Share

Kai's back

Penulis: Meybutjuly
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Kai dan Regina memeluk erat tubuh Luna yang gemetar hebat. Gadis itu terlihat sangat ketakutan saat melihat beberapa orang tewas tertembak tepat di depan mata kepalanya. Kejadian mengerikan itu nyaris membuatnya pingsan.

"Habisi mereka!" Baru saja keluarga kecil itu kembali berkumpul, jari telunjuk Jarwo sudah mengarah pada Kai dan Dars. Dua orang pria yang merupakan anggota TIS yang dulu menghabisinya. Ia seakan tak bisa membiarkan mereka bernapas lega barang sebentar saja. 

Tanpa membuang waktu lama, seluruh anggota Jarwo segera bersiap pada posisi masing-masing hendak menyerang Kai dan Dars setelah mendengar perintah dari Jarwo.

"Tidaaak!" Regina berteriak dengan sangat keras saat melihat anggota Jarwo hendak menyerang suaminya.

Bugh!

Regina melayangkan tendangan tepat di wajah Jarwo hingga membuat pria itu jatuh seketika. Aksi tak terduga yang Regina lakukan, berhasil membuat semua orang yang berada di dalam ruangan itu tercengang dibuatnya.

"Jangan sakiti suamiku!" Wanita itu kembali berteriak, kali ini raut wajahnya penuh ancaman. Membuat siapa saja yang melihatnya merasa harus waspada.

"Sa-sayang..." Kai masih tak bergeming dari tempatnya, suaranya terbata. Mulutnya bahkan menganga seraya membuka kedua matanya dengan lebar.

"Siapa pun yang berani menyakiti suamiku, hadapilah aku!" Regina siap menyerang anak buah Jarwo. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang terlihat dari wajahnya. Kemampuan bela diri anggota Toughgvrl Club terbaik itu memang tak dapat diragukan lagi.

Regina tak bisa menahan diri lagi. Ia makin muak dengan tingkah Jarwo beserta anak buahnya yang terus mengancam keselamatan suaminya. Ia sangat muak terus berpura-pura lemah di hadapan orang-orang yang menyekapnya.

Beberapa saat kemudian, Regina pun berhasil mengalahkan beberapa pria yang berusaha menyerangnya. Dars, Kai dan juga Luna masih belum percaya dengan apa yang sedang mereka saksikan. Mereka membulatkan kedua bola mata mereka dengan sempurna melihat aksi Regina yang sangat luar biasa.

"Kalian tidak ada rencana untuk membantuku? Hey anggota terbaik TIS?" Regina berteriak ke arah Dars dan Kai di tengah kesibukannya melawan anak buah Jarwo.

Suara Regina yang lantang, berhasil membuyarkan lamunan Kai dan Dars yang sedari tadi terdiam memperhatikan aksi hebatnya. Mereka bertiga pun bergegas melawan puluhan anggota Jarwo hingga habis tanpa sisa secara bersamaan.

Anggota Jarwo yang berjumlah banyak itu bahkan tak mampu melawan tiga orang hebat ini. Hingga akhirnya, ketiganya menghajar Jarwo tanpa ampun.

Setelah semua anak buahnya kalah, Jarwo akhirnya memohon ampunan di bawah kaki Kai dengan tubuh yang sudah dipenuhi luka. Dars pun dengan sigap membereskan sisa keributan yang terjadi, lalu ia serahkan pada anak buahnya untuk segera mengurus Jarwo beserta komplotannya pada pihak kepolisian.

"Apa maksudmu memalsukan kematianmu?" Kini giliran Dars yang meminta penjelasan pada Kai. Pria itu menatapnya dengan tajam karena merasa kesal dengan tipuan pemalsuan kematian yang Kai lakukan. Kai bahkan tidak memberitahu Dars sama sekali meski ia adalah teman dekatnya.

"Sayang kau belajar berkelahi dari mana?" Alih-alih menjawab pertanyaan Dars, Kai malah sibuk menghujani pertanyaan pada istrinya yang hebat berkelahi.

"Kenapa kau membawa keluargamu ke dalam bahaya? Dasar suami ceroboh!" Regina bahkan tak menghiraukan pertanyaan suaminya. Ia sangat kesal pada Kai yang hampir mencelakai Luna dan juga dirinya. Regina terus sibuk memperhatikan kondisi Luna tanpa mau memandang wajah suaminya.

