Beranda / Romansa / Tuan, Biarkan Aku Pergi / 6. Tuan, Biarkan Aku Pergi

Share

6. Tuan, Biarkan Aku Pergi

Penulis: Kerry Pu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-12 10:27:19

Sebulan sebelum Aksa membawa Dahayu pergi ke kota keadaan benar-benar sangat tak menguntungkan, saat itu Dahayu pulang dari ladang dan mendengar teriakan seseorang meminta bantuan.

Dia adalah Aksa yang kakinya tertimpa reruntuhan kayu di resort terbengkalai.

Dahayu hendak membantu Aksa keluar dari resort tersebut, tapi mendadak hujan badai disertai petir.

Sejak kecil Dahayu memang sangat takut dengan petir dan kegelapan, dia langsung menjerit dan melepaskan Aksa hingga terjatuh lantaran kakinya terluka.

Aksa yang tidak berdaya hanya dapat menghela napas pasrah melihat seseorang yang dia harapkan untuk menolong malah ketakutan sendiri.

Terpaksa Aksa melalui malam gelap dengan gadis desa yang tidak dia kenal, sampai mereka ditemukan warga desa yang mencari keberadaan Dahayu.

Kesalahpahaman terjadi, Aksa menjadi bulan-bulanan warga desa saat dia dalam kondisi yang tidak bisa melawan.

"Jangan! Jangan pukuli tuan Aksa. Dia sedang sakit! Kakinya terluka!"

"Hentikan, aku mohon! Tuan Aksa tidak bersalah, kami tidak melakukan apa-apa!"

"Berhenti, jangan pukuli tuan Aksa lagi, dia sedang sakit, aku mohon!"

Dahayu terus meraung sembari bercucuran air mata melihat Aksa dipukuli pemuda desa.

Sampai ketika Dahayu melihat salah satu dari mereka mengambil balok kayu untuk memukul Aksa, Dahayu sudah tak bisa berdiam diri.

Tak mempedulikan keselamatannya, Dahayu malah memasang tubuh untuk melindungi Aksa yang tidak berdaya.

Balok kayu itu menghantam keras di punggung Dahayu. Dan sialnya, ada tonjolan paku di balok tersebut, hingga saat ditarik ke bawah langsung memberikan bekas memanjang di punggung Dahayu yang berdarah.

Dahayu pingsan. Saat dia sadarkan diri, ternyata dia sudah sah menjadi istri Aksa.

"Maaf." Itu yang dikatakan Aksa saat Dahayu bangun.

Dahayu hanya bisa mengembuskan napas pasrah, dia tidak bisa menyalahkan Aksa, karena Aksa sendiri sebenarnya juga korban.

Satu bulan Dahayu merawat Aksa di rumahnya, mengabaikan luka di punggungnya sendiri yang pada saat itu juga membutuhkan perhatian.

Hingga Aksa akhirnya membaik, dia meminta izin pada orang tua Dahayu untuk mengajaknya pulang ke kota.

Sampai di jalan Dahayu baru mendapatkan pengakuan Aksa yang mengejutkan.

"Mungkin aku tidak bisa mencintaimu sebagai seorang suami. Tapi aku akan bertanggung jawab atas kehidupanmu. Di rumah, saat ini ada seorang istri yang sedang menungguku. Jadi aku harap kamu bisa memaklumi kemarahannya saat mengetahui kita sudah menikah."

Kala itu Dahayu merasa hancur. Dia yang masih polos, tidak tahu harus pergi ke mana dan berbuat apa?

Dahayu terpaksa menjalani kehidupan pahit, dan menelan setiap hinaan, celaan, dan juga segala macam penindasan yang dilakukan Yesti sebagai istri pertama yang tersakiti.

Berkali-kali Dahayu meminta cerai, tapi Aksa tak mengacuhkannya.

Meski tidak pernah datang dan menjamah tubuh Dahayu layaknya seorang suami. Tapi Aksa tak sekalipun membentak dan bersikap kasar pada Dahayu.

"Kamu gugup atau takut?" Pertanyaan Aksa membawa Dahayu kembali ke masa sekarang.

Dahayu menoleh perlahan menatap Aksa. "Untuk apa Tuan membawaku pulang? Nyonya akan sedih melihat ini."

"Nyonya di sini bukan hanya dia," jawab Aksa enteng.

Dahayu kembali meluruskan wajah dan berkata, "Aku tidak merasa pantas."

