunuhnya!"

Pekikan Yesti membuat Dahayu tertegun ketakutan setibanya di kediaman suaminya empat tahun yang lalu.

Saat itu Yesti mengamuk setelah Aksa memberi tahu bahwa dia telah menikah lagi.

"Lepaskan aku! Aku tidak sudi hidup serumah dengan istri keduamu. Aku kurang apa, Aksa? Hingga kamu mengkhianatiku, dan menikahi gadis udik seperti itu!" raungan Yesti menggema di ruang tamu, saat tatapan membunuh itu terarah pada Dahayu.

Tentu saja, tidak ada seorang istri yang menginginkan orang ketiga di pernikahannya, Dahayu sangat memahami itu.

"Yesti, dengarkan aku. Aku juga terpaksa menikahinya karena keadaan." Aksa mencoba menenangkan Yesti yang sudah tak terkendali.

"Apapun alasanmu aku tidak bisa menerimanya! Dia perusak rumah tangga orang! Aku pasti akan membunuhnya! Lepaskan aku!"

Yesti terus meronta dan semakin tak karuan. Aksa tak punya pilihan, selain menjauhkan Dahayu dari istri pertamanya yang sedang kalut.

"Mina, bawa Dahayu ke kamar!" titah Aksa pada seseorang di rumahnya.

Seorang kepala pelayan segera menggiring Dahayu menuju kamar di lantai dua.

Tapi, tak mampu memberi ketenangan padanya yang mendengar pertengkaran Aksa dan Yesti di bawah sana.

Saat itu Dahayu masih sangat polos dan lugu. Dia hanya bisa menelungkup di bawah selimut tebal sembari menangis, hatinya tersayat mendengar raungan wanita yang terkhianati di bawah sana.

Seandainya satu bulan sebelumnya Dahayu tahu jika Aksa sudah beristri ....

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   6. Tuan, Biarkan Aku Pergi

    Sebulan sebelum Aksa membawa Dahayu pergi ke kota keadaan benar-benar sangat tak menguntungkan, saat itu Dahayu pulang dari ladang dan mendengar teriakan seseorang meminta bantuan. Dia adalah Aksa yang kakinya tertimpa reruntuhan kayu di resort terbengkalai. Dahayu hendak membantu Aksa keluar dari resort tersebut, tapi mendadak hujan badai disertai petir. Sejak kecil Dahayu memang sangat takut dengan petir dan kegelapan, dia langsung menjerit dan melepaskan Aksa hingga terjatuh lantaran kakinya terluka. Aksa yang tidak berdaya hanya dapat menghela napas pasrah melihat seseorang yang dia harapkan untuk menolong malah ketakutan sendiri. Terpaksa Aksa melalui malam gelap dengan gadis desa yang tidak dia kenal, sampai mereka ditemukan warga desa yang mencari keberadaan Dahayu. Kesalahpahaman terjadi, Aksa menjadi bulan-bulanan warga desa saat dia dalam kondisi yang tidak bisa melawan. "Jangan! Jangan pukuli tuan Aksa. Dia sedang sakit! Kakinya terluka!" "Hentikan, aku mohon! Tuan A

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-12
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   7. Aku Harus Pergi

    Dahayu menuruni tangga dengan langkah pelan setelah pelayan mengatakan sarapan sudah siap.Sudah ada Aksa dan Yesti yang duduk di meja makan.Decit kursi yang digeser segera terdengar, saat Aksa menariknya.Tidak mengucapkan apa-apa, tapi itu seperti perintah untuk Dahayu agar dia duduk di samping Aksa.Dahayu menangkap aura ketidaksenangan di wajah Yesti. Selalu seperti ini sejak empat tahun yang lalu.Dahayu lelah, dan tak ingin terus mengulangi kejadian yang tidak mengenakkan itu, dia memilih pergi menuju kursi lain.Tapi belum sempat Dahayu duduk, Aksa sudah bertitah, "Mina, buang semua kursi, selain yang aku pegang."Dahayu tertegun sejenak menatap suaminya. Pria tersebut tidak membentak atau menunjukkan nada kemarahan, tapi suaranya yang rendah dan berwibawa sudah bisa membuat orang tunduk kepadanya.Dahayu menelan saliva dan duduk dengan patuh di samping Aksa, meski bayangan pertengkaran hebat disertai jerit tangis Yesti sudah menghantui."Apakah kamu tidur dengan nyenyak?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   8. Aku Tidak Akan Tinggal Diam