"Ayah, Ibu? Apa benar kalian orang tuaku?" Luna masih tampak tak percaya. Ia terus menatap kedua orang tuanya. Setelah bertahun-tahun menjadi anaknya, baru kali ini ia melihat sisi lain dari kedua orang tuanya.

Mereka pun terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan sulit antara satu dengan yang lainnya seraya berjalan keluar meninggalkan bangunan besar milik Jarwo.

***

Hari berikutnya, di meja makan.

"Bagaimana ini Ayah, Ibu? aku tak bisa lagi kembali ke sekolah. Bagaimana aku harus menghadapi teman-temanku?" Raut wajah Luna terlihat kebingungan. Ia bahkan hampir tak menyentuh makanannya sedikit pun. 

"Mereka tidak akan lagi berani mengganggumu, Sayang." Kai mengusap bahu Luna dengan lembut.

"Meski begitu, tetap saja Ayah." Rupanya Kai tetap tidak berhasil menenangkan putrinya.

Kai menarik napas dalam. Ia kemudian meletakkan sendoknya di atas meja. "Ayah akan segera membawamu pindah dari kota ini. Hari ini sebaiknya kau mengurus pengunduran dirimu, Nak." 

"Wah, benarkah Ayah? Kau akan melakukannya?" Seketika raut wajah Luna berubah setelah mendengar perkataan sang Ayah. Kedua matanya terlihat berbinar.

"Tentu saja, Sayang." Kai menyunggingkan senyumnya melihat sang anak yang tampak bahagia.

"Apa kau yakin dengan ucapanmu? Bagaimana kau bisa membawa kami pergi?" Regina meletakkan dua piring sandwich di atas meja. Ia kemudian ikut duduk di meja makan bersama suami dan anaknya.

Tok! Tok! Tok!

Belum sempat Kai menjawab pertanyaan sang istri, pintu rumahnya telah terlebih dulu berbunyi. Tanda ada seseorang yang datang dan mengetuk pintu rumahnya.

"Biar aku saja! Aku tahu siapa yang datang." Kai segera beranjak dari tempat duduk sebelum Regina melakukannya. Ia pun berjalan cepat ke arah pintu rumahnya.

Ceklek!

"Masuklah!" Terlihat seorang pria tengah berdiri tegak di balik pintu. Pria itu tak lain adalah Dars. Sedangkan, Regina dan Luna hanya memperhatikan dari tempat duduk mereka.

"Ah, apa kabar semuanya?" Dars melangkahkan kedua kakinya secara bergantian memasuki rumah yang ukurannya terbilang kecil itu.

"Ah selamat datang." Regina pun bergegas berdiri untuk menyambut teman dari suaminya. Tidak lupa, ia juga membuatkan minum untuknya.

Kai membawa Dars duduk di ruang tamu yang bersebelahan dengan meja makan, membuat seluruh percakapannya dapat didengar oleh istri dan anaknya.

"Aku sudah menyiapkan tempat tinggal untukmu. Aku juga membawa semua yang kau minta. Ah, ketua juga memintamu untuk kembali." Dars meletakkan sebuah koper di atas meja ruang tamu.

"Kerja bagus! Kau selalu bisa aku andalkan." Kai membuka koper berisi uang tunai, emas batangan, kunci mobil beserta beberapa senjata yang Dars berikan. Ia pun menepuk bahu Dars beberapa kali.

"Jika kau sudah siap dan jika ada lagi yang kau butuhkan, segera beritahu aku!" Dars kembali beranjak dari tempat duduknya. Ia hendak undur diri dari rumah keluarga kecil itu.

"Pergilah! Aku sudah mendapatkan semuanya." Kai juga ikut berjalan mengiringi Dars menuju pintu rumah bermaksud mengantarkannya pergi.

Ceklek! 

Kai menutup pintu rumahnya setelah Dars pergi. Ia pun kembali duduk di meja makan untuk melanjutkan sarapannya yang sempat tertunda bersama istri dan anaknya.