"Sekarang merasalah. Kamu bukan gadis desa lagi."

Memang iya, sekarang Dahayu bukan lagi gadis dekil yang dibawa Aksa dari desa, dia adalah gadis cantik lulusan universitas ternama di luar negeri. Tapi apa masalahnya sesederhana itu?

Menjadi istri kedua bukanlah hal yang mudah. Selama ini Dahayu selalu melihat cinta dan kasih sayang Aksa untuk Yesti. Untuk apa Aksa terus memeliharanya?

"Tuan, biarkan aku pergi."

Aksa kembali mengabaikan permintaan Dahayu, dan menggenggam tangan gadis itu semakin erat kala mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Aksa, kamu pulang?"

Suara Yesti menggema dari lantai dua, tapi senyum indah dari perempuan itu segera luruh, menggelapkan wajahnya yang cantik tatkala melihat Dahayu menyertai suaminya. Terlebih ketika melihat tangan kokoh yang menggenggam jemari ramping itu.

Kilat permusuhan segera bisa dilihat oleh Aksa dari mata Yesti yang menatap istri keduanya, namun dia terlihat tidak peduli kali ini.

Bahkan ketika Dahayu mencoba melepaskan genggamannya, dia masih menahan tangan ramping itu tanpa keraguan.

"Ayo." Aksa kembali menuntun Dahayu menaiki tangga, dan baru melepas tangan tersebut sesampainya di depan Yesti.

"Beristirahat di kamarmu," ucap Aksa yang segera disambut anggukan oleh Dahayu, dia tak ingin bersinggungan dengan tatapan permusuhan Yesti.

"Jadi kamu menemukan istri kecilmu?" tanya Yesti setelah Dahayu berlalu, selama ini Yesti memang tidak tahu jika Aksa mengirim Dahayu ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan.

"Hmm, jangan pernah menyuruhnya pergi lagi," jawab Aksa datar.

Yesti menyeringai sengit. "Seberapa buruk dia mengadukan aku kepadamu?"

Aksa pun tersenyum simpul. "Kamu pikir aku memerlukan aduan untuk mengetahui keserakahanmu?"

"Serakah kamu bilang? Aku merasa terancam Aksa, apa kamu tidak bisa memahami itu?" Wajah Yesti sudah memerah menahan emosi yang mendalam.

Tentu saja Aksa dapat memahami kekhawatiran Yesti, namun dia sendiri juga enggan melepas Dahayu, dengan egoisnya Aksa berkata, "Pikiran burukmu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Berpikirlah secara rasional."

"Kamu yang tidak rasional. Membawa istri mudamu tinggal bersamaku di sini, apa kamu mencoba menghinaku?" sentak Yesti dengan nada kemarahan.

"Jika kamu keberatan, besok aku akan mencarikan tempat tinggal baru untuk Ayu. Sekarang aku lelah, aku hanya ingin beristirahat. Aku harap kamu tidak berisik." Aksa berjalan acuh tak acuh menuju kamarnya mengabaikan Yesti.

Tapi detik selanjutnya dia berhenti dan menoleh kala mendengar suara tangis samar dari istri pertamanya.

Guratan kesedihan itu terlihat sangat jelas di raut wajah Yesti yang memerah, Aksa pun menghela napas. Dia sadar telah keterlaluan.

Bagaimanapun Yesti adalah wanita yang pernah dia kasihi. Memang tidak seharusnya dia memperlakukan Yesti seperti itu.

Aksa kembali mendekati Yesti dan merengkuhnya dalam pelukan, lantas berkata pelan. "Kamu masih di hatiku."

Dua jam kemudian, Yesti muncul di depan Dahayu, saat gadis itu bersiap untuk tidur.

"Apa yang kamu inginkan? Apakah cek yang aku berikan kurang?"

Hanya tatapan sinis Yesti yang dilihat Dahayu saat ini, gadis itu tersenyum. Dan itu menciptakan keterkejutan di wajah Yesti.

'Gadis polos itu, dari mana dia mendapatkan keberanian untuk tersenyum mencela di hadapanku?'

Bahkan saat ini Dahayu malah mendekat tanpa keraguan dan memandangnya dengan binar keberanian.

