Dengan raut bingung, Lia meraih pemberian Alex dan mendapati ponsel mahal dan keluaran terbaru. Tentunya Lia terkejut menemukan barang mahal itu.
"Aku tidak suka jika kamu terus menerus ditelepon oleh orang asing itu. Makanya, aku membelikan kamu ponsel dan nomor baru." Tutur Alex. "Lalu bagaimana dengan ponsel lamaku?" "Buang." "Tapi—" "Kali ini, aku tidak menerima penolakan, Natalia Nawasena." Lia menghela nafas pasrah, merogoh saku bajunya, lalu memberikan ponselnya pada Alex. Setelah menerima ponsel tersebut, Alex memanggil asisten. "Hani!" Dengan tergopoh-gopoh, Hani muncul sambil menunduk. "Ya, tuan." "Buang ini." Perintah Alex dengan memberikan ponsel Lia. "Buang sekarang!" "Baik, tuan.""Ah, dan satu lagi. Kamu fasih berbahasa Prancis kan?"
"Ya, ada apa?" "Aku ingin kamu ikut bersamaku besok di dalam acara pertemuanku dengan seorang klien." Lia semakin bimbang. "Jika aku ikut denganmu, bukannya nanti orang akan tahu kalau aku adalah istrimu?" "Kamu tidak akan ikut sebagai istriku, Lia." "Lalu?" "Aku membutuhkan kamu sebagai penerjemahku, dan tidak akan ada yang tahu jika kamu adalah istriku."Tidak banyak hal yang dapat Lia tolak maupun Lia bantah dari seorang Alexander Adarsa. Meski Alex yang kaya raya itu yang menanggung kehidupannya dan Alesia, namun Lia harus kuat menghadapi sikap Alex.
Lia tidak tahu, hidup di dalam harta Alex bukanlah surga yang dibayangkannya di awal perjanjian kontrak. Sekali lagi, sikap menjengkelkan Alex selalu membuat Lia hampir tidak betah.
Keesokan harinya, tepatnya di sore hari, Lia mulai berkemas dan berdandan. Walau terpaksa menemani Alex dan berstatus sebagai penerjemah bahasa Prancis, namun setidaknya Lia bisa kembali melihat kehidupan di luar penthouse milik Alex.
Tok tok tok!
"Lia, 15 menit lagi!" Seru Alex dari luar ruangan.
Lia mendesis kesal, menemukan Alex yang kembali tidak sabaran. Lia tidak menjawab, karena Lia memang sudah siap.
Akhirnya Lia pun keluar, menyusul Alex yang juga sudah gagah dengan balutan baju formalnya yang berwarna cokelat. Lia berusaha sinis, menambah kesan elegan dalam dirinya. Tubuh Lia bahkan sangat mendukung gaun tersebut.
"Kamu harus bekerja dengan baik dan jangan membuatku malu." Pinta Alex sebelum melangkah menuju lantai dasar.
Lia sekadar mendecih, dan menyusul langkah pria tersebut.
Dalam perjalanan menuju gedung pertemuan, Lia berharap jika tak akan ada yang mengenalinya sebagai seorang mantan model terkenal. Terdengar mustahil, apa lagi Lia punya banyak jejak digital.
Ini akan menjadi kehadiran perdana Lia di publik usai meninggalkan karirnya selama beberapa tahun, itu berarti Lia harus berhadapan dengan banyak pertanyaan.
Sesampainya di depan gedung pertemuan, banyak wartawan yang menunggu kehadiran para pesohor. Setahu Lia, ini bukan sekadar pertemuan biasa, tapi ini juga melibatkan beberapa selebriti dalam dan luar negri.
'Bagaimana caranya aku bisa menghadapi situasi ini?' Batin Lia dalam benaknya.
Alex akhirnya turun sebagai orang pertama, disusul Lia yang ikut turun usai Alex melangkah beberapa meter dari mobil. Banyak yang mengerubuni Alex, namun mereka ikut terkejut mendapati kemunculan Lia.
Alex dan Lia berusaha masuk dengan pengawalan yang ketat, mencapai isi gedung yang akhirnya terbebas dari para wartawan.