"Apa kau akan kembali pada TIS?" Regina segera melemparkan pertanyaan pada sang suami. Ia bahkan menyondongkan tubuh lebih dekat pada suaminya sambil mengerutkan kening.

"I-iya Sayang." Kai menganggukkan kepala dengan cepat. Raut wajah Regina tampak berbahaya. Kai pun panik, ia takut keputusannya tidak disetujui oleh sang istri.

Regina kembali memundurkan tubuhnya. Kini dirinya terlihat kembali normal. "Baguslah, keluarga kita lebih aman sekarang. Aku bahkan tidak harus menjadi istri yang menjaga suaminya." Wanita itu mulai memasukkan makanan ke dalam mulut.

Kai pun menghembuskan napas dengan lega. Ia merasa terselamatkan dari mara bahaya setelah berhasil mendapatkan persetujuan dari sang istri.

Bab terkait

  • Tough Girl Luna   Bracelets

    Keberanian Luna akhirnya terkumpul setelah tahu bahwa Ayahnya akan membawanya pindah dari kota itu. Ia bahkan begitu semangat saat akan pergi ke sekolah."Cepatlah! Ayah akan mengantarmu." Kai telah berdiri di depan pintu rumah dengan kunci mobil di tangannya."Aku belum pernah melihat kunci mobil itu?" Regina memperhatikan benda yang ada di tangan suaminya dengan seksama."Jangan-jangan kau mendapatkan mobil baru Ayah?" Luna berlari melewati Ayahnya. Ia terlihat tak sabar untuk cepat-cepat keluar dari rumah."Wah, Ibu! Lihatlah!" Regina bergegas mengikuti langkah kaki anaknya. Keduanya terlihat takjub melihat sebuah mobil Land Rover Range Rover Evoque berwarna hitam yang terlihat gagah terparkir di halaman rumah."Masuklah sebelum kau terlambat ke sekolah!" Kai membukakan pintu untuk sang putri, sedangkan mulut Luna masih menganga. Ia masih tak percaya dengan apa yang ada di hadapannya, gadis itu terlihat begitu bahagia."Kami pergi dulu, S

  • Tough Girl Luna   Roy's fear

    Kai bergegas memarkirkan mobil sesaat setelah Luna pergi. Lahan parkir yang luas itu sudah tampak penuh oleh kendaraan yang berjajar rapi di sana. Membuatnya sedikit kesulitan untuk memarkirkan mobilnya."Anda bisa parkir di sebelah sini Pak!" Seorang pria paruh baya tiba-tiba berteriak saat melihat Kai dari balik pintu mobil dengan kaca terbuka yang sedang terlihat kebingungan.Kai menganggukkan kepala dengan cepat ke arah pria itu seraya menyunggingkan senyuman padanya. Setelah mobilnya berhasil terparkir, Kai keluar dari dalam mobil lalu menghampiri pria itu."Terima kasih banyak atas bantuan anda." Kai berjalan mendekati pria yang membantunya tadi."Sama-sama, Pak. Apa anda wali murid di sekolah ini?" Pria itu melemparkan pertanyaan pada Kai."Iya Pak. Saya datang untuk bertemu kepala sekolah." jawab Kai jujur."Oh kebetulan sekali, mari sekalian saya antar. Saya juga akan pergi menemuinya." Pria itu terlihat antusias saat mendengar ucap

  • Tough Girl Luna   About Roy

    Roy sebenarnya adalah anak yang baik. Ia memang sering bercanda seolah menindas teman-temannya di sekolah. Namun, semua itu ia lakukan lantaran ia ingin akrab dengan teman-temannya. Sayangnya, banyak dari mereka malah salah paham dengan cara bercandanya. Mereka bahkan takut untuk dekat dengannya mengetahui dirinya adalah anak dari pemilik sekolah.Di sisi lain, sudah lama ia tertarik dengan seorang gadis di sekolahnya, gadis itu tak lain adalah Luna. Ia sering mengerjai Luna seolah seperti menindasnya. Entah mengapa, ia senang melihat ekspresi Luna yang lucu saat ia mengerjainya.Hari itu, saat para pria berbaju serba hitam lengkap dengan senjata yang tampak mengerikan datang menyerang Luna. Roy merasa sangat khawatir tidak akan bisa melihat Luna lagi.Setelah kejadian itu, Luna bahkan sama sekali tidak terlihat di sekolah. Hal itu membuat Roy begitu takut. Ia bahkan melihat berita di tv tentang penangkapan penjahat yang melibatkan keluarga Luna.Ka

