Share

Previous

Penulis: Meybutjuly
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bugh! Bugh! Bugh!

"Bangun Sayang! Dasar pemalas! Kenapa kau sulit sekali untuk bangun pagi?" Regina memukul bahu suaminya beberapa kali dengan kedua tangannya untuk membuatnya bangun.

"Aaaargh sakit. Pelankan tanganmu!" Kai pun spontan beranjak dari tempat tidur sembari menyipitkan kedua matanya.

"Cepat mandi!" Regina kembali mengeraskan suaranya saat sang suami terlihat mendudukkan tubuhnya. Ia kemudian bergegas menuju pintu kamar putrinya dan meninggalkan Kai begitu saja.

Ceklek!

"Lunaaa! Cepat pergi sarapan!" Luna sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya saat sang Ibu membuka pintu kamar.

"Yes, Mommy." Luna menyahut dengan nada santai lalu segera keluar dari dalam kamar.

Hari itu adalah aktifitas di pagi hari yang selalu terjadi. Tugas Regina seperti biasa, membangunkan anak dan suaminya. Lalu menyiapkan sarapan dan persiapan lainnya untuk mereka.

Setelah selesai sarapan, Luna segera masuk ke dalam mobil Kai untuk berangkat sekolah. Tempat kerja Kai yang searah dengan tujuan Luna, membuat mereka selalu berangkat bersama setiap hari.

"Kami pergi dulu, Bu." Luna dan Kai mencium pipi Regina secara bergantian sebelum pergi.

"Hati-hati." Regina melambaikan tangan pada keduanya saat Kai mulai melajukan kendaraan meninggalkan tempat tinggalnya itu.

Beberapa saat kemudian, Kai menghentikan laju mobil bututnya tepat di depan pintu gerbang sekolah Luna. Ia pun kembali melajukannya setelah Luna turun dan masuk ke pintu gerbang sekolah.

Tak butuh waktu lama untuknya tiba di tempat kerja karena jarak tempuh yang tidak terlalu jauh. Hari ini Kai mendapat tugas mengirimkan beberapa paket di rute area barat. Ia mulai memindahkan paket-paket tersebut ke dalam truk. Setelah semua paket masuk, ia pun segera pergi meninggalkan tempat kerjanya dan mulai mengantarkan paket satu persatu ke alamat penerima. 

Waktu terus berjalan hingga Kai menyelesaikan pengiriman dan tibalah pada alamat terakhir saat waktu sudah semakin larut. Dengan semangat, ia turun dari truk dan berjalan sambil menggenggam paket terakhir.

Ia harus berjalan kaki karena letak alamatnya berada di dalam gang sempit yang tak bisa dilalui kendaraan roda 4. Terlebih ia harus menaiki tangga yang cukup tinggi untuk sampai ke bangunan itu.

Kai melangkahkan kedua kakinya pelan seraya memperhatikan sekeliling. Setelah berjalan beberapa langkah, betapa takjubnya ketika ia melihat bangunan yang sangat megah tersembunyi di dalam gang sempit yang lumayan kumuh itu.

"Waaah..." Kai bahkan membuka mulutnya lebar-lebar sambil membulatkan kedua matanya dengan sempurna.

Ia kemudian menekan tombol bel yang terletak tepat di samping pintu bangunan mewah tersebut. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya keluarlah sang pemilik rumah.

"Ka-kau?" Seorang pria muncul dari balik pintu, ia terlihat tak asing bagi Kai. Pria itu berucap dengan nada tinggi.

Seketika Kai terkejut melihat pria yang tengah membukakan pintu untuknya. Ia pun menjatuhkan paket yang ia bawa di tangannya ke lantai dan berlari meninggalkan bangunan itu begitu saja.

"Kejar dia!" Suaranya yang menggelegar, berhasil membuat seluruh anak buahnya yang sedang berkumpul di dalam rumah terjingkat.

Beberapa pria dengan pakaian serba hitam lengkap dengan senjata bergegas mengejar Kai setelah mendapat perintah dari Jarwo. Namun, beruntung Kai berhasil menghindar. Kai berhasil kembali masuk ke dalam truknya dan meninggalkan tempat itu.