Keduanya pun melangkah di dalam ruangan besar dan bernuansa tenang sekaligus mewah. Banyak para pengusaha, investor, dan selebriti yang berbincang tentang bisnis mereka.
"Selamat malam, tuan Alexander Adarsa!" Sapa seorang rekan Alex dan membuat pria itu tersenyum lebar.
"Perkenalkan, ini tuan Marcus yang datang dari Prancis untuk membicarakan akuisisi agensi bersama perusahaan Star Music milik Adarsa." Sambung rekan Alex dan membuat Alex melirik Lia.
Alex dengan cepat berbisik pada Lia. "Lakukan pekerjaanmu dengan baik."
Lia mengangguk, maju selangkah dan menjadi penerjemah di antara Alex dan tuan Marcus. Beruntungnya, Lia masih sangat fasih berbahasa asing seperti Prancis, jadi obrolan Alex dan tuan Marcus berlangsung lancar.
"Wah, tunggu dulu." Kata seorang rekan saat menyadari sesuatu. "Bukannya kamu model terkenal itu? Natalia, bukan?"
Reflek Lia dan Alex menatap satu sama lain. Sebuah ide terbersit di kepala Lia, dan membuatnya dengan mudah menjawab rekan Alex. "Ya, aku Natalia."
"Wah, bukannya kamu menghilang dari industri hiburan? Mengapa kamu bisa berada di sini dengan—pak Alex?"
Dengan sekali menarik nafasnya, Lia menjawab. "Aku memang memutuskan untuk meninggalkan dunia hiburan dan fokus untuk mengerjakan hal lain. Seperti yang kalian lihat, aku sedang membantu pak Alex menjadi penerjemahnya."
"Ah, begitu rupanya. Jadi selama meninggalkan karir sebagai model, kamu ke mana? Apa tetap di kota ini?"
Lia menggeleng. "Tidak, aku menghabiskan waktu sejenak di luar negeri."
"Wah, pilihan yang bagus. Pantas bahasa Prancismu terdengar keren."
Baik Alex maupun Lia diam diam menghela nafas lega.
Usai menghabiskan waktu sejam, Lia akhirnya dapat memastikan bahwa percakapan Alex dan rekannya yang berasal dari Prancis telah usai. Lambat laun, Lia merasa lapar.
Perlahan Lia menyikut tangan Alex, membuat pria itu berbalik menatapnya. "Ada apa?" Bisik Alex.
"Apa aku bisa makan sekarang?" Kata Lia yang ikut berbisik.
Alex mengedarkan pandangannya, melihat situasi untuk menentukan izin pada Lia. Setelah itu, Alex kembali pada pandangan Lia. "Ya, asal aku harus memastikan kamu ada dalam pandanganku."
Lia sekadar berdehem, kemudian beranjak dari samping Alex menuju buffet yang tersedia banyak makanan berat dan ringan. Lia mengambil beberapa di antaranya, dan memutuskan menyendiri.
Sadar jika Lia tak kunjung kembali, Alex berbalik dan mengedarkan pandangannya selagi mengobrol dengan rekan atau kolega yang lain. Tak perlu mencari dengan lama, karena Lia berdiri tak jauh dari buffet.
Alex menghela nafas lega, kemudian terfokus lagi pada orang-orang di dekatnya. Lia sendiri begitu asyik menikmati hidangan agar rasa laparnya dapat menghilang.
Setelah makanannya habis, Lia beranjak lagi untuk meraih segelas minuman yang tidak memiliki kadar alkohol.
Sewaktu menikmati ketenangannya di tengah-tengah acara penting ini, tiba-tiba Lia dikejutkan dengan seseorang yang menarik lengannya. Lia berusaha melepas orang itu, yang bahkan berhasil membawanya.
Dengan nafasnya yang memburu, Lia pun berhasil melepas tangannya setelah memasuki sebuah ruangan kecil yang tak jauh dari pertemuan penting.
