Mas Ikhsan mulai sering datang ke apartemen ku di jam makan siang.Aku tidak terlalu merespon mas Ikhsan agar dia tidak berpikir jika aku terlalu mu*a*an.Mas Ikhsan sepertinya sudah mulai menaruh perasaan terhadap ku, karena dia sekarang mulai peduli dan perhatian dengan ku."Ra... mas boleh nginap di sini?""Ha! nginap? tidak mas, kita ini belum menikah.""Mas berjanji tidak akan menyentuh mu.""Mas... aku masih trauma dengan kejadian waktu itu, sampai sekarang pun mas belum memberikan keputusan.""Mas sedang memikirkan cara agar mas bisa segera menikahi mu.""Kapan? bagaimana jika aku hamil mas?""Bagus dong kalau sampai kamu hamil.""Bagus bagi Mas, tapi musibah untuk ku.""Jangan bicara seperti itu Ra... Mas pasti akan menikahi mu.""Mas! jujur aku tidak percaya dengan apa yang kamu ucapkan, karena baru kenal saja kamu sudah menodai ku. Jadi bukti kan kepada ku jika kamu memang serius dengan ucapan mu.""Dengan cara apa, Mas harus membuktikan kepada mu?""Belikan aku rumah dan mob
Mbak Laras pergi meninggalkan kami dengan derai air mata.Sedangkan mas Ikhsan langsung memeluk ku dan mengajakku kembali masuk kedalam rumah.Mas Ikhsan tidak peduli dengan Mbak Laras, Dia sibuk membujukku agar aku tidak pergi meninggalkannya."Ra... ayo kita masuk, mas berjanji tidak akan menyakiti hati mu lagi.""Bener, mas tidak akan menyakiti aku lagi?""Iya... mas janji."Lalu aku mau diajak masuk olehnya.Setelah di dalam rumah, Rina mengatakan jika kamar ku sudah siap.Tapi karena niatku memang ingin membuat rumah tangga mereka seperti neraka, maka aku meminta mas Ikhsan melakukan sesuatu untuk ku."Mas... aku tidak mau tidur di kamar ini." rengek kuMas Ikhsan terlihat nampak sedikit bingung mendengar ucapan ku."Terus kamu mau tidur dimana?""Aku mau tidur di kamar utama..." "Tapi... Ra... kamar itu adalah kamar ku dan Laras. Tidak mungkin kamu ikut tidur di kamar itu bertiga.""iiiihhhh... Mas! aku tidak mau tidur sama Mbak Laras! aku mau tidur cuma sama kamu. Jadi suruh Mb
Mas Ikhsan sangat terkejut mendengar ucapan ku, dia langsung menepikan mobilnya dan menatap tajam kearah ku."Ra... siapa kamu sebenarnya?" tanyanya menyelidikAku langsung bersikap biasa seolah tidak terjadi apa-apa."Maksud mas apa?""Kamu tahu dari mana jika aku memberikan perusahaan kepada Laras, seingat ku, aku belum cerita kepada mu mengenai hal itu." ucapnya"I-itu... asisten Mbak Laras yang bercerita." jawab ku berbohong. Biar saja aku menjadikan Rina kambing hitam."O... Mas pikir..." ucapnya dengan wajah lega"Memang ada apa mas? apakah ada sesuatu yang mas sembunyikan dari ku? sehingga mas takut." jawab ku"Ti-tidak ada apa-apa. Mas hanya takut kamu salah faham saja." jawabnya.Setelah itu mas Ikhsan menyalakan lagi mesin mobilnya.Kami berputar-putar mencari warung bakso, Sebenarnya aku tidak terlalu suka makan bakso tapi agar terlihat benar-benar menyidam jadi mau tidak mau aku harus mencari sesuatu yang sekiranya sedikit berbeda.Setelah sampai di warung bakso, aku hanya
"Laras!!!" teriak mas Ikhsan ketika pintu terbuka.Mbak Laras sangat terkejut mendengar teriakkan mas Ikhsan, wajahnya langsung pucat dan keringat membasahi keningnya.Sedangkan orang di sebelahnya hanya diam dan tertunduk sambil meremas kedua tengannya."Hebat! seperti ini kelakuan mu di kantor!""Mas... tolong dengar penjelasan ku dulu.""Apa lagi yang harus di jelaskan!'"Ini semua tidak seperti yang kamu lihat. Aku dan Fredi tidak ada hubungan apa-apa.""Lucu! tidak ada hubungan apa-apa tapi ciu**n sampai seperti itu." celetuk ku"Diam kamu! wanita mur**n!" bentak mbak Laras."Yang mur**n itu kamu bukan aku!" jawabku."Fredi! tega kamu hiatani persahabatan kita!" ucap mas Ikhsan kepada laki-laki itu."Aku dan Laras sudah lama memiliki hubungan San. Tolong lepaskan dia untuk ku, to kamu sudah punya istri baru dan sekarang dia sedang hamil anak mu jadi biarkan aku dan Laras bersama." pinta laki-laki itu"Apa!!! tidak! aku tidak mau menikah dengan mu." jawab Mbak Laras lantang"Ras...
