Mobil yang ditumpangi oleh Alex dan Lia akhirnya memasuki area Zeus Residence, yang berarti Alex berhasil membawa Lia untuk kembali ke rumahnya.Saat mobil berhenti di depan pintu lift tepatnya di lantai dasar, Alex menoleh pada Lia hendak membangunkan wanita itu. Namun ternyata Lia terlelap, membuat Alex tidak tega membangunkannya."Resh, tolong beritahu Hani untuk menunggu saya di depan pintu penthouse." Pinta Alex yang diangguki Resham. "Baik, tuan."Alex lalu turun, mengitari mobil dan membuka pintu di sebelah Lia. Perlahan, Alex meringkuk untuk meraih tubuh Lia dan menggendongnya menuju lantai teratas di mana penthouse-nya berada.Sementara itu, Hani yang baru saja mendapat pesan dari Resham atas perintah Alex segera bergegas menuju pintu depan. Perasaan Hani begitu campur aduk, menanti kembalinya Lia.Bibi Anna yang baru saja keluar dari ruangan asisten menemukan Hani yang sepertinya sedang menahan tangis. "Hani, ada apa?" Tanya bibi selagi menghampiri Hani."Nyonya Lia sudah pu
"Apa kamu mau sesuatu sebelum kita berangkat ke rumah sakit?" Tanya Alex pada Lia yang sedang duduk dengan pakaian yang baru dia kenakan.Lia menggeleng menanggapi Alex."Apa kamu sudah sarapan saat aku bersiap tadi?"Kali ini, Lia mengangguk. Dua hari setelah Lia didiagnosa menderita Disartria, atau gangguan saraf yang terhubung dengan bicaranya. Lia pun terlihat begitu lemah, meski dia berusaha kuat di depan semua orang.Lia pun masih memikirkan bagaimana sikap Alex ke depannya, takut kalau saja Alex akan menggunakan keterbatasannya untuk lebih dimanfaatkan. Namun sebenarnya, sejak dua hari kemarin pun, Alex benar-benar memperhatikan kondisi Lia dengan baik."Apa kalian akan berangkat sekarang?" Tanya bibi Anna yang baru saja muncul, menemukan Alex dan Lia dengan pakaian rapi namun cukup simple. Tentu, agar mereka tidak menarik perhatian orang yang mengenal mereka."Lia harus hadir di rumah sakit lebih dulu dan harus secepatnya, bi. Aku khawatir jika itu dibiarkan, maka—" ucapan Alex
Kilas balik pada setahun yang lalu, tepatnya pada malam yang gemerlap, malam di mana kumpulan para pesohor merayakan pesta perayaan hari jadi Agensi Highlight yang kelima tahun.Natalia Nawasena tentunya hadir di sana sebagai super model terkenal yang diundang langsung oleh CEO Agensi Highlight. Di malam perayaan itulah, Lia bertemu dengan Jacob yang perlahan menggodanya saat meneguk segelas alkohol.Jacob datang menghampirinya di dalam balutan kemeja hitam dan celana kain dengan warna senada. "Kamu model Natalia, bukan?"Lia tersenyum hangat. "Ya, tentu saja.""Ingin menari bersamaku?"Merasa tak dapat mengontrol dirinya lagi, Lia yang nyaris berada di bawah alam sadarnya mengiyakan ajakan Jacob. Keduanya terlihat menikmati pesta dengan menari bersama, bahkan bermesraan seolah telah saling mengenal sejak lama.Baik Jacob maupun Lia tampaknya tertarik satu sama lain, hanya di malam itu. Lambat laun Jacob membawa Lia menjauhi pesta, membawanya menuju sebuah kamar dengan fasilitas mewah.