Lia menemukan wajah Jacob Sagara, orang yang membawanya ke mari. "Jacob? Mau apa kamu—"
Ucapan Lia sontak terhenti begitu Jacob memangkas jarak di antara keduanya hingga nyaris menyentuh wajah Lia. "Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini?"
Lia tak bergeming, menahan rahangnya yang mengeras.
Melihat Lia yang terdiam, Jacob malah tertawa remeh. "Penerjemah? Hahaha, alasan paling bodoh yang pernah kudengar."
"Ini bukan urusanmu, Jacob."
"Ya, memang bukan. Tapi aku tak suka melihatmu bersamanya, apa lagi berada di acara penting yang sama."
Lia mendorong tubuh Jacob dengan kuat agar tidak mendengar deru nafasnya yang mengerikan. "Jangan, pernah, menggangguku, lagi."
"Memangnya kenapa jika aku mengganggumu? Bagaimana dengan kamu yang selalu memohon padaku dulu?"
"Aku dan kamu berbeda. Aku hanya menuntut hakku, dan ketika aku merelakan semuanya karena kesombonganmu, aku pun mendapatkan gantinya. Sedangkan kamu? Kamu hanya ingin melihatku hancur!"
Jacob tiba-tiba saja mencengkram leher Lia hingga wanita itu ketakutan, meski Jacob tak sampai mencekiknya. "Aku benci melihatmu bahagia dengan orang itu."
"Le—pas—kan."
Jacob tersenyum miring, dan kini malah mengencangkan cengkramannya hingga menjadi cekikan. Wajah Lia semakin memerah, bahkan tidak dapat berkata-kata.
Dan kemudian—bugh!
Seseorang memasuki ruangan itu dan dengan cepat menghajar wajah Jacob, bahkan tak hanya sekali. Namun sangat bertubi-tubi.
"Alex! Alex!" Seru Lia berusaha menarik lengan Alex yang dikuasai amarah terhadap Jacob. "Alexander, kumohon hentikan!"
Begitu mendengar Lia yang memohon, barulah Alex dapat menghentikan pergerakannya yang terus menghajar Jacob. Alex menoleh, menemukan Lia dengan bahu yang terguncang karena ketakutan.
"Hentikan sebelum ada yang menemukan kita di sini." Pinta Lia dengan suara yang nyaris berbisik.
Alex pun mendorong Jacob hingga Jacob tersungkur, kemudian merapikan pakaiannya yang sedikit koyak di beberapa bagian karena pukulannya yang meradang.
"Ya, kamu tenang saja." Imbuh Alex, dan tanpa menyadari ikut mengusap tangan Lia di hadapan Jacob yang sedang menyentuh sudut bibirnya yang berdarah akibat pukulan Alex.
Meski sedang terluka, Jacob masih saja tertawa renyah. "Aku tahu ada yang aneh dari pernikahan kalian, bukan begitu?" Tantangnya.
Alex memejamkan matanya, berusaha meredam emosi yang mungkin berusaha dipancing oleh Jacob. "Tidak usah repot memikirkan kehidupan kami."
Lia menatap wajah Alex.
"Ini adalah peringatan bagimu, dan jika aku kembali mendapatimu mengganggu Lia. Maka ingatlah, kamu juga akan menumbangkan karirmu." Tegas Alex.
"Memangnya siapa kamu yang berani membawa-bawa karirku? Kamu hanya seorang anak ayah yang manja, bukan?" Ejek Jacob.
"Kamu lihat saja, kalau kamu memang berani mempertaruhkan karirmu hanya untuk mengganggu istriku." Alex lalu menarik tangan Lia dengan pelan. "Ayo, kita tinggalkan sampah ini."
Alex pun membawa Lia yang sepertinya masih terguncang, meninggalkan Jacob yang semakin liar dengan pikirannya.