"Percayalah, dia terus menjeratku meski aku sangat ingin meninggalkan suamimu. Tapi jika kamu ingin menindasku seperti empat tahun yang lalu. Maka ingatlah, aku bukan Dahayu yang dulu."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
ranii
udah habis aja lanjut thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   7. Aku Harus Pergi

    Dahayu menuruni tangga dengan langkah pelan setelah pelayan mengatakan sarapan sudah siap.Sudah ada Aksa dan Yesti yang duduk di meja makan.Decit kursi yang digeser segera terdengar, saat Aksa menariknya.Tidak mengucapkan apa-apa, tapi itu seperti perintah untuk Dahayu agar dia duduk di samping Aksa.Dahayu menangkap aura ketidaksenangan di wajah Yesti. Selalu seperti ini sejak empat tahun yang lalu.Dahayu lelah, dan tak ingin terus mengulangi kejadian yang tidak mengenakkan itu, dia memilih pergi menuju kursi lain.Tapi belum sempat Dahayu duduk, Aksa sudah bertitah, "Mina, buang semua kursi, selain yang aku pegang."Dahayu tertegun sejenak menatap suaminya. Pria tersebut tidak membentak atau menunjukkan nada kemarahan, tapi suaranya yang rendah dan berwibawa sudah bisa membuat orang tunduk kepadanya.Dahayu menelan saliva dan duduk dengan patuh di samping Aksa, meski bayangan pertengkaran hebat disertai jerit tangis Yesti sudah menghantui."Apakah kamu tidur dengan nyenyak?" tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   8. Aku Tidak Akan Tinggal Diam

    Dahayu menatap senja di depan jendela kamarnya dengan melipat tangan di depan dada.Rona kuning keemasan bersembunyi di balik mendung hitam yang bergelayut bagai kapas kotor dari kejauhan.Warna kelam itu semakin terkumpul dan tebal menghalangi keindahan senja dengan cepat.Sudah pasti akan turun hujan malam ini."Nyonya." Suara Mina membuat Dahayu menoleh perlahan."Tuan membelikan gaun untuk, Nyonya. Beliau meminta Anda bersiap. Tuan besar Jayanta akan mengadakan perjamuan di kediaman utama malam ini."Kata perjamuan itu terdengar mengerikan di telinga Dahayu. Empat tahun yang lalu Dahayu mengotori tangannya untuk membunuh dua orang sekaligus gara-gara Aksa mengajaknya ke perjamuan.Tapi kali ini perjamuan diadakan di kediaman mertuanya, mungkin tidak berbahaya seperti dilakukan di hotel.Dahayu mulai mengangguk dan berkata, "Iya."Setelah Mina pergi, kilat mata Dahayu terlihat kosong usai melihat gaun warna pastel yang tampak indah.Ada yang sedang dia pikirkan dengan sangat dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-01
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   9. Berlututlah Sampai Besok Pagi

    Aksa hendak membantu Dahayu kala melihat istri kecilnya jatuh tersungkur. Namun, saat mengetahui Dahayu kembali bangkit dan membalas apa yang dilakukan Yesti, Aksa malah tersenyum samar. 'Ternyata istri kecilku memang sudah berubah,' gumam Aksa dalam hati.Dahayu terbalik dan berjalan tenang, mengabaikan tatapan aneh semua orang yang berbisik-bisik. Tepat ketika dia sampai di depan Aksa yang berdiri tegak dengan tangan bersembunyi di balik saku, Dahayu pun berhenti. "Mana yang sakit?" tanya Aksa pelan."Tidak perlu mempedulikan aku, nyonya lebih berharap perhatianmu." Dahayu hendak kembali berlenggang pergi, namun tangannya diraih Aksa."Ke mana?" Lagi, Aksa bertanya."Toilet." Jawaban singkat Dahayu membuat Aksa melepaskan genggamannya. Seperti yang dikatakan Dahayu, istri pertamanya tampak mendekat dengan wajah sedih setelah Dahayu pergi.Sebagai istri yang sering dimanja, sudah jelas saat ini Yesti sedang haus perhatian."Ganti bajumu dan bersihkan wajahmu." Hanya kata seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   10. Telanjangi Gadis Itu