Sebulan berlalu, Lia masih menjalani konsultasi, pengobatan, hingga terapi untuk mengatasi gangguan bicaranya. Lia dapat mengeluarkan bunyi, namun itu masih terdengar tidak jelas. Benar-benar hanya bunyi.Jika Lia melakukan konsultasinya di rumah sakit, maka akan ada jadwal privat untuk dirinya. Alex tak bisa mendampingi Lia di setiap jadwalnya karena Alex pun disibukkan dengan urusan kantor.Hari ini, Lia berada di rumah sakit, tepatnya di poli dokter spesialis rehabilitasi medik dan kedokteran fisik. Sebenarnya Lia masih merasa cemas, karena tidak semudah itu mengatasi traumanya, apa lagi Alex jauh darinya.Ditambah lagi, hari ini Resham tak bisa menjadi pemimpin pengawal untuk Lia karena Alex membutuhkannya di kantor. Tapi Lia enggan terlihat lemah dan berusaha meyakinkan semua orang kalau dia bisa menghadiri konsultasinya dengan pengawal biasa."Sudah ada perkembangan dari terapi dan pengobatan anda, nyonya. Kami sangat menghargai anda karena ada sangat berjuang untuk sembuh dari
Kilas balik di masa lalu, tepatnya 7 tahun yang lalu, tampak seorang Natalia Nawasena si penyendiri tengah mengerjakan tugas dari salah satu mata kuliahnya di perpustakaan fakultas.Lia terlihat begitu serius, bahkan Lia tak menyadari akan kehadiran Alexander Adarsa, pria terkenal seantero kampus tengah duduk di kursi depannya. Satu tangan Alex tampak menggenggam sebuah paperbag berukuran sedang.Sadar Lia tak akan mengetahui dirinya, Alex beralih mengetuk meja di samping buku Lia. "Hei." Sapanya dengan suara yang berbisik agar tidak mengganggu penghuni perpustakaan yang lain.Lia terkejut, kemudian mengobrol dengan nada berbisik pula. "Apa yang kamu lakukan? Bukannya kamu tidak memiliki kelas apa pun hari ini?"Alex mendengkus, menyodorkan paperbag yang dibawanya. Dahi Lia mengernyit, "apa ini?""Hadiah dariku, untuk ulang tahunmu."Bahkan sebelum membuka kado dari Alex, hati Lia terenyuh. Lelaki yang notabenenya adalah pentolan kampus ternama ini mengingat hari ulang tahunnya. Lia p
Terhitung sejak 2 bulan yang lalu, Lia selalu merasa jenuh untuk terus tinggal di dalam rumah Alex. Tapi kini, Lia merasa takut untuk keluar dari bangunan itu. Jangankan untuk keluar rumah, bahkan untuk meninggalkan kamarnya, Lia sangat was-was.Meski itu berada di luar kendalinya, diam-diam Alex juga masih dihantui rasa bersalah karena melihat perubahan Lia yang bahkan masih terperangkap dalam gangguan bicaranya.Pagi ini, di hari liburnya, Alex bangun lalu membasuh wajahnya. Tak lupa pria itu menggunakan baju tambahan mengingat sekarang sedang musim dingin. Alex pun melangkah menuju kamar Lia.Belum sempat masuk ke dalamnya, Alex melihat Lia dari celah pintu kamar yang terbuka. Lia sedang bermain dengan Alesia dalam hening, padahal biasanya Lia akan mengobrol meski Alesia tidak mengerti maksudnya.'Aku tidak percaya, wanita yang dulunya sangat kucintai menjadi seperti ini karenaku. Apa—aku masih memiliki rasa itu?' Batin Alex menatap Lia lirih.Alex pun tergerak mengetuk pintu kamar