Bagi Lia, tidak ada yang lebih meresahkan daripada perubahan Jacob Sagara yang selalu memberi hinaan dan ancaman jika mereka bertemu. Lia merasa bimbang, ada apa dengan semua pria yang ada di sekitarnya?Alexander Adarsa yang kini sudah berstatus sebagai suaminya pun terkadang plin-plan, membingungkan jiwa dan raga Lia yang berada di bawah kendalinya.Dalam perjalanan pulangnya, Lia hanya bisa terdiam dan mematung melihat jalan raya. Semua beban di dalam pikirannya kembali meluas, menguasai apa saja yang Lia lakukan.Tentu, Alex sadar akan diamnya Natalia Nawasena. Namun Alex kira, itu hanya karena mereka bertemu dengan Jacob, tidak mengira jika dirinya pun berperan buruk di dalam kepala Lia."Apa kamu memikirkan hal tadi?"Lia terdiam, belum menyadari kalau Alex sedang menanyakan kondisinya.Akhirnya Alex perlahan mengguncang bahu Lia. "Natalia."Barulah Lia dapat meninggalkan lamunannya dan menatap Alex. "Ah, ya.""Ya untuk apa?" Ulang Alex kembali memastikan."A-aku—aku baik-baik s
Langit yang menggelap kini menjadi saksi bagaimana Lia sedang terpuruk. Lia terus berjalan menyusuri sebuah taman meski hari sudah mulai malam, sekadar ingin lari sesaat dari kenyataan. Tubuh Lia lalu mendarat pada sebuah bangku, duduk mematung di sana dengan tatapan hampa. Apa keputusan Lia untuk menerima pernikahan kontrak ini adalah kesalahan yang fatal baginya? Lia lalu menghela, tidak menyadari jika rintik hujan mulai turun menghujam jalanan dan dirinya sendiri. Detik demi detik berlalu, akhirnya Lia kembali menangis. Merasakan kelemahan yang semakin menjadi di dalam tubuhnya. "Tuhan, haruskah aku merelakan diriku saja?" Kata Lia putus asa dan terus terisak di bawah hujan dan langit yang gelap. Tiba-tiba, sebuah lampu taman yang berdiri kokoh di sampingnya menyala, disusul air hujan yang tiba-tiba berhenti. Namun tak lama berselang, Lia mengernyitkan dahinya karena tepat di depannya, hujan masih berlangsung. Lia mendongak, menemukan sebuah payung hitam yang meneduhkan diri
Saat mendengarkan ucapan Resham, Alex terdiam sejenak seolah tidak percaya. "Jangan bercanda, Resh. Tidak mungkin Lia menghilang.""Kami berencana akan pergi ke rumah sakit, seperti ucapan tuan tadi. Nyonya Lia setuju untuk pergi, namun saat nyonya berkata akan ke kamar kecil di rumah sakit, dia sudah tidak kembali, tuan."Alex meraih jasnya, masih memegang ponsel untuk terhubung dengan Resham. "Minta kepada staff setempat untuk mengecek kamar kecil itu, dan kamu cek CCTV di sekitarannya.""Kami sudah melakukan itu, tuan. Dan terakhir kali nyonya Lia terekam CCTV adalah di depan rumah sakit, selebihnya kami kehilangan jejak sejak 2 jam ini.""Apa dia membawa Alesia?""Ya, tuan.""Kalau begitu, temui aku di penthouse dalam 10 menit ke depan."Alex memutuskan sambungan dan hendak meninggalkan kantor, namun Rika segera mencegat tangan Alex. "Apa kamu akan meninggalkan aku meski aku telah memberi tantangan padamu?"Dengan tatapan tajamnya, Alex melihat Rika kesal dan melepas tangan wanita