  • Tough Girl Luna   2 years later

    2 tahun kemudian.Luna berlari kecil di area dekat rumahnya yang menghadap ke laut lepas. Udara pagi itu masih terasa segar. Embun pun masih hinggap membasahi daun-daun di pepohonan yang memenuhi area pekarangan.Sesekali Luna menghirup udara segar dalam-dalam ke dalam hidungnya. Semenjak tinggal di rumah barunya, Luna selalu menyempatkan diri untuk lari pagi sebelum pergi ke sekolah. Kini ia benar-benar menjaga stamina tubuhnya agar selalu fit."Kau sudah kembali?" Regina terlihat sedang sibuk di dapur saat Luna masuk ke dalam rumah."Iya, Bu." Luna menyahut seraya berjalan mendekati lemari pendingin. Ia meraih botol air mineral dari dalam sana dan segera menenggaknya.Luna kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tubuhnya pun terbilang tinggi sempurna lantaran dua tahun terakhir ini ia sudah tergabung dalam ToughgVrl Club yang membuatnya harus terus berlatih bertarung setiap hari.Kala itu ia harus berusaha keras untuk memohon pa

  • Tough Girl Luna   Arnius Tex

    Leon masih termenung. Ia terus memperhatikan gadis berseragam sekolah yang sedang melawan para preman dari dalam mobilnya.Sebelumnya ia berniat untuk membantunya. Namun, niatnya ia urungkan lantaran gadis yang sedari tadi ia perhatikan ternyata mampu mengalahkan para preman yang berusaha menyakiti anak kecil itu seorang diri."Aku akan menghabisi kalian jika kalian berani menyentuhnya!" Suara Luna terdengar lantang di hadapan para pria yang sudah terkapar di tanah. Ancaman dari mulutnya benar-benar membuat mereka bergidik ngeri."Ampun, kumohon ampuni kami." Salah satu dari mereka terlihat memohon di bawah kaki Luna."Siapa bos kalian? Beritahu aku sekarang!" Luna kembali berteriak. Darah di tubuhnya benar-benar terasa mendidih saat melihat orang dewasa berani menyakiti anak kecil."Ampun Nona. Jika bos tahu kami gagal seperti ini, dia akan menghabisi kami." Salah satu dari preman itu bahkan memegang erat kaki Luna, berharap mendapat belas kasih d

  • Tough Girl Luna   Chocolate ice cream

    Beberapa hari sebelumnya.Kulit wajahnya yang keriput telah basah oleh peluh yang mengalir deras. Terik matahari yang menyengat tubuh tuanya seakan tak ia rasakan lagi. Kedua kaki Pak Ilyas terus mengayuh pedal sepeda tuanya. Ia berkeliling menjajakan dagangannya dengan semangat."Pak, es krim!" Suara teriakan sontak membuat Pak Ilyas menghentikan laju sepeda tuanya. Ada gejolak bahagia dalam hatinya karena akhirnya ada juga yang mau membeli dagangannya."Mau yang rasa apa, Nak?" Tangan yang sudah sedikit gemetar, dengan sigap membuka petutup wadah tempat es krim jualannya."Adakah es krim yang membuat perasaan lebih baik, Pak?" Roy menghembuskan napasnya sesaat. Kedua matanya memperhatikan es es yang ada di dalam wadah besar itu."Rasa coklat akan membuatmu merasa lebih baik, Nak." Pak Ilyas menyerahkan satu buah es krim pada Roy sambil menyunggingkan senyuman hangat padanya."Terima kasih, Pak." Roy pun meraih es krimnya dan membalas senyu

