Sepasang blucher berwarna pekat itu tegas menapaki satu persatu petak ubin yang samar memantulkan bayangan tubuh jangkungnya. Pria itu menatap ke segala sudut ruangan untuk mencoba mencari celah terbaik melancarkan aksinya di sini. Senja tiba, langit menggelap setiap detiknya. Awal musim panas yang tak bisa membuatnya sedikit bersantai. Belakangan ini banyak yang harus Harry urus dan harus pria itu selesaikan dengan segera. Ia terus saja disibukkan dengan urusan ini itu yang tak kunjung reda konfliknya. Dengan tekat yang bulat, ia masuki bangunan bar dan diskotek murahan di tepi jalanan kota. Harry mengabaikan sebuah tanda peringatan untuk memberitahu bahwa bar dan diskotek belum buka di jam begini. Hanya orang bodoh yang memaksa masuk ke dalam bangunan bar yang masih kosong. Lampu malam belum berkelap-kelip tanda pesta kecil di mulai.
Harry mencari sesuatu. Setiap sudut ruangan berhasil dijamah oleh pandangan mata elangnya itu. Kini ia paham benar, mengapa di tempat ini bisa
Puas! Itulah yang ada di atas wajah Harry Tyler Lim saat ini. Melihat dua orang pria berada kejar dengan rintihan di atas wajahnya juga ekspresi kesakitan yang luar biasa selepas ujung peluru menembus permukaan kakinya itu adalah kepuasan tersendiri untuk Harry. Hatinya perlahan-lahan mulai membaik saat ini. Darah yang mengalir keluar dari sela-sela jari jemari kedua pria itu kini mulai menjadi fokus untuk Harry. Ia berjalan mendekat lalu meraih dua sapu tangan miliknya dan melemparkan benda itu tepat di atas wajah dua orang pria yang masih kesakitan dengan luka tembak di kedua pergelangan kakinya."Bungkus itu dengan sapu tanganku." Harry memerintahkan. Ia berjongkok tepat di depan pria bertato di atas lehernya itu. Wajahnya mulai tak asing untuk Harry. Sampai kapanpun, Harry akan terus mengingat orang-orang seperti ini. Dosa mereka berdua bukan pasal pekerjaannya yang suka menyakiti dan main hakim sendiri. Jujur saja, Harry masa bodoh dengan hal itu. Mau mereka membunuh wan
Keindahan panorama langit malam yang menenangkan jiwa, sebuah jendela besar terbuat dari kaca tebal menjadi pemandangan alami untuk melihat malam yang disuguhkan oleh semesta kali ini. Sebuah ruangan mewah bergaya modern sedikit klasik menjadi pilihan tempat untuk Sherina Alexander Lansonia memenuhi janji makan malamnya bersama seorang pria berbadan gempal yang selalu khas dengan dasi kupu-kupu merah dan kacamata bulat yang bertengger rapi di atas hidung peseknya itu. Jamuan makan malam yang sempurna. Ia tak tahu kalau Alice Palace punya ruangan mewah dan cukup memuaskan seperti ini. Setau Alexa, kakak kandungnya itu lebih memilih mengusung tema klasik dan kuno, tetapi tetap terlihat 'mahal' untuk membangun hotelnya ini ketimbang sebuah kesan suasana yang mahal, mewah, dan elegan seperti layaknya bangunan Joy Holding's Company. Bisa dikatakan kalau seleranya dengan sang kakak berbanding terbalik.Semua yang tertata rapi di depannya adalah makanan mahal dan mewah. Daging-dagin
Suasananya sedang kacau tak terkendali. Semua orang mulai panik dan berdatangan dari segala penjuru arah. Mereka berlarian dengan kecepatan sedang untuk datang mengerumuni seorang wanita malang dengan bagian perut yang tertancap oleh ujung miniatur bangunan Alice Palace di tengah kolam. Darah menetes dan mengalir dari luka tusuk itu, sisi kepalanya juga mengeluarkan darah kental yang tak kalah banyaknya. Kolam ikan di bawahnya yang awalnya indah dengan lampu berwarna emas mirip cahaya bulan di atas sana kini mulai berubah menjadi merah pekat dengan aroma anyir yang mulai datang dan menyebar terbawa oleh embusan angin malam yang datang. Alexa tak kuasa menatap itu. Ia ambruk dan bersimpuh tepat di sisi bangunan kolam. Ingin meraih tubuh sang kakak, tetapi naas ia tak bisa berbuat apapun untuk saat ini. Ia hanya bisa membuka matanya lebar-lebar dengan telapak tangan yang sigap menutup celah bibir merah tuanya yang menganga lebar. Ia tak percaya, malam indah di awal musim panas dengan