Lia mengira, jika Alex hanya akan membawanya melakukan kunjungan pada Aquarium City. Namun rupanya, Alex pun membawa Lia untuk makan siang di sebuah restoran seafood mewah untuk menjaga privasi keduanya agar tetap aman.Bukan tanpa alasan Alex mengajak Lia makan di restoran tersebut, karena Alex masih begitu ingat jika Lia begitu suka dengan pantai serta makanan laut. Lia sendiri tak sadar bahwa Alex membawanya menikmati hari ini dikarenakan Alex yang masih terbayang akan masa lalu keduanya. Dengan begitu, Alex merasa akan ada waktu yang tepat agar dia bisa meluruskan masalahnya yang lain bersama Lia, yang terjadi di masa lalu.Dalam memori Lia, perpisahan mereka di masa lalu merupakan hal yang berat untuk dijalaninya. Mengingat Alex yang selalu ada di sisinya, berpisah dengannya dalam waktu yang singkat.Apalagi Lia memiliki tujuan dan alasan untuk pergi, menorehkan luka di dalam benak masing-masing."Apa kamu senang? Atau kamu lelah dan bosan?" Tanya Alex di sela-sela makan siang k
Kabar mengenai kondisi Lia tentu saja terdengar di telinga tuan Andreas Adarsa, ayah Alex. Tuan Andreas tak menyangka bahwa akan ada yang nekat melukai istri dari anaknya sendiri hingga separah itu."Ayah lebih tidak menyangka jika kalian akan menyembunyikan apa yang terjadi akhir-akhir ini." Ucap tuan Andreas di seberang meja yang diduduki oleh Alex dan Lia.Saat Lia hanya bisa menunduk ketakutan, Alex bersikukuh untuk menatap sang ayah. "Alexander, kamu tidak boleh merasa bahwa kamu akan selalu bisa mengendalikan semuanya sendiri." Tegas tuan Andreas. "Selain Lia, kamu bisa saja melukai cucuku."Mendengar kata cucuku yang keluar dari mulut sang mertua, Lia hanya bisa pasrah, karena sampai detik ini tuan Andreas sama sekali tak mengetahui perihal pernikahan kontrak di antara Alex dan Lia.Dalam kepalanya, Lia bisa mengingat dengan jelas bagaimana tuan Andreas berperan besar dalam pernikahannya. Meski beliau pun tidak tahu bahwa Alex dan Lia telah membohonginya.Saat itu adalah hari d
Derita Natalia Nawasena akan kejahatan yang direncanakan oleh Rika dan Jacob akhirnya memiliki ujung yang sudah lama dinantikan.Pihak berwajib telah menetapkan mereka termasuk Haris sebagai tersangka atas kasus penculikan, penyerangan, percobaan pembunuhan, dan pembunuhan berujung korban jiwa.Tak ada penangguhan penahanan, Alex berupaya agar ketiganya dihukum semaksimal mungkin. Alex tak ingin sampai ketiganya bebas karena pengaruh uang maupun Rika yang berasal dari keluarga terpandang.Hari ini, Alex sedang menikmati hari istirahatnya di rumah. Dan seperti biasa, bila Alex telah berolahraga ringan dan membersihkan tubuhnya, maka Alex akan menengok kondisi Lia di dalam kamar wanita itu.Dari celah pintu yang dibukanya, Alex menemukan Lia telah bangun dari tidurnya. Namun Lia masih saja diam, dan saat ini sedang melamun di samping jendela kamarnya.Kian hari, Lia kian diam sejak kematian bibi Anna. Lia tak seperti dulu yang akan menjawab pertanyaan dengan baik, pun sekadar menanyakan
Kilas balik pada saat Alex dan Lia baru saja melangsungkan pernikahan mereka, para pengawal ditugaskan untuk menjaga area yang telah dirundingkan bagi masing-masing anggota.Haris yang baru saja mengantar Alex dan Lia keluar menuju kendaraan mewah lantas berbalik, hendak menghampiri Resham sebagai kepala pengawal yang akan memberi tugas pada semua bawahannya.Resham yang melihat Haris lantas memanggilnya. "Ris, kemarilah.""Baik, pak. Apa saya harus berjaga bersama bapak?" Tanya Haris."Tidak perlu. Sebaiknya kamu berjaga di kediaman tuan Alex karena di sana masih ada Alesia, anak tuan dan nyonya, bersama pengasuhnya. Beri kabar secepat mungkin bila terjadi sesuatu."Haris menunduk ringan. "Baik, pak"Lantas Haris beranjak, kini hendak menuju sebuah mobil yang akan dia gunakan untuk kembali ke kediaman Alex di Zeus Residence. Begitu masuk, Haris terkejut karena ada orang asing yang muncul di kursi penumpang."Si-siapa kamu?!" Tanya Haris dengan begitu panik."Ssst, kamu tidak perlu ce