    "Aku akan melakukannya sekarang, perintahkan pada mereka untuk mengurus perawatan ayah di desa." Mata Dahayu mulai menunjukkan cahaya semangat meski terlihat menyedihkan Entah mengapa, alis pekat Aksa yang sudah basah oleh air hujan langsung menunjukkan kerutan, kemudian dia bergumam sinis, "Bodoh."Aksa melepaskan tangan Dahayu dan beranjak berdiri, meninggalkan istri kecilnya tersebut.Dari arah kediaman utama, Yesti datang membawa payung dan menghampiri Aksa."Aksa, kenapa kamu tidak memakai payung? Ini sangat dingin, kamu bisa sakit," ucapnya sembari memayungi Aksa.Aksa sama sekali tak merespon, dia terus berjalan santai masuk ke paviliun.Sementara senyum simpul langsung tercetak di bibir Yesti setelah melihat Dahayu berlutut di tengah hujan lebat."Matikan semua lampu taman!" titah Aksa yang membuat tubuh Dahayu semakin bergetar hebat.Bukan hanya kedinginan, tapi dia fobia dengan kegelapan, sepertinya Aksa benar-benar akan menyiksanya malam ini.Segera jerit Dahayu menggema s

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-02
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   11. Membayar Utang

    Embun baru saja menetes dari dedaunan kala mentari pagi mengintip dari ufuk timur.Aksa membuka matanya perlahan, sementara tangannya memijat kening untuk mengurangi rasa pening akibat alkohol yang dia konsumsi tadi malam.Tapi setelah ingat perihal istri muda yang dia hukum tadi malam, kakinya bergegas membawa diri ke dekat dinding kaca.Langit masih tampak redup, namun gadis yang tergeletak di bawah sana membuat Aksa melebarkan mata dengan aura kemarahan pekat."Apa-apaan ini?!"Gegas Aksa berlari dari dalam ruangan tersebut dan menuruni tangga dengan cepat.Udara pagi masih sangat dingin manakala Aksa keluar dari dalam rumah."Ayu, Ayu, buka matamu. Siapa yang melakukan semua ini?" pekik Aksa sembari memeluk Dahayu.Pelayan memang mendekat saat melihat Aksa keluar dari kediamannya dengan membawa kemarahan, namun, tak ada satupun yang berani menjawab."Ayu, Ayu, buka matamu." Kekhawatiran tercetak jelas di wajah Aksa, bahkan binar mata itu membawa penyesalan yang teramat dalam.Gaun

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   12. Melucuti Pakaian Dahayu

    Yesti gemetaran saat Ethan kembali membawa lima orang beserta lima ember air es di tangan mereka masing-masing. "Aksa, setelah sembilan tahun pernikahan kita, apakah kamu akan melakukan ini padaku?" Yesti ingin memegang tangan Aksa, namun pria tersebut segera mundur. Aksa malah memerintahkan pada dua pelayan yang tadinya terus berlutut untuk bertindak seperti apa yang mereka lakukan pada Dahayu tadi malam. "Lakukan seperti apa yang kalian lakukan pada Dahayu, jika tidak ingin stick bisbol ini menghancurkan kepala kalian." Dua pelayan itu saling menatap bingung, tapi juga ketakutan. Yesti sudah lama menjadi nyonya muda di kediaman Jayanta, tentu saja lebih banyak keraguan daripada melakukannya pada Dahayu yang baru saja datang dan membawa status predikat buruk. Sementara Aksa menatap Ethan sejenak kemudian membalikkan tubuh dengan perlahan. Ethan segera tahu apa yang diinginkan Aksa. Dia pun memberi isyarat pada lima orang yang membawa ember besar untuk mengguyur Yesti secara ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-03
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   13. Awasi Dia

    Udara basah dan lembab menyelimuti kota Zimo sepanjang hari, sejak hujan berhenti sebentar di pagi hari, langit kembali menumpahkan rintik air yang tak kunjung reda meski juga tak terlalu deras. Langit kelabu tampak jelas dari jendela kaca di kamar Dahayu, saat gadis tersebut membuka kelopak mata dengan berat. "Nyonya, Anda sudah bangun?" Suara seorang pelayan membuat Dahayu menoleh. "Syukurlah Nyonya sudah sadar, Nyonya membutuhkan sesuatu?" Dahayu tak segera menjawab, dia masih menyesuaikan diri dengan ruangan asing tersebut. Dahayu baru ingat dengan kejadian tadi malam setelah sedikit menggerakkan tubuhnya yang terasa remuk redam. "Nyonya tidak perlu banyak bergerak jika masih sakit, katakan saja jika memerlukan sesuatu.'' Pelayan tersebut terus berkata dengan sopan dan lembut kepada Dahayu. Sepertinya dia memang sangat ingin melayani Dahayu dengan baik. "Bantu aku duduk." Suara Dahayu yang timbul tenggelam terdengar sangat serak, namun malah membuat pelayan tersenyum dan men