Jauh dari kediaman Alexander Adarsa, tepatnya di tepi perkotaan, Natalia Nawasena terlihat diam dan menatap kosong hamparan tanah di depannya. Sudah sehari Lia melarikan diri dari Alex.Lia tampak begitu menyedihkan, membawa Alesia yang terlelap di gendongannya. Lia memutuskan pergi karena menyerah, tertekan jika harus terus bersama Alex."Aku memang bodoh, tidak seharusnya aku mempercayai pria jahat itu." Ucap Lia dalam kesendiriannya.Apalagi saat Rika menghubungi telepon rumah Alex siang kemarin, dan secara kebetulan Lia yang menjawab telepon itu. Lia masih ingat dengan jelas apa yang Rika katakan."Aku yakin Alex memanfaatkanmu, karena aku sangat mengenal dia. Aku yakin dia akan menceraikanmu setahun lagi." Sekiranya itu kata-kata Rika yang masih tertinggal di kepala Lia."Dasar brengsek." Ucap Lia dengan air matanya yang mengalir.Di sisi lain, Alex yang disibukkan dengan pekerjaannya juga harus disibukkan dengan mencari keberadaan Lia. Alex mengerahkan semua suruhannya untuk men
Hari ini, Alexander Adarsa akan kembali menggelar jumpa pers dengan wartawan untuk meredakan rasa keingin tahuan publik mengenai kehidupan pribadinya yang terus dikuliti oleh banyak media.Alex bertujuan agar Lia dapat melihat Alex yang masih berdiri untuk menjaga informasi pribadi keluarganya, seolah ingin Lia tahu bahwa Alex ingin memperbaiki keadaan.Sebelum melangkahkan kakinya keluar dari mobil miliknya, Alex terdiam sejenak dan teringat akan pertemuan pertamanya dengan Lia setelah bertahun-tahun tidak bertemu, bahkan mereka lost contact.Malam itu, tepatnya 3 bulan yang lalu, Alex melihat Lia yang terus berjalan dengan pikirannya yang kosong, bahkan Lia tidak menyadari jika lampu merah untuk pejalan kaki sedang menyala.Lia terus berjalan bersama bayinya, tak mendengarkan sama sekali teriakan orang-orang dan kendaraan yang terus berdatangan nyaris menabraknya.Tin tin tin!Suara klakson itu menggema di dalam telinga Lia. Secara bersamaan, seorang pria berpostur tinggi meraih tub
Kembali pada hari ini, hari di mana Alex akan menghadiri jumpa pers yang akan digelarnya. Alex harus meluruskan berita yang terus dibicarakan banyak orang, yang bisa saja terus penasaran.Alex pun muncul di tengah-tengah para wartawan yang meliput, fokus kepada Alex yang akan mengkonfirmasi semua isu.Wajah Alex tampaknya berusaha tenang menghadapi banyak wartawan. Alex menghembuskan nafas untuk meyakinkan dirinya sebelum buka suara."Jadi bagaimana dengan kabar yang beredar mengenai istri anda, tuan Alexander?" Tanya seorang wartawan yang diikuti suasana hening untuk menunggu pengakuan satu-satunya penerus Agensi Star Music."Untuk pemberitaan itu, aku tidak akan menanggapinya karena satu-satunya yang dapat aku katakan saat ini adalah aku ingin menjaga privasi dari istriku." Tegas Alex."Bagaimana dengan kabar seorang anak yang bernama Alesia? Nama ini terdengar familiar dengan nama anda, tuan Alexander."Alex yang sebelumnya sengaja memberi nama Alesia untuk anak Lia menjadi terdiam
Alexander Adarsa tampak berjalan gontai menuju kendaraan yang sedang menjemputnya, meninggalkan gedung yang menjadi tempatnya menggelar pers.Alex kembali diam, menerka hasil yang dia harapkan. 'Ini aneh, kenapa aku terus dihantui rasa bersalah?' Batin Alex selagi memejamkan matanya.'Aku harus menemukan Lia, aku harus membuat dia kembali. Aku harus meminta maaf akan keegoisan yang tidak aku sadari selama ini.' Tutur Alex meningkatkan harapannya sendiri.* * *Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 2 dini hari, Lia menguatkan dirinya untuk kembali ke rumah lamanya. Lia merasa kondisi apartemen kelas menengah yang masih menjadi haknya itu sudah aman dari pemantauan bawahan Alex.Dengan langkah yang terseok, Lia berusaha membuka pintu dan masuk ke dalam salah satu unit yang disewanya. Lia lalu menidurkan Alesia di atas ranjang kecil miliknya.Terdengar helaan nafas Lia yang akhirnya dapat menidurkan Alesia di atas ranjang setelah beberapa hari berusaha menghindari pencarian yang dilakuka