  • Tough Girl Luna   Fight

    Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak tergeletak tak berdaya di sebuah ruangan gelap berukuran cukup besar. Debu-debu tebal yang menempel di hampir seluruh ruangan menunjukkan bahwa tempat itu jarang dijamah manusia. Ruangan itu lebih mirip seperti gudang tua yang terbengkalai."Bangun! Bangun!" Beberapa pria datang membangunkannya dengan paksa.Ketiganya mulai membuka mata pelan. Mereka menatap sekeliling, memperhatikan setiap sudut ruangan dan orang-orang yang ada di dalamnya."Ini penawaran terakhirku. Aku akan melepaskan kalian jika kalian mau pergi dari rumah tua itu." Pria bengis berparas rupawan yang sedari tadi berdiri di hadapan keluarga itu, kini menunduk mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Pak Ilyas."Jika aku harus mati, maka aku akan mati di rumah tua itu!" Pak Ilyas mengeratkan giginya menahan amarah."Sungguh kau ingin melihat anak dan istrimu mati di depan matamu? Hahaha." Arnius tertawa puas. Kedua matany

  • Tough Girl Luna   Secret vault

    "Tuan, rumah orang tua gadis kecil itu telah dihancurkan." Seorang pria berlari tergopoh-gopoh mendekati Leon yang saat itu sedang berada di satu ruangan yang sama dengan Luna dan beberapa orang lainnya. Informasi yang terdengar langsung di kedua telinga Luna semakin membuat kesabarannya menipis.Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Luna berjalan keluar meninggalkan rumah Leon begitu saja. Kedua tangannya mengepal, langkahnya mantap. Orang-orang yang berpapasan dengannya pun bergidik ngeri melihat aura kemarahan yang terpancar jelas dalam diri Luna."Kau sudah tiba?" Luna terlihat berbicara sebentar dengan seseorang melalui ponselnya seraya terus melangkahkan kedua kakinya. Namun, ia kembali menyimpan ponselnya di saku celana saat mendapati seorang gadis tengah berdiri di samping sepeda motornya yang tak jauh darinya. Luna pun segera berjalan menghampiri gadis itu."Saya sudah mengirimkan lokasinya pada anda dan ini senjata yang kau minta, Master." Gadis cantik

Bab terbaru

  • Tough Girl Luna   Wake up

    Angel kembali ke markas Tohpati setelah sebelumnya sudah berusaha mencari keberadaan Luna. Gadis itu kehilangan jejak Luna di pinggiran kota."Kalian agen junior terbaik saat ini, kenapa bisa sangat ceroboh?" Ketua tim Tohpati terlihat sangat murka mendapati Angel dan Luna yang menjalankan misi di luar tugasnya."Maafkan kami, Ketua." Hanya permintaan maaf lah yang sanggup Angel katakan demi mendapat bantuan dari anggota Tohpati lainnya."Master Luna bersikeras untuk menghabisi Arnius. Lengannya tertembak, Ketua." Angel berdiri tegak. Namun, kepalanya tertunduk tak berani menatap sang Ketua."Arnius tex bukan ranah kalian, kau tahu itu! Agen senior yang menangani. Ini bukanlah misi yang bisa kalian jadikan permainan." Ketua tim seakan ingin menumpahkan seluruh amarahnya pada gadis yang sedang berdiri di hadapannya."Arnius mengusik Master Luna, Ketua. Itu yang membuatnya marah." Angel masih tertunduk meski ia memberi penjelasan dengan nada suara ya

  • Tough Girl Luna   Feeling

    "Sial! Aku kehilangan gadis itu." Roy memukul kemudi mobilnya dengan sangat keras, ia terus mengumpat di dalam mobilnya. Ia kesal karena kecepatannya berkendara masih kalah jauh dibanding kemampuan Luna. Terlebih, akibat lampu merah yang membuatnya terpaksa berhenti, akhirnya dirinya harus kehilangan jejak gadis yang tanpa ia tahu adalah Luna, orang yang selama ini ia cari.***Mobil yang dikendarai Arnius terus melaju hingga melintasi jalanan sepi yang dipenuhi oleh pepohonan. Meski sudah jauh dari keramaian kota, Luna tetap tak menyerah sedikit pun untuk mengejar orang di balik celakanya keluarga Ely.Sesekali Arnius memperhatikan Luna dari kaca spion mobilnya. Ia memang sengaja memancing Luna ke dalam perangkapnya. Ia berniat mencari lokasi yang tepat untuk membuat Luna jatuh. Hingga akhirnya ia tiba di sebuah tikungan tajam yang ada di dalam area villa pribadi miliknya."Hahaha, rasakan ini!" Ia pun menghentikan laju mobilnya seketika, membuat Luna tak