Sepanjang perjalanan, ia berpikir sangat keras mengingat-ingat siapa pria yang tidak asing baginya itu. Ia sangat sulit mengenalinya karena separuh wajah pria yang ia temui dipenuhi bekas luka bakar. Hingga ia menemukan satu nama.

"Jarwo? Ah tidak mungkin, harusnya dia sudah mati bersamaan dengan bom yang aku ledakkan di markasnya."

Jarwo adalah target operasinya dulu ketika ia masih menjadi anggota TIS. Jarwo adalah ketua sindikat narkoba terbesar di wilayah itu. Waktu itu, Kai berhasil menghabisi seluruh anggota sindikat narkoba tersebut dan menghancurkan markasnya hingga rata dengan tanah.

Kai pun pulang dengan raut wajah yang tampak lesu. Ia berusaha menutupinya namun tetap saja kekhawatiran tampak jelas di wajahnya. Bukan dirinya yang ia khawatirkan, melainkan keselamatan keluarga kecilnya.

Kai tahu betul bahwa Jarwo pasti akan mencari tahu semua hal tentang dirinya untuk balas dendam. Terlebih ia sekarang sudah tidak berada dalam naungan TIS lagi, yang artinya ia harus bekerja dan melindungi keluarganya dari penjahat besar itu seorang diri.

Pagi harinya.

"Kau benar-benar tidak akan pergi bekerja hari ini?" Kai hanya menggelengkan kepala tanpa menyahuti pertanyaan istrinya.

"Suhu badanmu sama sekali tidak panas. Awas saja kalau bulan ini kita kekurangan uang untuk bayar semua tagihan." Regina memegang kening Kai sejenak lalu melanjutkan kembali aktifitasnya.

"Ayah, aku akan memesan taksi online hari ini!" Luna beranjak dari kursi sambil terus menatap layar ponsel.

"Baiklah, pulangnya Ayah akan menjemputmu!" Luna berlalu begitu saja menuju pintu keluar hendak meninggalkan kedua orang tuanya.

"Hey hey hey! Dengar kata Ayah? Jangan pulang sendirian! Tunggu Ayah!" Kai mengencangkan suara karena Luna tak menghiraukan perkataannya.

"Iyaaa. Aku tidak congek Ayah." Lagi-lagi Luna menyahuti ucapan orang tuanya dengan nada yang begitu santai.

Brak!

"Dasar anak nakal!" Kai bergumam saat Luna menutup pintu rumah dengan keras.

Kai pun melanjutkan sarapan sambil mendengarkan ocehan dari sang istri. Hingga tiba-tiba ia mendengar suara panggilan dari ponselnya yang membuat ia menghentikan aktivitas sarapan sejenak.

"Kaiiiiii. Tolong aku! Aku belum mau mati!" Terdengar suara pria paruh baya yang tak asing baginya. Suaranya yang bergetar membuat tampak jelas bahwa dirinya tengah ketakutan. Pria di telepon itu adalah manager di tempat Kai bekerja.

"Pak manager? Apa yang terjadi?" Kai pun langsung bisa mengenali suara yang ada di sebrang panggilan.

"Hahaha Kaisar? Apa kabar? Masih ingat denganku? Kudengar kau memiliki gadis kecil, bolehkah aku berkenalan dengannya? Hahaha." Suara Jarwo terdengar penuh ancaman bagi Kai.

Kai panik bukan main saat Jarwo menutup panggilan telepon secara sepihak. Tanpa pikir panjang, Kai pun bergegas menjemput anaknya ke sekolah dengan perasaan penuh khawatir.

"Sayang aku harus pergi menjemput Luna. Kau tetaplah di rumah, jangan pergi kemana pun hingga aku dan Luna kembali!" Kai keluar dari rumah dengan terburu-buru.

Regina hanya mengangguk bingung karena tidak tau apa yang terjadi. Dia pikir itu bukanlah masalah besar karena ia tahu bahwa Luna memang sering diganggu oleh teman-teman sekolahnya dan Kai selalu datang untuk menyelesaikannya.

Regina pun melanjutkan kegiatan yang sebelumnya sempat tertunda tanpa perasaan curiga sedikit pun pada suaminya yang terlihat terburu-buru.