Keesokan paginya mata ku di kejutkan dengan sebuah pemandangan yang sangat luar biasa.Bagaimana bisa mas Ikhsan dan mbak Laras seromantis itu, mas Ikhsan seakan lupa akan kesalahaan yang mbak Laras perbuat."Wah... romantis sekali." ujar ku sambil menghempaskan tubuhku di kursi meja makan."Kenapa? kamu cemburu." jawab Mbak Laras"Idih! siapa juga yang cemburu." ujarku"Mas... apa gak j*j*k itu sama mulut mbak Laras yang bekas Fredi." imbuhku sambil menatap kearah mas IkhsanMas Ikhsan terlihat menghentikan aksinya sejenak."Yang lalu biar saja berlalu Ra... tidak usah diungkit lagi." jawab mas Ikhsan"Waw... secepat itu mas?" ucapku, sedangkan mbak Laras langsung bergelayut manja di lengan mas Ikhsan"Sudahlah Ra... ayo sarapan, gak usah bahas yang tidak penting." ucap mas Ikhsan."Sebenarnya itu memang tidak penting ya mas... oke nanti aku juga mau coba ah... siapa tahu dapat cowok yang lebih segalanya dari mu." sindir ku.Mas Ikhsan langsung menatap tajam kearah ku."Kamu jangan pe
Aku mengurungkan niatku untuk menangkap basah mbak Laras dan Fredi.Aku akan membuktikan ucapan Rina jika dua hari lagi mereka akan pergi ke dukun itu.Dua hari kemudian.Ketika sarapan mbak Laras terlihat sedang sibuk dengan ponselnya."Mas... hari ini aku keluar kota sama Rina." ucapnya"Mau ngapain?" tanyanya"Biasalah mas... ada urusan dikit." jawabnya"Ya sudah... jangan lama-lama." ucap mas Ikhsan"Gak mas... besok juga udah balik kok." jawabnyaSetelah itu mbak Laras mengajak Rina untuk segera berangkat.Sedangkan aku masih sarapan dengan mas Ikhsan.Aku tidak mungkin jika langsung pamit pergi juga, karena nanti mas Ikhsan bisa curiga.Aku semalam sudah menghubungi orang kepercayaan ku untuk mengikuti mereka. Jadi jika aku pergi sedikit lebih lama aku masih saja bisa tahu keberadaan mereka.Aku harus mencari cara agar mas Ikhsan bisa ikut dengan ku, karena aku ingin mas Ikhsan menangkap basah mbak Laras yang sedang digauli oleh dukun itu.Semoga dengan menangkap basah mereka bis
Mas Ikhsan di bawa masuk kedalam kamar oleh mbak Laras.Ustadz Ilham tak berhenti melantunkan ayat-ayat ruqyah.Terdengar suara gaduh di kamar itu, entah apa yang terjadi di dalam sana.ustadz Ilham melarang aku mendekat ke kamar itu. Akan tetapi ustadz Ilham semakin nyaring melantunkan ayat-ayat ruqyah itu sehingga tak berselang lama mbak Laras keluar dengan rambut yang acak-acakan."Diam!!!" Teriaknya dengan nada sangat tinggi"Aku bilang Diam!!!"bentaknya lagi. Namun Ustad Ilham terus meneruskan bacaan ayatnya."Kamu tuli ya! Aku bilang DIAM!!!"teriaknya lagi semakin nyaring Ustadz Ilham tak mengindahkan teriakan mbak Laras, Beliau tetap melanjutkan membaca ayat itu.Mbak Laras semakin menjadi, dia berjalan mendekat kearah ustadz Ilham.Ditariknya baju ustadz Ilham hingga robek bagian kerahnya, setelah itu mbak Laras mendorong tubuh ustadz Ilham hingga ustadz Ilham jatuh kebelakang.Tak ada raut wajah emosi yang terlihat di wajahnya, hanya saja ustadz Ilham semakin kencang membaca
***Keesokan harinya***Ada perubahan dengan mas Ikhsan, mas Ikhsan mulai sering diam."Mas... Kamu gak kekantor?" Tanyaku"Gak Ra... Mas mau ke makam orang tua mas." Jawabnya.Aku terkejut mendengar hal itu karena seingat ku kata Mbok Minah, mas Ikhsan tidak pernah peduli dengan orang tuanya setelah menikah dengan mbak Laras bahkan disaat orang tuanya meninggal pun mas Ikhsan lebih memilih tidak datang."Mas bener mau ke makam orang tua mas?" Tanyaku lagi"Iya Ra... Mas sudah banyak salah sama orang tua mas. Mas ingin meminta ampunan kepada mereka." Ucapnya dengan mata berkaca-kaca."Mau aku temani mas?" Tanyaku"Tidak usah Ra... Mas sendiri saja, kamu tolong urus Laras. Dia belum keluar kamar semenjak kemarin." Ucapnya."Mbak Laras baik-baik saja kok mas... Rina yang ngurusnya." Jawabku"Apakah kamu masih menyimpan dendam kepada Laras? Sehingga kamu tidak mau mengurusnya?" Tanyanya"Mas... Mbak Laras tidak mau melihat ku. Mbak Laras hanya mau di urus sama Rina." Jawabku. Memang mbak L