Hasumi menopang dagunya sembari berpikir keras, Chika yang duduk di sampingnya juga melakukan hal yang sama. Bedanya, Chika sedang berbunga-bunga karena diajak Shin kencan beberapa hari lagi. Sedangkan Hasumi masih memikirkan soal Ryuuga yang tiba-tiba minta ID LUNE nya.
“Duh, harus pergi ke mana ya? ke Fuji-Q saja kali ya? aku belum pernah ke sana soalnya. Menurutmu bagaimana?” Chika terkekeh kemudian melirik Hasumi.
“Menurutmu, kalau senior laki-laki tiba-tiba minta ID kita, apa itu berarti dia ingin mengenal kita lebih jauh? atau sekedar untuk tambah teman saja?” Hasumi balik bertanya.
“Hmm? siapa maksudmu? ah, jangan-jangan Ryuuga-senpai?” suara Chika yang cempreng membuat orang-orang di sekitar langsung menoleh ke arah mereka. Pantas saja, habisnya mereka saat ini sedang di perpustakaan.
“Bukan temanku, bukan temanku.” kata Hasumi pada orang-orang yang melihat ke arah mereka. Chika langsun
“Itu tidak mungkin!”Chika menggebrak meja, membuat Hasumi langsung panik dan menariknya duduk kembali.“Ssstt! kau terlalu heboh.”Saat ini mereka ada di café tempat Hasumi kerja. Hanya saja jam kerja Hasumi masih beberapa jam lagi, jadi ia datang sebagai pengunjung. Mereka sedang membahas soal sosok perempuan yang bersama Ryuuga kemarin.“Habisnya mana mungkin Ryuuga-senpai bermesraan dengan perempuan. Aku mengenal senpai dari SMA, lho! dia bahkan tidak punya teman perempuan.” kata Chika berapi-api.“Karena itulah aku tanya apa senpai punya kakak perempuan atau tidak.”“Emm.. seingatku tidak punya, sih. Mungkin saja perempuan itu ibunya?”“Tapi usianya masih muda menurutku, masa sih ibunya.”Chika mulai tersenyum menggoda.“Apa kau cemburu? makanya sampai heboh begini?”Hasumi menautkan kedua alisnya.
Suara rintik hujan terus terdengar bersama waktu yang mengalir. Di antara bisingnya suara canda tawa dan orang mengobrol, kedua manusia itu masih saling memandang. Hasumi terlalu kaget untuk menanggapi pengakuan Ryuuga barusan. “Eh?” hanya itu yang bisa ia ucap. Ryuuga masih menatap mata Hasumi lurus-lurus. “Tapi aku tak butuh jawaban. Jadi, kau tidak usah pusing memikirkan jawabannya.” Ryuuga menegaskan. Namun, ada satu hal yang terlintas di benak Hasumi. Kalau Ryuuga tak membutuhkan jawaban, lalu apa gunanya pengakuan? “Omatase itashimashita.” pelayan datang membawakan pesanan mereka. Pelayan tersebut sempat melirik Ryuuga dan Hasumi bergantian, takutnya ia baru saja mengganggu momen kedua insan tersebut. Setelah menyimpan dua minuman di atas meja, si pelayan buru-buru pergi. “Anu.. senpai tidak bercanda ‘kan?” Hasumi memastikan. “Tentu saja tidak, memangnya aku kelihatan bercanda?” “T-tidak sih, tapi rasanya an
Ryuuga tersenyum, lagi-lagi ia ingin tertawa melihat ekspresi Hasumi yang cemberut. Hatinya merasa senang, bercampur gemas pada gadis di hadapannya itu. “Aku memang diajak sih, tapi aku menolak.” Ryuuga bukanlah tipe orang yang mudah diajak siapa pun, apalagi orang yang baru ia kenal kemarin. Ia hanya akan menerima ajakan dari orang yang ia kenal dekat, termasuk Hasumi. “Kalau begitu, senpai mau?” tanya Hasumi sekali lagi. Ryuuga mengusap-usap belakang lehernya, kemudian mengangguk. Hasumi pun tersenyum senang, dan senyuman itu membuat Ryuuga makin berbunga-bunga. “Kau.. pulangnya masih lama?” “Emm sepertinya tidak, setelah ini selesai aku akan pulang.” “Aira, bagian sana sudah selesai belum?” tanya seniornya dari jarak beberapa meter. “Duh, kau malah mengobrol. Cepat selesaikan, aku juga mau pulang.” lanjut si senior, membuat Hasumi buru-buru menjauh dari Ryuuga. “Kalau begitu sampai jumpa, senpai.” Bel
Kebahagiaan tengah menyelimuti hati Hasumi dan Ryuuga, dua sejoli yang baru saja mengikat hubungan. Namun saat kebahagiaan itu terpancar dari senyuman mereka, tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar dari arah bawah tangga. Sontak, keduanya menoleh.Hasumi mengerutkan kening tatkala seorang perempuan memakai dress selutut warna putih tanpa lengan menghampiri mereka. Wanita itu tersenyum ke arah Ryuuga, rambutnya yang panjang sampai melebihi pundak terlihat membuat wajahnya makin dewasa, dan Hasumi menebak perempuan tersebut berusia hampir 30an. Tapi, dia siapanya Ryuuga?“Mitsuki, kenapa kau di sini?” tanya Ryuuga.“Hehehe, aku sedang mencari Shinnosuke. Apa kau melihatnya?”Ryuuga menyipitkan matanya ke arah Mitsuki.“Kau mau mengganggu dia ‘kan?”“Tidak kok, enak saja. Aku mau minta dibelikan permen kapas, habisnya tadi uangku jatuh.” Mitsuki malah terk