Kai melajukan mobilnya secepat kilat hingga tiba di sekolah Luna. Benar saja, saat sampai di sekolah. Luna tengah ditarik paksa oleh beberapa pria berbaju serba hitam hingga membuat para guru dan murid yang menyaksikan ketakutan lantaran mereka membawa senjata.

Kedua kaki Kai berlari semakin cepat untuk menyelamatkan putri tercintanya. Napasnya yang sangat sesak, ia atur dengan baik sejenak. Kedua tangannya mulai mengepal, bersiap melawan semua pria yang sudah membuat emosinya meluap. Dengan kemampuan bela dirinya, Kai melawan pria-pria itu satu persatu dengan membabi buta. Identitas yang sekian lama ia sembunyikan, kini tidak dipikirkannya lagi. Kemampuannya yang sungguh luar biasa dalam berkelahi, akhirnya diketahui semua orang.

Kali ini jika ada yang berani menyentuh keluarganya, Kai tak akan pernah membiarkannya. Ia harus melindungi keluarganya dengan seluruh kemampuan yang ia miliki.

Bab terkait

  • Tough Girl Luna   Family

    Kaisar adalah anggota unggulan Tohpati Intelligent Service (TIS) yang mampu meringkus lusinan teroris hanya dalam satu aksi. Merasa jenuh dengan kesehariannya, Kai memalsukan kematiannya dan memutuskan untuk meninggalkan TIS agar bisa hidup normal sebagai seorang kepala keluarga, juga menggapai impiannya menjadi seorang ayah dan bahagia memiliki keluarga kecil.Setelah 5 tahun hidup bebas tanpa naungan TIS, ia bertemu dengan seorang wanita bernama Regina yang akhirnya menjadi istri sekaligus ibu bagi anaknya. Regina adalah anggota Toughgvrl Club yang merupakan kumpulan wanita tangguh yang menguasai lebih dari 10 jenis bela diri. Club ini sangat rahasia. Mereka biasa beraksi dengan gerakan bawah tanah, menggunakan keahliannya untuk menolong warga sipil yang lemah secara diam-diam. Dengan keahlian yang Reg miliki, ia telah berhasil membantu lusinan keluarga lemah yang ditindas oleh para preman kejam.Dengan keahlian yang mereka miliki, Kai dan Reg sama sekali tidak menge

  • Tough Girl Luna   Kai's back

    Kai dan Regina memeluk erat tubuh Luna yang gemetar hebat. Gadis itu terlihat sangat ketakutan saat melihat beberapa orang tewas tertembak tepat di depan mata kepalanya. Kejadian mengerikan itu nyaris membuatnya pingsan."Habisi mereka!" Baru saja keluarga kecil itu kembali berkumpul, jari telunjuk Jarwo sudah mengarah pada Kai dan Dars. Dua orang pria yang merupakan anggota TIS yang dulu menghabisinya. Ia seakan tak bisa membiarkan mereka bernapas lega barang sebentar saja.Tanpa membuang waktu lama, seluruh anggota Jarwo segera bersiap pada posisi masing-masing hendak menyerang Kai dan Dars setelah mendengar perintah dari Jarwo."Tidaaak!" Regina berteriak dengan sangat keras saat melihat anggota Jarwo hendak menyerang suaminya.Bugh!Regina melayangkan tendangan tepat di wajah Jarwo hingga membuat pria itu jatuh seketika. Aksi tak terduga yang Regina lakukan, berhasil membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu tercengang dibuatny

  • Tough Girl Luna   Bracelets

    Keberanian Luna akhirnya terkumpul setelah tahu bahwa Ayahnya akan membawanya pindah dari kota itu. Ia bahkan begitu semangat saat akan pergi ke sekolah."Cepatlah! Ayah akan mengantarmu." Kai telah berdiri di depan pintu rumah dengan kunci mobil di tangannya."Aku belum pernah melihat kunci mobil itu?" Regina memperhatikan benda yang ada di tangan suaminya dengan seksama."Jangan-jangan kau mendapatkan mobil baru Ayah?" Luna berlari melewati Ayahnya. Ia terlihat tak sabar untuk cepat-cepat keluar dari rumah."Wah, Ibu! Lihatlah!" Regina bergegas mengikuti langkah kaki anaknya. Keduanya terlihat takjub melihat sebuah mobil Land Rover Range Rover Evoque berwarna hitam yang terlihat gagah terparkir di halaman rumah."Masuklah sebelum kau terlambat ke sekolah!" Kai membukakan pintu untuk sang putri, sedangkan mulut Luna masih menganga. Ia masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya, gadis itu terlihat begitu bahagia."Kami pergi dulu, S