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   14. Pelacur Kecil Juga Harus Sehat

    Aksa meletakkan ponsel dengan pelan di atas meja dan memejamkan mata. Dia tidak mempunyai dendam apapun pada Lukas meski dia sangat tahu saudara tak seibu itu tidak akan berhenti menyerangnya sampai di situ. Sejak Lukas mengetahui jika Elena adalah selingkuhan Defgan semasa ibu kandungnya masih hidup. Lukas menjadi sangat membenci keberadaan Aksa dan Elena di rumahnya. Lukas menganggap kematian ibunya akibat tertekan karena perselingkuhan Defgan dengan Elena, hingga dia berusaha melahirkan Lukas secara prematur agar anak pertama keluarga Jayanta keluar dari rahimnya. Namun, hanya kekecewaan yang dia dapat, ibu kandung Lukas baru berhasil melahirkan setelah Aksa lahir satu jam sebelumnya. Itu membuat ibu kandung Lukas sangat tertekan dan kehilangan nyawa akibat depresi berlebihan pasca melahirkan paksa. Kematian ibu kandung Lukas mempermudah Elena masuk dan menjadi nyonya besar Jayanta. Terlebih dia juga melahirkan putra pertama yang nantinya akan mewarisi semua harta kekayaan kel

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04

Bab terbaru

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   130. Siapa yang Mandul?

    "Seperti itukah putra kesayanganmu?"Ucapan sarkas Elena membuat wajah Defgan menggelap."Lukas, apa yang kamu tertawaan?"Tawa Lukas mulai mereda, dan berkata, "Memangnya kenapa jika aku tidur dengan Yesti? Aku hanya mencoba menyelamatkan keluarga Jayanta."Semua orang bingung dengan pernyataan Lukas.Tapi Lukas justru menegakkan kepala dengan percaya diri ketika menatap Defgan. Bahkan dia tersenyum."Ayah, aku ingin menjadi putra baik dan berbudi luhur. Tapi keadaan memaksaku melakukan itu, jika tidak maka keturunan keluarga Jayanta akan terputus.""Apa maksudmu?"Lukas tersenyum. "Ayah, Yesti dan Aksa menikah sudah hampir 10 tahun, tapi mereka tidak pernah dikaruniai seorang anak. Tapi Yesti hanya melakukan sekali denganku dan dia langsung hamil. Apa itu artinya?"Lukas kembali tertawa mengejek ketika melihat Aksa, dan berkata, "Aksa mandul!""Omong kosong!" Elena tidak terima."Terserah kamu percaya atau tidak. Putramu itu adalah laki-laki mandul. Meskipun dia sangat kaya dan memp

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   129. Bagaimana Bisa Sesombong Itu?

    Dahayu jelas merasakan ada banyak pasang mata yang tak terhitung jumlahnya sedang tertuju padanya.Dalam sekejap, Dahayu dan Yesti sepertinya menjadi tontonan.Keheningan langsung menyelimuti setelah kegaduhan dari mulut Yesti. Semua orang masih tercengang dan ingin melihat apa yang akan terjadi selanjutnya.Pada akhirnya Dahayu menyeringai. "Apa kamu kebanyakan nonton drama protagonis yang teraniaya?" cela Dahayu asal asalan."Sudah cukup kamu beromong kosong!"Dahayu menoleh dan melihat yang berbicara barusan adalah Defgan.Dia tersenyum dangkal dan menghela napas tidak berdaya.'Betapa bodohnya orang tua ini dikelabuhi Yesti,' batinnya.Lukas juga terlihat datang dan membantu Yesti berdiri."Aku menyesal mengundangmu ke sini. Kamu memang membawa bencana dimana pun kamu berada!"Lukas juga ikut angkat bicara membuat Dahayu sadar dia telah diserbu."Penjaga! Usir wanita pembawa sial itu dari sini!"Perintah Defgan menghadirkan dua orang keamanan dan langsung mencengkeram dua tangan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   128. Trik Rendahan

