Share

3. Dia yang Akan Melepaskanmu

"Tentu saja murahan, dia 'kan orang ketiga."

"Astaga, apakah dia belum puas merusak rumah tangga tuan Aksa dan nyonya Yesti? Masih saja bertemu dengan dua orang laki-laki di kamar hotel."

"Perebut lelaki orang, menjijikan!"

"Aku sangat menyesal sebelumnya kasihan melihat dia teraniaya seperti itu. Cuih ... ternyata dia memang pantas mendapatkannya."

Diam-diam Yesti tersenyum mendengar ujaran kebencian dari semua orang. Sudut matanya melirik Dahayu yang terlihat semakin terpuruk, dan itu sedikit membuat hatinya puas.

Sementara mata pekat Aksa semakin menggelap, tidak akan baik jika dia terus tetap berdiam di tempat itu. Lagi, dia ingin mengangkat tubuh Dahayu.

Namun, kembali gerakannya terhenti tatkala polisi datang dan berkata, "Saudari Dahayu Kanta? Segera ikut kami ke kantor polisi, untuk memberi keterangan bahwa Anda terlibat tindak percobaan pembunuhan."

Dahayu hanya pasrah ketika seorang polisi memborgol tangannya. Dia benar-benar sangat lemas dan gemetaran, hingga saat polisi menariknya pun Dahayu sudah tak sanggup berdiri apalagi untuk berjalan.

Tak tega melihat kondisi Dahayu yang tidak berdaya, Aksa segera menggendongnya dan membawa ke luar dari ruangan tersebut.

Berjalan dengan langkah ringan sampai mata pekatnya menemukan sosok laki-laki yang berdiri angkuh dengan kedua tangan yang bersembunyi di balik saku.

'Lukas ...,' gumam Aksa dalam hati. Sekarang, kurang lebih dia tahu dengan kejadian yang menimpa Dahayu. Tak heran jika polisi dan wartawan datang secepat ini.

Tatapan Aksa penuh permusuhan kala melewati Lukas. Yang hanya dibalas dengan senyum simpul oleh laki-laki tersebut.

Kemudian Yesti tiba di depan Lukas, dengan binar wajah suram melihat punggung tegap Aksa menjauh diikuti polisi.

"Ternyata dia, cukup tangguh," ucap Lukas santai.

Yesti mendengkus samar menanggapi ujaran Lukas. Kemudian berkata, "Ini sungguh diluar prediksi."

"Kamu kesal?" tanya Lukas datar.

Kembali Yesti mendengkus dan berkata, "Kamu paling tahu apa yang aku rasakan."

Lukas maju selangkah dan sedikit menunduk hingga mulutnya sampai di dekat telinga Yesti, tangannya juga mulai membelai pinggang Yesti dengan gerakan lembut yang sedikit nakal. "Kalau begitu, bisakah malam kita bersenang-senang?"

"Singkirkan tanganmu. Aku harus memastikan gadis udik itu mendapatkan tempat yang benar. Jika tidak, besok harus menjadi panggungmu." Yesti tersenyum manis dan berlenggang pergi setelah mendorong Lukas.

Lukas mengembalikan kedua tangannya ke dalam saku celana dan tersenyum. "Aku mengerti," gumamnya lirih.

***

Di kantor polisi interogasi panjang sedang berlangsung. Sementara Aksa segera mencari bukti bahwa Dahayu terjebak dan hanya berusaha membela diri.

Setelah mendapatkan rekaman CCTV hotel, sudah dipastikan bahwa Dahayu adalah korban pelecehan. Dahayu dibebaskan. Namun, lantaran terlalu banyak tekanan Dahayu pingsan saat perjalanan menuju mobil.

Kini dia sedang terbaring lemas di brankar rumah sakit untuk menjalani perawatan.

"Bagaimana keadaannya?" Aksa memastikan kondisi istri kecilnya kala dokter selesai memeriksa.

"Dia akan segera membaik. Dia terlalu syok, dia butuh istirahat," terang dokter, ramah.

Namun belum ada binar puas di wajah Aksa, hingga dia kembali bertanya, "Apa tidak ada luka yang lain selain itu?"

Dokter segera tersenyum, dia tahu maksud pertanyaan Aksa. "Jangan khawatir, dia masih perawan."

Binar wajah kelegaan segera terlihat di wajah Aksa. Sementara Yesti yang ada di sampingnya malah semakin geram dan mengepalkan tangan.

Dia sudah sangat kecewa lantaran Dahayu terbebas dari jerat hukum. Sekarang dokter malah menyatakan bahwa gadis itu masih perawan.

Harapan agar Aksa membenci dan menceraikan Dahayu sirna seketika, digantikan perasaan dongkol yang tak terperi.

"Aku sangat lelah, aku akan pulang untuk beristirahat," pamit Yesti dan segera pergi.

Sampai di koridor rumah sakit, Yesti segera mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Dan memanggil seseorang. "Lukas, lakukan yang terbaik."

***

Matahari baru saja bersinar, tapi berita kriminal yang memuat gambar Dahayu sebagai tersangka dalam tindak pembunuhan sudah viral di mana-mana. Tentu saja nama Aksa dan Yesti juga ikut terseret dalam berita tersebut.