  • Tough Girl Luna   Roy's fear

    Kai bergegas memarkirkan mobil sesaat setelah Luna pergi. Lahan parkir yang luas itu sudah tampak penuh oleh kendaraan yang berjajar rapi di sana. Membuatnya sedikit kesulitan untuk memarkirkan mobilnya."Anda bisa parkir di sebelah sini Pak!" Seorang pria paruh baya tiba-tiba berteriak saat melihat Kai dari balik pintu mobil dengan kaca terbuka yang sedang terlihat kebingungan.Kai menganggukkan kepala dengan cepat ke arah pria itu seraya menyunggingkan senyuman padanya. Setelah mobilnya berhasil terparkir, Kai keluar dari dalam mobil lalu menghampiri pria itu."Terima kasih banyak atas bantuan anda." Kai berjalan mendekati pria yang membantunya tadi."Sama-sama, Pak. Apa anda wali murid di sekolah ini?" Pria itu melemparkan pertanyaan pada Kai."Iya Pak. Saya datang untuk bertemu kepala sekolah." jawab Kai jujur."Oh kebetulan sekali, mari sekalian saya antar. Saya juga akan pergi menemuinya." Pria itu terlihat antusias saat mendengar ucap

  • Tough Girl Luna   About Roy

    Roy sebenarnya adalah anak yang baik. Ia memang sering bercanda seolah menindas teman-temannya di sekolah. Namun, semua itu ia lakukan lantaran ia ingin akrab dengan teman-temannya. Sayangnya, banyak dari mereka malah salah paham dengan cara bercandanya. Mereka bahkan takut untuk dekat dengannya mengetahui dirinya adalah anak dari pemilik sekolah.Di sisi lain, sudah lama ia tertarik dengan seorang gadis di sekolahnya, gadis itu tak lain adalah Luna. Ia sering mengerjai Luna seolah seperti menindasnya. Entah mengapa, ia senang melihat ekspresi Luna yang lucu saat ia mengerjainya.Hari itu, saat para pria berbaju serba hitam lengkap dengan senjata yang tampak mengerikan datang menyerang Luna. Roy merasa sangat khawatir tidak akan bisa melihat Luna lagi.Setelah kejadian itu, Luna bahkan sama sekali tidak terlihat di sekolah. Hal itu membuat Roy begitu takut. Ia bahkan melihat berita di tv tentang penangkapan penjahat yang melibatkan keluarga Luna.Ka

  • Tough Girl Luna   2 years later

    2 tahun kemudian.Luna berlari kecil di area dekat rumahnya yang menghadap ke laut lepas. Udara pagi itu masih terasa segar. Embun pun masih hinggap membasahi daun-daun di pepohonan yang memenuhi area pekarangan.Sesekali Luna menghirup udara segar dalam-dalam ke dalam hidungnya. Semenjak tinggal di rumah barunya, Luna selalu menyempatkan diri untuk lari pagi sebelum pergi ke sekolah. Kini ia benar-benar menjaga stamina tubuhnya agar selalu fit."Kau sudah kembali?" Regina terlihat sedang sibuk di dapur saat Luna masuk ke dalam rumah."Iya, Bu." Luna menyahut seraya berjalan mendekati lemari pendingin. Ia meraih botol air mineral dari dalam sana dan segera menenggaknya.Luna kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tubuhnya pun terbilang tinggi sempurna lantaran dua tahun terakhir ini ia sudah tergabung dalam ToughgVrl Club yang membuatnya harus terus berlatih bertarung setiap hari.Kala itu ia harus berusaha keras untuk memohon pa