"Kenapa kau membunuhnya?" Kalimat itu terus saja berulang begitu setelah seorang pria ditangkap atas kasus pembunuhan pemilik gedung besar yang ada di pusat kota. Mr. Aric tak kenal ampun selepas mendapati sang putri tercinta tewas dengan cara yang mengenaskan. Seseorang menganiaya dan melukai kepalanya hingga ia mati sebab mengeluarkan banyak darah. Tak hanya itu, mayat sang putri dilempar jauh ke bawah hingga rusak dan mengenai miniatur bangunan Alice Palace di bawahnya. Sadis, sungguh memilukan untuk putri keduanya yang melihat itu secara langsung. Alexa menyaksikan bagaimana Alice jatuh dan tertancap ujung atap miniatur. Ia bahkan memeluk sang kakak dengan pakaian putih itu. Kini darah sudah sudah memenuhi dan mengotori gaunnya.Seorang pria ditangkap selepas rekaman CCTV dibuka. Memperlihatkan bagaimana pria yang duduk dengan tatapan mata kosong itu mendorong tubuh Alice dari atap bangunan gedung. Selagi polisi mendatanginya, ia bahkan tak melawan juga tak
Pagi yang khas, sinar sang surya agung menduduki tempatnya saat ini. Suasana cerah khas kalau musim panas datang dengan dengan suhu yang mulai meningkat setiap detiknya. Harry datang untuk di teman baik yang katanya minta dipulangkan hari ini. Dokter menghubungi dirinya, pasien atas nama Mr. Ace Brancroft mendadak ngotot ingin pulang pagi ini. Katanya, ia sudah sembuh. Hanya kakinya saja yang belum benar-benar bisa dibuat berjalan. Katanya juga ia bisa mendapatkan perawatan di rumahnya, ada Harry yang akan merawatnya. Jadi tak perlulah ia berbaring bak orang sakit betulan di atas ranjang rumah sakit. Ace Brancroft ingin segera kembali melaksanakan tugasnya. Seorang pria tua datang padanya kemarin malam, ia meminta bantuan pada Ace untuk mengkonfirmasi perihal kabar mengejutkan yang didapat pasal bocah hilang bernama Cristiano Bo Dalbert."Kau benar-benar ingin pulang sekarang? Tak ingin dirawat lebih lama lagi?" Pria di sisinya terus saja melontarkan pertanyaan serupa untuk A
Suasana yang khas, penuh duka dan kesedihan. Seluruh tamu yang datang dengan mobil mewah mereka selalu berpakaian sama. Hitam legam tanda sedang berduka hatinya. Harry datang bersama Ace. Dokter Lim mendahuluinya sebab ia terlalu lama menjemput Ace di rumah sakit. Ruangan mewah dengan dekor yang khas menjadi point penyempurna bahwa kematian wanita muda bernama Alice adalah duka bagi banyak orang. Semua yang datang selalu menyampaikan duka dengan wajah yang tak suka. Mereka sedih sesekali air mata menetes di atas wajahnya. Nona Alice Lansonia punya banyak relasi dari dugaan Harry. Wanita itu pasti lebih baik dan lebih ramah dadi Alexa. Semua orang yang menghadiri pemakaman dirinya pagi ini adalah orang-orang yang ingin turut serta menghantar doa untuk wanita malang itu.Harry memilih sebuah tempat di sudut ruangan. Peti Nona Alice datang dengan beberapa orang berpakaian lengkap dan wajah yang asing untuk Harry mengangkatnya menuju ke depan. Di sana, tepat di sisi
Warning Mature 18+Bab ini mengandung adegan dewasa yang tidak cocok dibaca untuk usia di bawah 18 tahun. Jika tidak nyaman dengan adegan ranjang, silakan lompat pada bab selanjutnya.Jari jemari panjang itu terus membelai lembut permukaan pipi tirus milik wanita yang ada di bawah jangkauannya. Pria bertubuh kekar dengan keadaan telanjang bulat itu terus saja mencoba untuk menarik pandangan Alexa agar mulai menatapnya dengan benar. Luis berharap, sang kekasih mau menikmati apapun yang dilakukan oleh dirinya saat ini. Setiap belaian, ciuman, dan lumatan mesra yang ia lakukan di atas tubuh Alexa diharapkan mampu membangkitkan gairah dan napsu wanita yang terus saja diam enggan menatap ke arahnya. Alexa tak mau menikmatinya, hanya Luis yang melakukan itu dengan penuh gairah dan napsu di dalam diri. Ia tak mudah membangkitkan rasa itu di dalam diri Alexa.Kini ia mulai membenamkan wajahnya tepat di sela-sela belahan dada wanita yang ada di bawahnya. Menjulurkan
Harry setia menunggu di tempatnya. Pria itu duduk di sisi pohon besar sembari memainkan dedaunan kering yang gugur meskipun ini bukan musim gugur. Ranting sudah tak kuasa lagi menahan semua dedaunan kering berwarna cokelat tua ini. Tanah menjadi tempat tinggal baru, dengan embusan udara panas yang menyapu dan menerbangkannya ke tempat lain. Fokus Harry sesekali tercuri dengan itu. Ia tak lagi menatap makam baru dengan taburan bunga yang masih segar, tetapi menoleh ke sana kemari dengan membawa sedikit penyesalan di dalam hatinya. Ace benar, Alexa tak akan datang ke makam Alice siang-siang begini. Mentari yang menyeruak di sela-sela dedaunan rimbun di atasnya seakan memberikan sebuah tamparan pada Harry, bahwa siang yang begitu panas dan menyengat ini adalah sebuah penghalang utama untuk Alexa bisa datang ke tempat umum seperti ini. Seharunya ia pergi bersama dengan Ace dan Dokter Lim tadi, dengan begitu Harry tak harus mencari transportasi untuk pulang ke rumah.