Seminggu setelah kematian mendiang bibi Anna dan penangkapan Rika serta Jacob, Lia seperti mengurung diri di dalam kamarnya. Bukan karena Lia ketakutan, namun kepergian bibi seolah meninggalkan luka di dalam benaknya.Alex yang juga masih merasakan duka tak mampu berbuat banyak, apalagi hal tempo hari tentu akan menambah trauma dalam diri Lia.Yang biasanya mereka akan menemukan kehadiran bibi Anna sedang menjaga Alesia, kini tiba-tiba dihadapkan dengan takdir di mana sosok beliau tak akan pernah kembali dalam hidup mereka.Walau begitu, setidaknya Alex dapat menghela nafas cukup lega, mengingat Rika dan Jacob yang sudah diproses oleh kepolisian.Saat ini, usai menghadiri rapat penting, Alex meminta supir untuk pergi ke gedung tahanan di mana Rika dan Jacob sedang dibui. Di dalamnya, Alex dapat menemukan Rika yang menggunakan baju tahanan dan menatapnya murka.Ketika dirinya dipertemukan dengan saling berhadapan, Rika mengolok Alex karena begitu jengkel. "Jadi ini balasanmu atas apa y
Para tamu duka datang dengan pakaian serba hitam, memberi penghormatan terakhir pada orang yang sangat berjasa pada hidup Alexander Adarsa. Keluarga mendiang bibi Anna begitu tak kuasa menahan tangis mereka.Faktanya, bibi Anna memiliki seorang suami dan anak angkat yang begitu dirindukan olehnya. Dan karena insiden kemarin hari, mereka tak sempat mengucapkan kata perpisahan dengan baik pada bibi Anna.Alex dan Lia hanya bisa terdiam, menemukan duka yang tak akan pernah mereka lupakan. Lelah tak menjadi faktor mereka untuk meninggalkan rumah duka, dan mereka hanya bisa merenung dalam pemikiran masing-masing."Tuan Alex." Panggil anak angkat bibi dengan wajah sembabnya. "Aku anak dari mendiang ibu Anna, namaku Tya."Alex hanya bisa menunduk, masih tak tega menemukan keterpurukan di wajah keluarga mendiang bibi. "Aku telah banyak mendengar tentangmu, karena ibu selalu menceritakan tentangmu dan nyonya Lia. Terima kasih karena memberikan kesempatan pada ibu untuk kembali bekerja, untuk
Keesokan hari setelah insiden penabrakan bibi Anna, Alex dan Lia kembali terlihat mendampingi beliau yang masih menjalani perawatan intensif pada ruang ICU.Alex yang baru saja mengerjapkan matanya dan tak sengaja tidur dalam posisi duduknya di atas sofa menoleh, menemukan Lia yang juga terlelap di sebelahnya.Kursi ruang tunggu di hadapan ICU memang tidak nyaman, namun setidaknya Alex bisa beristirahat sejenak. Alex lebih tak tega menemukan Lia yang menolak pulang dan ingin menunggu bibi Anna.Lambat laun, beberapa orang kembali berlalu-lalang. Resah masih menyelimuti Alex dan Lia, mengingat sudah sejak kemarin tak ada perkembangan dari bibi.Dua jam berlalu sejak Alex terbangun, Lia ikut melakukan hal yang sama. Matanya mengerjap, lalu menyadari jika dirinya dan Alex masih berada di depan ruang ICU."Apa kamu baik-baik saja tidur seperti tadi?" Tanya Alex."Ya, setidaknya aku bisa tidur sedikit." Balas Lia seraya menepuk-nepuk tengkuknya yang sedikit kaku.Tak lama berselang, muncul