  • Tough Girl Luna   Arnius Tex

    Leon masih termenung. Ia terus memperhatikan gadis berseragam sekolah yang sedang melawan para preman dari dalam mobilnya.Sebelumnya ia berniat untuk membantunya. Namun, niatnya ia urungkan lantaran gadis yang sedari tadi ia perhatikan ternyata mampu mengalahkan para preman yang berusaha menyakiti anak kecil itu seorang diri."Aku akan menghabisi kalian jika kalian berani menyentuhnya!" Suara Luna terdengar lantang di hadapan para pria yang sudah terkapar di tanah. Ancaman dari mulutnya benar-benar membuat mereka bergidik ngeri."Ampun, kumohon ampuni kami." Salah satu dari mereka terlihat memohon di bawah kaki Luna."Siapa bos kalian? Beritahu aku sekarang!" Luna kembali berteriak. Darah di tubuhnya benar-benar terasa mendidih saat melihat orang dewasa berani menyakiti anak kecil."Ampun Nona. Jika bos tahu kami gagal seperti ini, dia akan menghabisi kami." Salah satu dari preman itu bahkan memegang erat kaki Luna, berharap mendapat belas kasih d

  • Tough Girl Luna   Chocolate ice cream

    Beberapa hari sebelumnya.Kulit wajahnya yang keriput telah basah oleh peluh yang mengalir deras. Terik matahari yang menyengat tubuh tuanya seakan tak ia rasakan lagi. Kedua kaki Pak Ilyas terus mengayuh pedal sepeda tuanya. Ia berkeliling menjajakan dagangannya dengan semangat."Pak, es krim!" Suara teriakan sontak membuat Pak Ilyas menghentikan laju sepeda tuanya. Ada gejolak bahagia dalam hatinya karena akhirnya ada juga yang mau membeli dagangannya."Mau yang rasa apa, Nak?" Tangan yang sudah sedikit gemetar, dengan sigap membuka petutup wadah tempat es krim jualannya."Adakah es krim yang membuat perasaan lebih baik, Pak?" Roy menghembuskan napasnya sesaat. Kedua matanya memperhatikan es es yang ada di dalam wadah besar itu."Rasa coklat akan membuatmu merasa lebih baik, Nak." Pak Ilyas menyerahkan satu buah es krim pada Roy sambil menyunggingkan senyuman hangat padanya."Terima kasih, Pak." Roy pun meraih es krimnya dan membalas senyu

Bab terbaru

  • Tough Girl Luna   Wake up

    Angel kembali ke markas Tohpati setelah sebelumnya sudah berusaha mencari keberadaan Luna. Gadis itu kehilangan jejak Luna di pinggiran kota."Kalian agen junior terbaik saat ini, kenapa bisa sangat ceroboh?" Ketua tim Tohpati terlihat sangat murka mendapati Angel dan Luna yang menjalankan misi di luar tugasnya."Maafkan kami, Ketua." Hanya permintaan maaf lah yang sanggup Angel katakan demi mendapat bantuan dari anggota Tohpati lainnya."Master Luna bersikeras untuk menghabisi Arnius. Lengannya tertembak, Ketua." Angel berdiri tegak. Namun, kepalanya tertunduk tak berani menatap sang Ketua."Arnius tex bukan ranah kalian, kau tahu itu! Agen senior yang menangani. Ini bukanlah misi yang bisa kalian jadikan permainan." Ketua tim seakan ingin menumpahkan seluruh amarahnya pada gadis yang sedang berdiri di hadapannya."Arnius mengusik Master Luna, Ketua. Itu yang membuatnya marah." Angel masih tertunduk meski ia memberi penjelasan dengan nada suara ya

  • Tough Girl Luna   Feeling

    "Sial! Aku kehilangan gadis itu." Roy memukul kemudi mobilnya dengan sangat keras, ia terus mengumpat di dalam mobilnya. Ia kesal karena kecepatannya berkendara masih kalah jauh dibanding kemampuan Luna. Terlebih, akibat lampu merah yang membuatnya terpaksa berhenti, akhirnya dirinya harus kehilangan jejak gadis yang tanpa ia tahu adalah Luna, orang yang selama ini ia cari.***Mobil yang dikendarai Arnius terus melaju hingga melintasi jalanan sepi yang dipenuhi oleh pepohonan. Meski sudah jauh dari keramaian kota, Luna tetap tak menyerah sedikit pun untuk mengejar orang di balik celakanya keluarga Ely.Sesekali Arnius memperhatikan Luna dari kaca spion mobilnya. Ia memang sengaja memancing Luna ke dalam perangkapnya. Ia berniat mencari lokasi yang tepat untuk membuat Luna jatuh. Hingga akhirnya ia tiba di sebuah tikungan tajam yang ada di dalam area villa pribadi miliknya."Hahaha, rasakan ini!" Ia pun menghentikan laju mobilnya seketika, membuat Luna tak