"Sudah aku katakan Aksa, inilah akibatnya jika kamu tetap mempertahankan gadis itu di sampingmu. Dia sama sekali tak cocok dengan kehidupan kota, kembalikan dia ke tempat asalnya," bujuk Yesti dengan raut wajah geram setelah membaca halaman berita yang menyudutkan keluarga Jayanta.

Tidak seperti yang Yesti harapkan, wajah Aksa masih setenang angin malam setelah mengetahui berita heboh itu. Dia sama sekali tak terusik.

"Aksa, tidakkah kamu ingin melakukan sesuatu untuk meredam berita ini? Ceraikan gadis pembawa sial itu!" desak Yesti masih terdengar geram.

Aksa menatap Yesti sejenak, tatapan itu terlalu dalam. "Jadi itu tujuanmu mempermalukan Ayu di depan awak media?"

Yesti terkesiap tapi segera menguasai diri. "Aku adalah pihak yang teraniaya, tentu saja aku berhak melakukan itu."

"Hmm ... apakah kamu yang mengatur semua itu?" Kembali Aksa bertanya dengan sikapnya yang tenang.

Yesti kembali terkesiap, tapi kali ini dia menyangkal, "Apa kamu pikir aku kurang kerjaan untuk merencanakan hal gila semacam itu? Kamu sendiri melihat aku selalu bersama tamu undangan sepanjang perjamuan. Apakah aku harus mengikutinya saat dia berpamitan menuju toilet? Aku bukan pengasuh bayi, Aksa!"

Aksa mengembuskan napas tenang. "Aku harap apa yang kamu katakan benar."

"Tentu saja. Sekarang apa kamu tak bisa mendengar permohonanku? Ceraikan dia, kita akan bahagia seperti sebelum gadis itu hadir." Kali ini Yesti benar-benar sangat memohon sebagai istri yang tersakiti.

Aksa mendongakkan wajah dan mengembuskan napas pelan. Dalam hati dia juga kasihan terus menerus melihat kecemburuan di mata Yesti.

Tapi sikap keras kepala Yesti yang tak ingin memiliki bayi juga membuat Aksa kesal.

Selalu memanjakannya mungkin tidak akan mendapatkan hasil yang baik, dia harus sedikit memberi pelajaran pada istrinya.

Aksa menaikan alis sekilas dan berucap, "Itu tergantung dengan keputusanmu. Jadi kapan kamu berencana memiliki bayi?"

"Aku sudah membuang semua pil kontrasepsi yang aku simpan. Sekarang tinggal bagaimana usahamu untuk meraihnya," terang Yesti dengan suara merendah.

"Aku akan mengambil keputusan untuk Dahayu, ketika aku mendengar berita baik darimu," ucap Aksa datar.

Saat Aksa mengakhiri ucapannya, pintu ruangan terlihat terbuka menunjukkan seorang laki-laki yang tidak lain adalah sekretaris Aksa.

"Jumpa pers sudah siap, Tuan. Silahkan menuju ke lobi."

Aksa berdeham pelan dan segera beranjak dari tempat duduk, untuk mengklarifikasi berita yang menyudutkan keluarganya, juga untuk meluruskan bahwa Dahayu hanya korban bukan kriminal.

Sementara Yesti masih terlihat geram. Dari apa yang diucapkan Aksa, suaminya itu sepertinya masih tak ingin melepaskan istri mudanya dalam waktu dekat.

"Jika kamu tak ingin melepaskannya, maka gadis itu yang akan melepaskanmu," gumam Yesti dan segera bergegas menuju rumah sakit.

Dahayu menoleh, wajahnya yang penuh luka masih tampak ketakutan dan tersirat trauma untuk bertemu orang lain. Dia sedikit bergerak dan menelan saliva kala Yesti berjalan mendekat ke arahnya.

Apalagi saat Yesti tak mengucapkan apa-apa, dan hanya berdiri menatapnya. Dahayu menunduk lemah.

"Puas, sekarang kamu mempermalukan dan mencemarkan nama baik Aksa?" Nada sinis itu menembus kesunyian setelah melalui keheningan yang cukup lama.

Dahayu masih diam seperti yang sudah-sudah. Intimidasi Yesti sudah biasa dia dengar, kali ini dia pun tak ingin menimpali.

"Sebenarnya perempuan macam apa kamu ini? Sebagai seorang wanita apa kamu tak mempunyai perasaan? Terus bertahan di antara kami, sebenarnya apa yang kamu inginkan? Kamu tahu 'kan Aksa sama sekali tidak mempunyai perasaan terhadapmu?"

Dahayu menelan saliva, tentu saja dia tahu tentang hal itu. Hanya saja sampai sekarang Aksa juga tak membiarkannya pergi.

Yesti mengeluarkan cek dari dalam tasnya dan berucap, "Aku rasa ini lebih dari cukup untukmu bertahan. Pergilah jauh, di mana kami tak bisa menemukanmu. Kamu sudah cukup menjadi beban dalam pernikahanku dengan Aksa."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status