Kini, Alex dan Lia harus kembali menginjak lantai koridor rumah sakit, bergegas mendampingi bibi Anna yang menjadi korban tabrak lari oleh orang tak dikenal.Dengan nafas yang terengah serta Alesia yang terus menangis di dalam dekapannya, Lia berusaha menenangkan diri walau rasanya mustahil karena Lia tak pernah menduga hal ini akan terjadi."Mohon maaf, batas untuk keluarga pasien hanya sampai di sini." Ujar seorang perawat medis untuk mencegat Alex dan Lia.Bibi Anna sepertinya berada dalam kondisi kritis, mengingat tabrakan yang dialaminya sangatlah keras. Dengan mulut yang bergetar, Lia bergumam. "Bibi—bagaimana ini?"Alex mendengar risau dari mulut wanita Nawasena tersebut, lantas tergerak untuk mengusap pundaknya. "Tenanglah, kita harus yakin jika beliau akan baik-baik saja."Meski dirinya sendiri sedang kalut, sedih, marah, dan juga kesal, tetapi Alex harus menenangkan situasi terlebih dulu, apalagi situasi Lia. Ini adalah ke sekian kalinya mereka melihat orang-orang di sekitar
Pagi yang cerah menyinari awal hari ini. Sinar mentari yang masuk melalui celah gorden mengusik kulit Alex membuatnya melenguh dan perlahan mulai terbangun dari istirahatnya.Tapi kamar Lia begitu nyaman rasanya, hingga Alex masih ingin mengeratkan pelukannya pada sebuah bantal. Tak lama berselang, setelah melenguh, Alex mendengar suara deheman yang begitu dekat darinya.Awalnya Alex ingin menghiraukan itu, namun telinganya mendengar Lia yang memanggil namanya dengan suara yang parau. "Lex."Sontak Alex membuka kedua matanya, menemukan Lia yang sebenarnya sejak tadi dia peluk seperti bantal. "Astaga, maafkan aku." Katanya dan melepas Lia, kemudian menjauh dengan rasa bersalah.Melihat Alex yang berdiri membuat Lia sedikit kikuk dengan mengusap tengkuknya. "Ti-tidak apa-apa." Kata Lia berusaha tenang dan tak gugup."Aku tak sadar jika aku melakukan itu, padahal seharusnya—ah, maafkan aku.""Ya, aku pun tidak tega membangunkanmu karena sepertinya kamu begitu pulas."Alex menggaruk pelip
Alex dan Lia pun kembali pada kediaman Alex. Hunian elit tersebut terasa lebih sepi dibanding hari-hari biasanya, karena dalam perjalanan tadi, Alex meminta bibi Anna membawa Alesia untuk berlindung di rumah tuan Adarsa, ayahnya.Tentu, Alex tak ingin menemukan masalah lain jika saja dirinya tetap membiarkan mereka berada di rumah tanpa pengawasan ketat, mengingat Alex baru bisa mendapatkan perlindungan ekstra dari pihak kepolisian."Lia, maaf hari ini aku tidak bisa menemanimu. Aku sangat lelah." Ucap Alex yang diangguki Lia."Kamu harus istirahat, hari ini pastinya melelahkan bagimu.""Ya, aku akan mandi terlebih dulu lalu beristirahat. Bila kamu membutuhkan sesuatu, beritahu aku."Lia kembali mengangguk untuk yang kedua kalinya, menatap Alex yang mulai berjalan memasuki kamar pribadinya. Wanita itu tak masuk begitu saja ke dalam kamarnya sendiri.Tak ingin hal buruk terjadi, Lia bergerak untuk memastikan semua akses mulai dari pintu, jendela, hingga ventilasi terdekat terkunci deng
Beberapa jam usai peristiwa mencekam di Agensi Star Music, pihak terkait mengatakan akan menempuh jalur hukum dan akan menemukan pelaku penembakan terhadap Alexander Adarsa secepat mungkin.Tak hanya merugikan Alex atau agensi, namun peristiwa itu menyebabkan banyak pihak yang menjadi cemas akan keseharian mereka hingga mengalami trauma ringan.Begitu banyak media yang memberitakan kejadian ini, mengingat ini adalah tindakan kriminal yang membahayakan. Lia yang menjadi saksi penembakan itu dibuat kalang-kabut oleh kondisi Alex. Dia meminta pada Resham untuk membawanya menuju rumah sakit yang menangani kondisi Alex usai penembakan tersebut.Pada koridor rumah sakit yang dilaluinya, Lia tampak begitu cemas dan kalut, berusaha mengontrol benaknya yang begitu terganggu. Saat tiba di sebuah ruangan yang dihuni Alex, Lia menemukan pria itu sedang duduk dengan bahu yang baru saja diperban."Alex, bagaimana dengan—"Tak ingin Lia begitu panik, Alex segera menyanggah pertanyaan wanita Nawasen