  • Tough Girl Luna   Secret vault

    "Tuan, rumah orang tua gadis kecil itu telah dihancurkan." Seorang pria berlari tergopoh-gopoh mendekati Leon yang saat itu sedang berada di satu ruangan yang sama dengan Luna dan beberapa orang lainnya. Informasi yang terdengar langsung di kedua telinga Luna semakin membuat kesabarannya menipis.Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Luna berjalan keluar meninggalkan rumah Leon begitu saja. Kedua tangannya mengepal, langkahnya mantap. Orang-orang yang berpapasan dengannya pun bergidik ngeri melihat aura kemarahan yang terpancar jelas dalam diri Luna."Kau sudah tiba?" Luna terlihat berbicara sebentar dengan seseorang melalui ponselnya seraya terus melangkahkan kedua kakinya. Namun, ia kembali menyimpan ponselnya di saku celana saat mendapati seorang gadis tengah berdiri di samping sepeda motornya yang tak jauh darinya. Luna pun segera berjalan menghampiri gadis itu."Saya sudah mengirimkan lokasinya pada anda dan ini senjata yang kau minta, Master." Gadis cantik

  • Tough Girl Luna   Fight

    Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak tergeletak tak berdaya di sebuah ruangan gelap berukuran cukup besar. Debu-debu tebal yang menempel di hampir seluruh ruangan menunjukkan bahwa tempat itu jarang dijamah manusia. Ruangan itu lebih mirip seperti gudang tua yang terbengkalai."Bangun! Bangun!" Beberapa pria datang membangunkannya dengan paksa.Ketiganya mulai membuka mata pelan. Mereka menatap sekeliling, memperhatikan setiap sudut ruangan dan orang-orang yang ada di dalamnya."Ini penawaran terakhirku. Aku akan melepaskan kalian jika kalian mau pergi dari rumah tua itu." Pria bengis berparas rupawan yang sedari tadi berdiri di hadapan keluarga itu, kini menunduk mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Pak Ilyas."Jika aku harus mati, maka aku akan mati di rumah tua itu!" Pak Ilyas mengeratkan giginya menahan amarah."Sungguh kau ingin melihat anak dan istrimu mati di depan matamu? Hahaha." Arnius tertawa puas. Kedua matany

  • Tough Girl Luna   Chocolate ice cream

    Beberapa hari sebelumnya.Kulit wajahnya yang keriput telah basah oleh peluh yang mengalir deras. Terik matahari yang menyengat tubuh tuanya seakan tak ia rasakan lagi. Kedua kaki Pak Ilyas terus mengayuh pedal sepeda tuanya. Ia berkeliling menjajakan dagangannya dengan semangat."Pak, es krim!" Suara teriakan sontak membuat Pak Ilyas menghentikan laju sepeda tuanya. Ada gejolak bahagia dalam hatinya karena akhirnya ada juga yang mau membeli dagangannya."Mau yang rasa apa, Nak?" Tangan yang sudah sedikit gemetar, dengan sigap membuka petutup wadah tempat es krim jualannya."Adakah es krim yang membuat perasaan lebih baik, Pak?" Roy menghembuskan napasnya sesaat. Kedua matanya memperhatikan es es yang ada di dalam wadah besar itu."Rasa coklat akan membuatmu merasa lebih baik, Nak." Pak Ilyas menyerahkan satu buah es krim pada Roy sambil menyunggingkan senyuman hangat padanya."Terima kasih, Pak." Roy pun meraih es krimnya dan membalas senyu