    Di sisi Defgan, Lukas juga tampak tersenyum mencemooh kepada Aksa.Dia menganggap, sekarang Aksa hanya seorang laki-laki tak berguna yang hidup mengandalkan wanitanya.Sudah tidak punya pekerjaan, semua saham juga sudah dikuasai oleh istrinya.'Benar-benar laki-laki bodoh!'Raut ejekan di wajah Lukas terlihat jelas di mata Aksa. Tapi tampaknya dia juga tidak peduli.Perhatian Aksa justru tertuju pada Defgan yang terlihat tegang.Sama sekali tak ada kesan puas di wajah Defgan meski perusahaan Jayanta sudah lolos dari masa kritis.Tentu saja.Lukas baru saja kehilangan 25% saham hanya demi mempertahankan perusahaan Jayanta.Perusahaan Wisesa memang berjanji tidak akan mencekal bisnis perusahaan Jayanta lagi, mereka juga menyumbang begitu banyak dana untuk membantu perusahaan Jayanta.Tapi juga merampas kepemilikan saham sebanyak 25%.Namun, perusahaan Jayanta tidak punya pilihan untuk bisa menolak.Saat ini perusahaan Jayanta sudah terpecah, dan sebagian besar dimiliki oleh Dahayu dan

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   127. Kecemburuan yang Indah

    Konsorsium Jayanta kini hanya seonggok bangunan sepi setelah kehilangan banyak investornya.Hampir semua proyek mangkrak karena kekurangan dana untuk mengoperasikannya.Dan sudah pasti pendapatan menurun drastis dan berakibat pengurangan karyawan secara besar-besaran untuk menghindari defisit dalam jangka panjang.Bahkan bisnis yang ada di luar negeri tiba-tiba mendapat serangan dari perusahaan Wisesa.Defgan dibuat sakit kepala dengan masalah pasca pengangkatan Lukas sebagai CEO konsorsium Jayanta.Dulu saat dipegang Aksa, dia tinggal duduk manis dan menikmati hasilnya.Sekarang dia sudah tidak punya saham, tapi masih saja dipusingkan dengan urusan perusahaan.Dia baru sadar jika putra keduanya ini benar-benar tidak becus mengelola perusahaan.Tapi menyesal saja tentu tidak akan menyelesaikan masalah. Defgan tetap turun tangan demi menyelamatkan perusahaan peninggalan leluhurnya."Atur janji dengan pemimpin perusahaan Wisesa. Jika masih menolak, paling tidak bisa berbicara melalui sa

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   126. Ini Hanya Sebuah Permulaan

    Lukas tersenyum senang. Ternyata saudaranya ini sangat bodoh dan masih melindunginya seperti dulu.'Apa kamu pikir dengan bersikap baik padaku, ayah akan melunak padamu?''Anak haram tetaplah anak haram. Kamu bukan lagi tuan muda Jayanta.'Tapi semua anggota dewan direksi justru tidak terima dengan pernyataan Aksa.Dahayu sendiri juga tidak menyangka jika Aksa akan menyerah secepat ini."Tuan Aksa. Kami sangat percaya pada Anda, kami tahu Anda lebih baik dari pada Lukas dalam memimpin perusahaan. Kami harap Anda tidak menyerah dan mengecewakan kami. Kami sangat mendukung Anda di perusahaan ini."Seseorang mulai menyampaikan kekhawatirannya dan membuat yang lain juga melontarkan pendapat mereka masing-masing agar Aksa tidak mundur dari jabatannya.Tapi sepertinya Aksa memang sudah tidak berniat memimpin konsorsium Jayanta lagi."Saya tidak ingin menyalahi aturan. Siapa yang mempunyai saham tertinggi maka dialah yang pantas menjadi pemimpin. Karena itu sejak awal saya sudah mempersiapka

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   125. Bagaimana Dia Tidak Keberatan?

    Keriuhan di kota Zimo diabaikan.Aksa masih bekerja seperti biasa, dan pulang ke apartemen Dahayu setelahnya.Vila Seroja sudah menjadi tempat menjijikkan bagi Aksa.Tempat itu hanya mengingatkan akan kebodohan dan penyesalannya saat ini.Duduk termenung menatap gemerlap lampu kota sambil menyesap anggur sudah menjadi kegemaran baru setiap harinya.Apartemen itu sangat nyaman untuk meresapi kerinduannya terhadap Dahayu."Tuan …." Suara Ethan terdengar ringan.Aksa tidak menoleh, juga tidak menyahut.Seakan tidak ingin diganggu.Tapi suara orang lain, tiba-tiba membuat alisnya berkerut dengan sedikit senyuman dingin."Beruntung sekali Kakak ipar mengunjungiku," ucap Aksa santai sambil memutar kursinya."Berhenti memanggilku seperti itu. Kamu membuatku jijik."Aksa terkekeh mendengar umpatan Satya."Ada apa?" tanya Aksa santai."Aku ada urusan di luar negeri, ayah dan ibu juga sangat sibuk. Jika kamu suami yang baik, kamu tidak akan membiarkan dia sendirian."Satya yang tidak ingin berb