Mobil yang ditumpangi oleh Alex dan Lia akhirnya memasuki area Zeus Residence, yang berarti Alex berhasil membawa Lia untuk kembali ke rumahnya.Saat mobil berhenti di depan pintu lift tepatnya di lantai dasar, Alex menoleh pada Lia hendak membangunkan wanita itu. Namun ternyata Lia terlelap, membuat Alex tidak tega membangunkannya."Resh, tolong beritahu Hani untuk menunggu saya di depan pintu penthouse." Pinta Alex yang diangguki Resham. "Baik, tuan."Alex lalu turun, mengitari mobil dan membuka pintu di sebelah Lia. Perlahan, Alex meringkuk untuk meraih tubuh Lia dan menggendongnya menuju lantai teratas di mana penthouse-nya berada.Sementara itu, Hani yang baru saja mendapat pesan dari Resham atas perintah Alex segera bergegas menuju pintu depan. Perasaan Hani begitu campur aduk, menanti kembalinya Lia.Bibi Anna yang baru saja keluar dari ruangan asisten menemukan Hani yang sepertinya sedang menahan tangis. "Hani, ada apa?" Tanya bibi selagi menghampiri Hani."Nyonya Lia sudah pu
Derita Natalia Nawasena akan kejahatan yang direncanakan oleh Rika dan Jacob akhirnya memiliki ujung yang sudah lama dinantikan.Pihak berwajib telah menetapkan mereka termasuk Haris sebagai tersangka atas kasus penculikan, penyerangan, percobaan pembunuhan, dan pembunuhan berujung korban jiwa.Tak ada penangguhan penahanan, Alex berupaya agar ketiganya dihukum semaksimal mungkin. Alex tak ingin sampai ketiganya bebas karena pengaruh uang maupun Rika yang berasal dari keluarga terpandang.Hari ini, Alex sedang menikmati hari istirahatnya di rumah. Dan seperti biasa, bila Alex telah berolahraga ringan dan membersihkan tubuhnya, maka Alex akan menengok kondisi Lia di dalam kamar wanita itu.Dari celah pintu yang dibukanya, Alex menemukan Lia telah bangun dari tidurnya. Namun Lia masih saja diam, dan saat ini sedang melamun di samping jendela kamarnya.Kian hari, Lia kian diam sejak kematian bibi Anna. Lia tak seperti dulu yang akan menjawab pertanyaan dengan baik, pun sekadar menanyakan
Kilas balik pada saat Alex dan Lia baru saja melangsungkan pernikahan mereka, para pengawal ditugaskan untuk menjaga area yang telah dirundingkan bagi masing-masing anggota.Haris yang baru saja mengantar Alex dan Lia keluar menuju kendaraan mewah lantas berbalik, hendak menghampiri Resham sebagai kepala pengawal yang akan memberi tugas pada semua bawahannya.Resham yang melihat Haris lantas memanggilnya. "Ris, kemarilah.""Baik, pak. Apa saya harus berjaga bersama bapak?" Tanya Haris."Tidak perlu. Sebaiknya kamu berjaga di kediaman tuan Alex karena di sana masih ada Alesia, anak tuan dan nyonya, bersama pengasuhnya. Beri kabar secepat mungkin bila terjadi sesuatu."Haris menunduk ringan. "Baik, pak"Lantas Haris beranjak, kini hendak menuju sebuah mobil yang akan dia gunakan untuk kembali ke kediaman Alex di Zeus Residence. Begitu masuk, Haris terkejut karena ada orang asing yang muncul di kursi penumpang."Si-siapa kamu?!" Tanya Haris dengan begitu panik."Ssst, kamu tidak perlu ce