1. Penulisan nama marga Hasumi diambil dari kanji 4 karakter (yojijukugo) '愛羅武勇' (dibaca airabuyuu) yang berarti 'i love you' 2. Aktris muda Mei Hata adalah referensi Hasumi di dunia nyata3. Hasumi selalu berbicara dengan dialek Fukui4. Awalnya, nama karakter Hasumi adalah 'Harumi'. Tapi karena dinilai kurang cocok kalau disatukan dengan nama 'Aira', jadilah nama Hasumi5. Hasumi adalah tipe orang yang cenderung telat menyadari sesuatu6. Makanan kesukaannya adalah semua yang bisa dimakan kecuali natto dan bawang putih bakar (ninniku)7. Menurut Hirotaka, Hasumi punya sifat yang sama persis seperti Reiko8. Alasan kedua orang tua Hasumi bercerai adalah karena sering berbeda pendapat9. Nama Tanizaki pada marga Arata diambil dari penulis novel klasik Jepang Tanizaki Junichiro, sementara nama Arata diambil dari karakter anime favorit author (:D)10. Aktor Mackenyu Arata adalah referensi karakter Arata11. Tipe perempuan yang disukainya adalah
Arata menemani Hasumi ke mall untuk membeli hadiah ulang tahun Ryuuga. Sepanjang perjalanan mereka, Hasumi menceritakan tentang bagaimana ia dan Ryuuga akhirnya bisa berpacaran. Entah kenapa, hatinya merasa sangat ringan untuk menceritakan hal itu. Mulutnya terasa sangat lancar, sesekali diselingi tawa malu.Arata yang mendengarnya hanya bisa mengulur senyum. Tiap kali memberi reaksi, ia malah melemparkan ledekan ke arah Hasumi.“Ternyata kau tak berubah ya, masih sering kekanak-kanakan seperti dulu.”“Kau baru sadar ya? dari dulu kau memang kurang peka. Ya aku juga, sih.”Kira-kira begitulah ledekan Arata. Hasumi yang mendengarnya hanya bisa memasang muka cemberut.“Jadi menurut sensei, hadiah apa yang cocok untuk Ryuuga-senpai?” tanya Hasumi sembari melihat-lihat etalase toko.“Emm.. dia pemain voli ‘kan?”Hasumi mengangguk.“Bagaimana kalau sepatu olahraga?”
Di malam musim panas yang cerah, dua orang manusia tengah berjalan beriringan. Hasumi tertunduk, otaknya tengah berpikir tentang topik obrolan apa yang bisa ia bicarakan dengan orang tuanya Ryuuga. Sementara Ryuuga berjalan di depannya, sedang berpikir juga. Ryuuga memikirkan tentang reaksi ayahnya. Apakah ayahnya akan marah kalau ia membawa seorang perempuan ke rumah? Masalahnya, Ryuuga memang punya hubungan yang kurang baik dengan ayahnya. Sejak kecil ia dididik agak ketat, semua pikiran Ryuuga seakan dicekoki ayahnya untuk tertuju pada voli. Itu karena ayahnya menyandang gelar sebagai mantan pemain nasional yang disegani pada zamannya, makanya ia ingin anaknya menekuni bidang yang pernah ia tekuni. Ryuuga jadi agak takut ayahnya akan berpikir bahwa Hasumi menganggu keseriusan Ryuuga pada voli. Padahal tidak sama sekali. Dengan adanya gadis itu, Ryuuga justru makin semangat untuk mewujudkan mimpinya. Duh, keputusanku sudah benar ‘kan? ya ‘kan? Hasumi bergum
Hasumi baru tiba di rumah jam 9 lebih 10 menit. Ia diantar Ryuuga sampai stasiun. Tadi sebelum pulang, Emi sempat berpesan agar Hasumi sering-sering main ke sana. Tak lupa, Emi memberi beberapa makanan yang ada di rumah, katanya supaya Hasumi mengingat rasa masakannya dan datang lagi. Tentu saja Hasumi tak bisa menolak. Ia sendiri sangat setuju kalau masakan ibunya Ryuuga memang enak.Sejak berpelukan dengan Ryuuga, Hasumi jadi tak berani memandang mata Ryuuga lagi. Tiap kali ia mencoba melihat wajahnya, seketika itu pula rasa senang bercampur degupan jantung yang kacau akan mulai terasa. Ryuuga juga sama, ia sendiri heran kenapa bisa seberani itu untuk memeluk Hasumi. Padahal dulu, untuk menggenggam tangannya saja Ryuuga perlu mengumpulkan keberanian yang besar.Di sepanjang jalan menuju stasiun, mereka bahkan tak banyak mengobrol. Hanya genggaman tangan lah yang mewakili rasa bahagia dalam hati masing-masing. Genggaman itu sangat erat hingga membuat Ryuuga merasa ber