  • Tough Girl Luna   Secret vault

    "Tuan, rumah orang tua gadis kecil itu telah dihancurkan." Seorang pria berlari tergopoh-gopoh mendekati Leon yang saat itu sedang berada di satu ruangan yang sama dengan Luna dan beberapa orang lainnya. Informasi yang terdengar langsung di kedua telinga Luna semakin membuat kesabarannya menipis.Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, Luna berjalan keluar meninggalkan rumah Leon begitu saja. Kedua tangannya mengepal, langkahnya mantap. Orang-orang yang berpapasan dengannya pun bergidik ngeri melihat aura kemarahan yang terpancar jelas dalam diri Luna."Kau sudah tiba?" Luna terlihat berbicara sebentar dengan seseorang melalui ponselnya seraya terus melangkahkan kedua kakinya. Namun, ia kembali menyimpan ponselnya di saku celana saat mendapati seorang gadis tengah berdiri di samping sepeda motornya yang tak jauh darinya. Luna pun segera berjalan menghampiri gadis itu."Saya sudah mengirimkan lokasinya pada anda dan ini senjata yang kau minta, Master." Gadis cantik

  • Tough Girl Luna   Fight

    Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak tergeletak tak berdaya di sebuah ruangan gelap berukuran cukup besar. Debu-debu tebal yang menempel di hampir seluruh ruangan menunjukkan bahwa tempat itu jarang dijamah manusia. Ruangan itu lebih mirip seperti gudang tua yang terbengkalai."Bangun! Bangun!" Beberapa pria datang membangunkannya dengan paksa.Ketiganya mulai membuka mata pelan. Mereka menatap sekeliling, memperhatikan setiap sudut ruangan dan orang-orang yang ada di dalamnya."Ini penawaran terakhirku. Aku akan melepaskan kalian jika kalian mau pergi dari rumah tua itu." Pria bengis berparas rupawan yang sedari tadi berdiri di hadapan keluarga itu, kini menunduk mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Pak Ilyas."Jika aku harus mati, maka aku akan mati di rumah tua itu!" Pak Ilyas mengeratkan giginya menahan amarah."Sungguh kau ingin melihat anak dan istrimu mati di depan matamu? Hahaha." Arnius tertawa puas. Kedua matany

  • Tough Girl Luna   Chocolate ice cream

    Beberapa hari sebelumnya.Kulit wajahnya yang keriput telah basah oleh peluh yang mengalir deras. Terik matahari yang menyengat tubuh tuanya seakan tak ia rasakan lagi. Kedua kaki Pak Ilyas terus mengayuh pedal sepeda tuanya. Ia berkeliling menjajakan dagangannya dengan semangat."Pak, es krim!" Suara teriakan sontak membuat Pak Ilyas menghentikan laju sepeda tuanya. Ada gejolak bahagia dalam hatinya karena akhirnya ada juga yang mau membeli dagangannya."Mau yang rasa apa, Nak?" Tangan yang sudah sedikit gemetar, dengan sigap membuka petutup wadah tempat es krim jualannya."Adakah es krim yang membuat perasaan lebih baik, Pak?" Roy menghembuskan napasnya sesaat. Kedua matanya memperhatikan es es yang ada di dalam wadah besar itu."Rasa coklat akan membuatmu merasa lebih baik, Nak." Pak Ilyas menyerahkan satu buah es krim pada Roy sambil menyunggingkan senyuman hangat padanya."Terima kasih, Pak." Roy pun meraih es krimnya dan membalas senyu