Seminggu setelah kematian mendiang bibi Anna dan penangkapan Rika serta Jacob, Lia seperti mengurung diri di dalam kamarnya. Bukan karena Lia ketakutan, namun kepergian bibi seolah meninggalkan luka di dalam benaknya.Alex yang juga masih merasakan duka tak mampu berbuat banyak, apalagi hal tempo hari tentu akan menambah trauma dalam diri Lia.Yang biasanya mereka akan menemukan kehadiran bibi Anna sedang menjaga Alesia, kini tiba-tiba dihadapkan dengan takdir di mana sosok beliau tak akan pernah kembali dalam hidup mereka.Walau begitu, setidaknya Alex dapat menghela nafas cukup lega, mengingat Rika dan Jacob yang sudah diproses oleh kepolisian.Saat ini, usai menghadiri rapat penting, Alex meminta supir untuk pergi ke gedung tahanan di mana Rika dan Jacob sedang dibui. Di dalamnya, Alex dapat menemukan Rika yang menggunakan baju tahanan dan menatapnya murka.Ketika dirinya dipertemukan dengan saling berhadapan, Rika mengolok Alex karena begitu jengkel. "Jadi ini balasanmu atas apa y
Para tamu duka datang dengan pakaian serba hitam, memberi penghormatan terakhir pada orang yang sangat berjasa pada hidup Alexander Adarsa. Keluarga mendiang bibi Anna begitu tak kuasa menahan tangis mereka.Faktanya, bibi Anna memiliki seorang suami dan anak angkat yang begitu dirindukan olehnya. Dan karena insiden kemarin hari, mereka tak sempat mengucapkan kata perpisahan dengan baik pada bibi Anna.Alex dan Lia hanya bisa terdiam, menemukan duka yang tak akan pernah mereka lupakan. Lelah tak menjadi faktor mereka untuk meninggalkan rumah duka, dan mereka hanya bisa merenung dalam pemikiran masing-masing."Tuan Alex." Panggil anak angkat bibi dengan wajah sembabnya. "Aku anak dari mendiang ibu Anna, namaku Tya."Alex hanya bisa menunduk, masih tak tega menemukan keterpurukan di wajah keluarga mendiang bibi. "Aku telah banyak mendengar tentangmu, karena ibu selalu menceritakan tentangmu dan nyonya Lia. Terima kasih karena memberikan kesempatan pada ibu untuk kembali bekerja, untuk
Keesokan hari setelah insiden penabrakan bibi Anna, Alex dan Lia kembali terlihat mendampingi beliau yang masih menjalani perawatan intensif pada ruang ICU.Alex yang baru saja mengerjapkan matanya dan tak sengaja tidur dalam posisi duduknya di atas sofa menoleh, menemukan Lia yang juga terlelap di sebelahnya.Kursi ruang tunggu di hadapan ICU memang tidak nyaman, namun setidaknya Alex bisa beristirahat sejenak. Alex lebih tak tega menemukan Lia yang menolak pulang dan ingin menunggu bibi Anna.Lambat laun, beberapa orang kembali berlalu-lalang. Resah masih menyelimuti Alex dan Lia, mengingat sudah sejak kemarin tak ada perkembangan dari bibi.Dua jam berlalu sejak Alex terbangun, Lia ikut melakukan hal yang sama. Matanya mengerjap, lalu menyadari jika dirinya dan Alex masih berada di depan ruang ICU."Apa kamu baik-baik saja tidur seperti tadi?" Tanya Alex."Ya, setidaknya aku bisa tidur sedikit." Balas Lia seraya menepuk-nepuk tengkuknya yang sedikit kaku.Tak lama berselang, muncul
Kini, Alex dan Lia harus kembali menginjak lantai koridor rumah sakit, bergegas mendampingi bibi Anna yang menjadi korban tabrak lari oleh orang tak dikenal.Dengan nafas yang terengah serta Alesia yang terus menangis di dalam dekapannya, Lia berusaha menenangkan diri walau rasanya mustahil karena Lia tak pernah menduga hal ini akan terjadi."Mohon maaf, batas untuk keluarga pasien hanya sampai di sini." Ujar seorang perawat medis untuk mencegat Alex dan Lia.Bibi Anna sepertinya berada dalam kondisi kritis, mengingat tabrakan yang dialaminya sangatlah keras. Dengan mulut yang bergetar, Lia bergumam. "Bibi—bagaimana ini?"Alex mendengar risau dari mulut wanita Nawasena tersebut, lantas tergerak untuk mengusap pundaknya. "Tenanglah, kita harus yakin jika beliau akan baik-baik saja."Meski dirinya sendiri sedang kalut, sedih, marah, dan juga kesal, tetapi Alex harus menenangkan situasi terlebih dulu, apalagi situasi Lia. Ini adalah ke sekian kalinya mereka melihat orang-orang di sekitar