    Dahayu menatap senja di depan jendela kamarnya dengan melipat tangan di depan dada.Rona kuning keemasan bersembunyi di balik mendung hitam yang bergelayut bagai kapas kotor dari kejauhan.Warna kelam itu semakin terkumpul dan tebal menghalangi keindahan senja dengan cepat.Sudah pasti akan turun hujan malam ini."Nyonya." Suara Mina membuat Dahayu menoleh perlahan."Tuan membelikan gaun untuk, Nyonya. Beliau meminta Anda bersiap. Tuan besar Jayanta akan mengadakan perjamuan di kediaman utama malam ini."Kata perjamuan itu terdengar mengerikan di telinga Dahayu. Empat tahun yang lalu Dahayu mengotori tangannya untuk membunuh dua orang sekaligus gara-gara Aksa mengajaknya ke perjamuan.Tapi kali ini perjamuan diadakan di kediaman mertuanya, mungkin tidak berbahaya seperti dilakukan di hotel.Dahayu mulai mengangguk dan berkata, "Iya."Setelah Mina pergi, kilat mata Dahayu terlihat kosong usai melihat gaun warna pastel yang tampak indah.Ada yang sedang dia pikirkan dengan sangat dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   9. Berlututlah Sampai Besok Pagi

    Aksa hendak membantu Dahayu kala melihat istri kecilnya jatuh tersungkur. Namun, saat mengetahui Dahayu kembali bangkit dan membalas apa yang dilakukan Yesti, Aksa malah tersenyum samar. 'Ternyata istri kecilku memang sudah berubah,' gumam Aksa dalam hati.Dahayu terbalik dan berjalan tenang, mengabaikan tatapan aneh semua orang yang berbisik-bisik. Tepat ketika dia sampai di depan Aksa yang berdiri tegak dengan tangan bersembunyi di balik saku, Dahayu pun berhenti. "Mana yang sakit?" tanya Aksa pelan."Tidak perlu mempedulikan aku, nyonya lebih berharap perhatianmu." Dahayu hendak kembali berlenggang pergi, namun tangannya diraih Aksa."Ke mana?" Lagi, Aksa bertanya."Toilet." Jawaban singkat Dahayu membuat Aksa melepaskan genggamannya. Seperti yang dikatakan Dahayu, istri pertamanya tampak mendekat dengan wajah sedih setelah Dahayu pergi.Sebagai istri yang sering dimanja, sudah jelas saat ini Yesti sedang haus perhatian."Ganti bajumu dan bersihkan wajahmu." Hanya kata seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   10. Telanjangi Gadis Itu

    "Aku akan melakukannya sekarang, perintahkan pada mereka untuk mengurus perawatan ayah di desa." Mata Dahayu mulai menunjukkan cahaya semangat meski terlihat menyedihkan Entah mengapa, alis pekat Aksa yang sudah basah oleh air hujan langsung menunjukkan kerutan, kemudian dia bergumam sinis, "Bodoh."Aksa melepaskan tangan Dahayu dan beranjak berdiri, meninggalkan istri kecilnya tersebut.Dari arah kediaman utama, Yesti datang membawa payung dan menghampiri Aksa."Aksa, kenapa kamu tidak memakai payung? Ini sangat dingin, kamu bisa sakit," ucapnya sembari memayungi Aksa.Aksa sama sekali tak merespon, dia terus berjalan santai masuk ke paviliun.Sementara senyum simpul langsung tercetak di bibir Yesti setelah melihat Dahayu berlutut di tengah hujan lebat."Matikan semua lampu taman!" titah Aksa yang membuat tubuh Dahayu semakin bergetar hebat.Bukan hanya kedinginan, tapi dia fobia dengan kegelapan, sepertinya Aksa benar-benar akan menyiksanya malam ini.Segera jerit Dahayu menggema s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   11. Membayar Utang

    Embun baru saja menetes dari dedaunan kala mentari pagi mengintip dari ufuk timur.Aksa membuka matanya perlahan, sementara tangannya memijat kening untuk mengurangi rasa pening akibat alkohol yang dia konsumsi tadi malam.Tapi setelah ingat perihal istri muda yang dia hukum tadi malam, kakinya bergegas membawa diri ke dekat dinding kaca.Langit masih tampak redup, namun gadis yang tergeletak di bawah sana membuat Aksa melebarkan mata dengan aura kemarahan pekat."Apa-apaan ini?!"Gegas Aksa berlari dari dalam ruangan tersebut dan menuruni tangga dengan cepat.Udara pagi masih sangat dingin manakala Aksa keluar dari dalam rumah."Ayu, Ayu, buka matamu. Siapa yang melakukan semua ini?" pekik Aksa sembari memeluk Dahayu.Pelayan memang mendekat saat melihat Aksa keluar dari kediamannya dengan membawa kemarahan, namun, tak ada satupun yang berani menjawab."Ayu, Ayu, buka matamu." Kekhawatiran tercetak jelas di wajah Aksa, bahkan binar mata itu membawa penyesalan yang teramat dalam.Gaun

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   12. Melucuti Pakaian Dahayu