  • Tough Girl Luna   Arnius Tex

    Leon masih termenung. Ia terus memperhatikan gadis berseragam sekolah yang sedang melawan para preman dari dalam mobilnya.Sebelumnya ia berniat untuk membantunya. Namun, niatnya ia urungkan lantaran gadis yang sedari tadi ia perhatikan ternyata mampu mengalahkan para preman yang berusaha menyakiti anak kecil itu seorang diri."Aku akan menghabisi kalian jika kalian berani menyentuhnya!" Suara Luna terdengar lantang di hadapan para pria yang sudah terkapar di tanah. Ancaman dari mulutnya benar-benar membuat mereka bergidik ngeri."Ampun, kumohon ampuni kami." Salah satu dari mereka terlihat memohon di bawah kaki Luna."Siapa bos kalian? Beritahu aku sekarang!" Luna kembali berteriak. Darah di tubuhnya benar-benar terasa mendidih saat melihat orang dewasa berani menyakiti anak kecil."Ampun Nona. Jika bos tahu kami gagal seperti ini, dia akan menghabisi kami." Salah satu dari preman itu bahkan memegang erat kaki Luna, berharap mendapat belas kasih d

  • Tough Girl Luna   2 years later

    2 tahun kemudian.Luna berlari kecil di area dekat rumahnya yang menghadap ke laut lepas. Udara pagi itu masih terasa segar. Embun pun masih hinggap membasahi daun-daun di pepohonan yang memenuhi area pekarangan.Sesekali Luna menghirup udara segar dalam-dalam ke dalam hidungnya. Semenjak tinggal di rumah barunya, Luna selalu menyempatkan diri untuk lari pagi sebelum pergi ke sekolah. Kini ia benar-benar menjaga stamina tubuhnya agar selalu fit."Kau sudah kembali?" Regina terlihat sedang sibuk di dapur saat Luna masuk ke dalam rumah."Iya, Bu." Luna menyahut seraya berjalan mendekati lemari pendingin. Ia meraih botol air mineral dari dalam sana dan segera menenggaknya.Luna kini sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tubuhnya pun terbilang tinggi sempurna lantaran dua tahun terakhir ini ia sudah tergabung dalam ToughgVrl Club yang membuatnya harus terus berlatih bertarung setiap hari.Kala itu ia harus berusaha keras untuk memohon pa

  • Tough Girl Luna   About Roy

    Roy sebenarnya adalah anak yang baik. Ia memang sering bercanda seolah menindas teman-temannya di sekolah. Namun, semua itu ia lakukan lantaran ia ingin akrab dengan teman-temannya. Sayangnya, banyak dari mereka malah salah paham dengan cara bercandanya. Mereka bahkan takut untuk dekat dengannya mengetahui dirinya adalah anak dari pemilik sekolah.Di sisi lain, sudah lama ia tertarik dengan seorang gadis di sekolahnya, gadis itu tak lain adalah Luna. Ia sering mengerjai Luna seolah seperti menindasnya. Entah mengapa, ia senang melihat ekspresi Luna yang lucu saat ia mengerjainya.Hari itu, saat para pria berbaju serba hitam lengkap dengan senjata yang tampak mengerikan datang menyerang Luna. Roy merasa sangat khawatir tidak akan bisa melihat Luna lagi.Setelah kejadian itu, Luna bahkan sama sekali tidak terlihat di sekolah. Hal itu membuat Roy begitu takut. Ia bahkan melihat berita di tv tentang penangkapan penjahat yang melibatkan keluarga Luna.Ka

  • Tough Girl Luna   Roy's fear

    Kai bergegas memarkirkan mobil sesaat setelah Luna pergi. Lahan parkir yang luas itu sudah tampak penuh oleh kendaraan yang berjajar rapi di sana. Membuatnya sedikit kesulitan untuk memarkirkan mobilnya."Anda bisa parkir di sebelah sini Pak!" Seorang pria paruh baya tiba-tiba berteriak saat melihat Kai dari balik pintu mobil dengan kaca terbuka yang sedang terlihat kebingungan.Kai menganggukkan kepala dengan cepat ke arah pria itu seraya menyunggingkan senyuman padanya. Setelah mobilnya berhasil terparkir, Kai keluar dari dalam mobil lalu menghampiri pria itu."Terima kasih banyak atas bantuan anda." Kai berjalan mendekati pria yang membantunya tadi."Sama-sama, Pak. Apa anda wali murid di sekolah ini?" Pria itu melemparkan pertanyaan pada Kai."Iya Pak. Saya datang untuk bertemu kepala sekolah." jawab Kai jujur."Oh kebetulan sekali, mari sekalian saya antar. Saya juga akan pergi menemuinya." Pria itu terlihat antusias saat mendengar ucap

DMCA.com Protection Status