Pagi yang cerah menyinari awal hari ini. Sinar mentari yang masuk melalui celah gorden mengusik kulit Alex membuatnya melenguh dan perlahan mulai terbangun dari istirahatnya.Tapi kamar Lia begitu nyaman rasanya, hingga Alex masih ingin mengeratkan pelukannya pada sebuah bantal. Tak lama berselang, setelah melenguh, Alex mendengar suara deheman yang begitu dekat darinya.Awalnya Alex ingin menghiraukan itu, namun telinganya mendengar Lia yang memanggil namanya dengan suara yang parau. "Lex."Sontak Alex membuka kedua matanya, menemukan Lia yang sebenarnya sejak tadi dia peluk seperti bantal. "Astaga, maafkan aku." Katanya dan melepas Lia, kemudian menjauh dengan rasa bersalah.Melihat Alex yang berdiri membuat Lia sedikit kikuk dengan mengusap tengkuknya. "Ti-tidak apa-apa." Kata Lia berusaha tenang dan tak gugup."Aku tak sadar jika aku melakukan itu, padahal seharusnya—ah, maafkan aku.""Ya, aku pun tidak tega membangunkanmu karena sepertinya kamu begitu pulas."Alex menggaruk pelip
Alex dan Lia pun kembali pada kediaman Alex. Hunian elit tersebut terasa lebih sepi dibanding hari-hari biasanya, karena dalam perjalanan tadi, Alex meminta bibi Anna membawa Alesia untuk berlindung di rumah tuan Adarsa, ayahnya.Tentu, Alex tak ingin menemukan masalah lain jika saja dirinya tetap membiarkan mereka berada di rumah tanpa pengawasan ketat, mengingat Alex baru bisa mendapatkan perlindungan ekstra dari pihak kepolisian."Lia, maaf hari ini aku tidak bisa menemanimu. Aku sangat lelah." Ucap Alex yang diangguki Lia."Kamu harus istirahat, hari ini pastinya melelahkan bagimu.""Ya, aku akan mandi terlebih dulu lalu beristirahat. Bila kamu membutuhkan sesuatu, beritahu aku."Lia kembali mengangguk untuk yang kedua kalinya, menatap Alex yang mulai berjalan memasuki kamar pribadinya. Wanita itu tak masuk begitu saja ke dalam kamarnya sendiri.Tak ingin hal buruk terjadi, Lia bergerak untuk memastikan semua akses mulai dari pintu, jendela, hingga ventilasi terdekat terkunci deng
Beberapa jam usai peristiwa mencekam di Agensi Star Music, pihak terkait mengatakan akan menempuh jalur hukum dan akan menemukan pelaku penembakan terhadap Alexander Adarsa secepat mungkin.Tak hanya merugikan Alex atau agensi, namun peristiwa itu menyebabkan banyak pihak yang menjadi cemas akan keseharian mereka hingga mengalami trauma ringan.Begitu banyak media yang memberitakan kejadian ini, mengingat ini adalah tindakan kriminal yang membahayakan. Lia yang menjadi saksi penembakan itu dibuat kalang-kabut oleh kondisi Alex. Dia meminta pada Resham untuk membawanya menuju rumah sakit yang menangani kondisi Alex usai penembakan tersebut.Pada koridor rumah sakit yang dilaluinya, Lia tampak begitu cemas dan kalut, berusaha mengontrol benaknya yang begitu terganggu. Saat tiba di sebuah ruangan yang dihuni Alex, Lia menemukan pria itu sedang duduk dengan bahu yang baru saja diperban."Alex, bagaimana dengan—"Tak ingin Lia begitu panik, Alex segera menyanggah pertanyaan wanita Nawasen