  • Tough Girl Luna   Arnius Tex

    Leon masih termenung. Ia terus memperhatikan gadis berseragam sekolah yang sedang melawan para preman dari dalam mobilnya.Sebelumnya ia berniat untuk membantunya. Namun, niatnya ia urungkan lantaran gadis yang sedari tadi ia perhatikan ternyata mampu mengalahkan para preman yang berusaha menyakiti anak kecil itu seorang diri."Aku akan menghabisi kalian jika kalian berani menyentuhnya!" Suara Luna terdengar lantang di hadapan para pria yang sudah terkapar di tanah. Ancaman dari mulutnya benar-benar membuat mereka bergidik ngeri."Ampun, kumohon ampuni kami." Salah satu dari mereka terlihat memohon di bawah kaki Luna."Siapa bos kalian? Beritahu aku sekarang!" Luna kembali berteriak. Darah di tubuhnya benar-benar terasa mendidih saat melihat orang dewasa berani menyakiti anak kecil."Ampun Nona. Jika bos tahu kami gagal seperti ini, dia akan menghabisi kami." Salah satu dari preman itu bahkan memegang erat kaki Luna, berharap mendapat belas kasih d

  • Tough Girl Luna   2 years later

    2 tahun kemudian.Luna berlari kecil di area dekat rumahnya yang menghadap ke laut lepas. Udara pagi itu masih terasa segar. Embun pun masih hinggap membasahi daun-daun di pepohonan yang memenuhi area pekarangan.Sesekali Luna menghirup udara segar dalam-dalam ke dalam hidungnya. Semenjak tinggal di rumah barunya, Luna selalu menyempatkan diri untuk lari pagi sebelum pergi ke sekolah. Kini ia benar-benar menjaga stamina tubuhnya agar selalu fit."Kau sudah kembali?" Regina terlihat sedang sibuk di dapur saat Luna masuk ke dalam rumah."Iya, Bu." Luna menyahut seraya berjalan mendekati lemari pendingin. Ia meraih botol air mineral dari dalam sana dan segera menenggaknya.Luna kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tubuhnya pun terbilang tinggi sempurna lantaran dua tahun terakhir ini ia sudah tergabung dalam ToughgVrl Club yang membuatnya harus terus berlatih bertarung setiap hari.Kala itu ia harus berusaha keras untuk memohon pa

  • Tough Girl Luna   About Roy

    Roy sebenarnya adalah anak yang baik. Ia memang sering bercanda seolah menindas teman-temannya di sekolah. Namun, semua itu ia lakukan lantaran ia ingin akrab dengan teman-temannya. Sayangnya, banyak dari mereka malah salah paham dengan cara bercandanya. Mereka bahkan takut untuk dekat dengannya mengetahui dirinya adalah anak dari pemilik sekolah.Di sisi lain, sudah lama ia tertarik dengan seorang gadis di sekolahnya, gadis itu tak lain adalah Luna. Ia sering mengerjai Luna seolah seperti menindasnya. Entah mengapa, ia senang melihat ekspresi Luna yang lucu saat ia mengerjainya.Hari itu, saat para pria berbaju serba hitam lengkap dengan senjata yang tampak mengerikan datang menyerang Luna. Roy merasa sangat khawatir tidak akan bisa melihat Luna lagi.Setelah kejadian itu, Luna bahkan sama sekali tidak terlihat di sekolah. Hal itu membuat Roy begitu takut. Ia bahkan melihat berita di tv tentang penangkapan penjahat yang melibatkan keluarga Luna.Ka

  • Tough Girl Luna   Roy's fear

    Kai bergegas memarkirkan mobil sesaat setelah Luna pergi. Lahan parkir yang luas itu sudah tampak penuh oleh kendaraan yang berjajar rapi di sana. Membuatnya sedikit kesulitan untuk memarkirkan mobilnya."Anda bisa parkir di sebelah sini Pak!" Seorang pria paruh baya tiba-tiba berteriak saat melihat Kai dari balik pintu mobil dengan kaca terbuka yang sedang terlihat kebingungan.Kai menganggukkan kepala dengan cepat ke arah pria itu seraya menyunggingkan senyuman padanya. Setelah mobilnya berhasil terparkir, Kai keluar dari dalam mobil lalu menghampiri pria itu."Terima kasih banyak atas bantuan anda." Kai berjalan mendekati pria yang membantunya tadi."Sama-sama, Pak. Apa anda wali murid di sekolah ini?" Pria itu melemparkan pertanyaan pada Kai."Iya Pak. Saya datang untuk bertemu kepala sekolah." jawab Kai jujur."Oh kebetulan sekali, mari sekalian saya antar. Saya juga akan pergi menemuinya." Pria itu terlihat antusias saat mendengar ucap

DMCA.com Protection Status