    Yesti gemetaran saat Ethan kembali membawa lima orang beserta lima ember air es di tangan mereka masing-masing. "Aksa, setelah sembilan tahun pernikahan kita, apakah kamu akan melakukan ini padaku?" Yesti ingin memegang tangan Aksa, namun pria tersebut segera mundur. Aksa malah memerintahkan pada dua pelayan yang tadinya terus berlutut untuk bertindak seperti apa yang mereka lakukan pada Dahayu tadi malam. "Lakukan seperti apa yang kalian lakukan pada Dahayu, jika tidak ingin stick bisbol ini menghancurkan kepala kalian." Dua pelayan itu saling menatap bingung, tapi juga ketakutan. Yesti sudah lama menjadi nyonya muda di kediaman Jayanta, tentu saja lebih banyak keraguan daripada melakukannya pada Dahayu yang baru saja datang dan membawa status predikat buruk. Sementara Aksa menatap Ethan sejenak kemudian membalikkan tubuh dengan perlahan. Ethan segera tahu apa yang diinginkan Aksa. Dia pun memberi isyarat pada lima orang yang membawa ember besar untuk mengguyur Yesti secara ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   13. Awasi Dia

    Udara basah dan lembab menyelimuti kota Zimo sepanjang hari, sejak hujan berhenti sebentar di pagi hari, langit kembali menumpahkan rintik air yang tak kunjung reda meski juga tak terlalu deras. Langit kelabu tampak jelas dari jendela kaca di kamar Dahayu, saat gadis tersebut membuka kelopak mata dengan berat. "Nyonya, Anda sudah bangun?" Suara seorang pelayan membuat Dahayu menoleh. "Syukurlah Nyonya sudah sadar, Nyonya membutuhkan sesuatu?" Dahayu tak segera menjawab, dia masih menyesuaikan diri dengan ruangan asing tersebut. Dahayu baru ingat dengan kejadian tadi malam setelah sedikit menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk redam. "Nyonya tidak perlu banyak bergerak jika masih sakit, katakan saja jika memerlukan sesuatu.'' Pelayan tersebut terus berkata dengan sopan dan lembut kepada Dahayu. Sepertinya dia memang sangat ingin melayani Dahayu dengan baik. "Bantu aku duduk." Suara Dahayu yang timbul tenggelam terdengar sangat serak, namun malah membuat pelayan tersenyum dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   130. Siapa yang Mandul?

    "Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   129. Bagaimana Bisa Sesombong Itu?

    Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   128. Trik Rendahan

    Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   127. Kecemburuan yang Indah

    Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   126. Ini Hanya Sebuah Permulaan

    Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   125. Bagaimana Dia Tidak Keberatan?

    Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   124. Atur Rapat Relokasi Pemegang Saham

    Keesokan harinya, kota Zimo langsung digegerkan dengan berita bahwa Aksa dicoret dari kartu keluarga Jayanta karena tidak ingin menceraikan Dahayu.Aksa tidak lagi menyandang gelar tuan muda Jayanta karena sudah dibuang oleh ayahnya.Berita bahwa Aksa adalah anak haram juga beredar di mana-mana.Sudah pasti Lukas di balik rumor jahat yang beredar saat ini.Biasanya Aksa akan menebas dan melenyapkan berita miring tentangnya.Tapi kali ini dia membiarkan saja berita tersebut menyala dan membuat kegaduhan semua kalangan di kota Zimo.Dan sampailah pada Dahayu yang saat ini sedang duduk bersandar di kamarnya sambil menonton televisi."Sepertinya dia sangat mencintaimu. Demi mempertahankanmu, dia rela didepak dari keluarga Jayanta," ucap Satya acuh tak acuh sembari memasukan kacang atom ke mulutnya.Saat ini Satya tengah berbaring di samping Dahayu.Dahayu sama sekali tak menanggapi ucapan kakaknya hanya menatap dingin layar televisi saat ini."Kamu tidak ingin memberi tahunya jika dia aka

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   123. Bawa Menantu Ibu Pulang

    Acara pesta berakhir. Melihat Aksa masih berdiri menatapnya, Dahayu sama sekali tak ingin menghindar. Dia pun berjalan dengan anggun menghampiri suaminya. "Tuan Aksa Jayanta, para tamu undangan sudah pulang, kenapa Anda masih di sini?" Wajah tampan aksa bersinar, menyambut kedatangan istrinya. "Aku belum mengucapkan. Selamat ulang tahun pada istriku?" Dahayu tersenyum sengit dan berkata, "Ucapan selamat saja tidak cukup, Anda harus datang dengan membawa hadiah. Tapi sepertinya Anda datang dengan tangan kosong, sebaiknya aku yang menentukan hadiahku." Aksa tahu apa yang akan dilakukan Dahayu saat seseorang mendekat dengan membawa stopmap di tangannya. Dia tersenyum dan menerima berkas tersebut. Namun, bukannya menandatangani, Aksa malah menyobek lembar kertas tersebut menjadi sobekan kecil-kecil dan melemparkan ke udara. Untuk sesaat Dahayu kejatuhan sobekan kertas hingga seperti sedang diguyur confetti. Raut wajahnya menjadi dingin dan kejam kala menatap Aksa. Namun, Aksa ju

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   122. Istri Kecilku Hanya Akan Menjadi Milikku Selamanya

    Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut. Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi. Apalagi saat melihat Dahayu yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya. Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?" "Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?" "Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila." "Benar, perempuan muda dan be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status