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   124. Atur Rapat Relokasi Pemegang Saham

    Keesokan harinya, kota Zimo langsung digegerkan dengan berita bahwa Aksa dicoret dari kartu keluarga Jayanta karena tidak ingin menceraikan Dahayu.Aksa tidak lagi menyandang gelar tuan muda Jayanta karena sudah dibuang oleh ayahnya.Berita bahwa Aksa adalah anak haram juga beredar di mana-mana.Sudah pasti Lukas di balik rumor jahat yang beredar saat ini.Biasanya Aksa akan menebas dan melenyapkan berita miring tentangnya.Tapi kali ini dia membiarkan saja berita tersebut menyala dan membuat kegaduhan semua kalangan di kota Zimo.Dan sampailah pada Dahayu yang saat ini sedang duduk bersandar di kamarnya sambil menonton televisi."Sepertinya dia sangat mencintaimu. Demi mempertahankanmu, dia rela didepak dari keluarga Jayanta," ucap Satya acuh tak acuh sembari memasukan kacang atom ke mulutnya.Saat ini Satya tengah berbaring di samping Dahayu.Dahayu sama sekali tak menanggapi ucapan kakaknya hanya menatap dingin layar televisi saat ini."Kamu tidak ingin memberi tahunya jika dia aka

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   123. Bawa Menantu Ibu Pulang

    Acara pesta berakhir. Melihat Aksa masih berdiri menatapnya, Dahayu sama sekali tak ingin menghindar. Dia pun berjalan dengan anggun menghampiri suaminya. "Tuan Aksa Jayanta, para tamu undangan sudah pulang, kenapa Anda masih di sini?" Wajah tampan aksa bersinar, menyambut kedatangan istrinya. "Aku belum mengucapkan. Selamat ulang tahun pada istriku?" Dahayu tersenyum sengit dan berkata, "Ucapan selamat saja tidak cukup, Anda harus datang dengan membawa hadiah. Tapi sepertinya Anda datang dengan tangan kosong, sebaiknya aku yang menentukan hadiahku." Aksa tahu apa yang akan dilakukan Dahayu saat seseorang mendekat dengan membawa stopmap di tangannya. Dia tersenyum dan menerima berkas tersebut. Namun, bukannya menandatangani, Aksa malah menyobek lembar kertas tersebut menjadi sobekan kecil-kecil dan melemparkan ke udara. Untuk sesaat Dahayu kejatuhan sobekan kertas hingga seperti sedang diguyur confetti. Raut wajahnya menjadi dingin dan kejam kala menatap Aksa. Namun, Aksa ju

  • Tuan, Biarkan Aku Pergi   122. Istri Kecilku Hanya Akan Menjadi Milikku Selamanya

    Suasana pesta menjadi tidak kondusif setelah Dahayu menerima uluran tangan dari Satya. Berbagai asumsi bermunculan di benak para tamu undangan dan juga media yang saat ini menyiarkan secara langsung acara tersebut. Aksa pun tertegun, meski dia sudah mengira ini akan terjadi, tapi tetap mempengaruhi hatinya, meski wajahnya saat ini menunjukkan rona datar dan terlihat tanpa emosi. Apalagi saat melihat Dahayu yang sepertinya tampak acuh tak acuh mengabaikan Aksa yang berdiri menatapnya. Keriuhan semakin menjadi, namun itu sama sekali tak mempengaruhi rona wajah tuan dan nyonya Mantila. Mereka masih menyambut kedatangan Dahayu yang digandeng Satya mendekat ke arah mereka. "Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Tuan Aksa diam saja saat istrinya digandeng pria lain?" "Entahlah, apakah direktur Dahayu memang perempuan seperti itu?" "Kita lihat saja, direktur Dahayu selalu memberikan kita kejutan, mungkin ada cerita dibalik pegangan tangan tuan muda Mantila." "Benar, perempuan muda dan be

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status