Selain itu, Iko dan Aldi sudah terlibat dalam persaingan terbuka maupun tertutup selama beberapa waktu di Kota Andes.Di antara mereka, Iko mengendalikan dunia mafia, juga terlibat dalam beberapa bisnis gelap.Sementara itu, Aldi berkecimpung dalam dunia bisnis dan juga dunia politik. Keduanya kurang lebih seimbang. Namun, kekayaan Iko jelas jauh lebih sedikit dibandingkan Aldi.Jika Aldi meninggal dan Grup Aldigar hancur, hanya Iko yang bisa mengambil alih properti peninggalan Aldi. Setelah itu, siapa lagi yang bisa menjadi lawannya dalam bisnis legal dan ilegal di Kota Andes?Surya menatap Iko si Pria Gila, berbalik, lalu pergi tanpa menoleh ke belakang sambil berkata, "Apakah aku perlu berbohong padamu? Jangan lupa untuk melaporkan kemajuannya padaku setiap saat. Nomor telepon dan alamatku ada di atas meja."Iko si Pria Gila mengantarkan kepergian Surya dengan hormat. Setelah itu, dia mulai mondar-mandir di bar tanpa memedulikan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Kekuatan bertarung Sur
"Aku bosmu.""Cari mati." Pria bermasker itu menikam Betran dengan sebilah pisau.Betran terkekeh, lalu mengangkat telapak tangannya untuk menebas seperti pisau.Diiringi suara keras, tangan pria bermasker itu jatuh ke tanah bersama dengan pisaunya. Darah pun menyembur keluar.Pria bermasker itu berteriak kesakitan sambil memegang erat tangannya yang terputus, lalu menatap Betran dengan ngeri.Betran tersenyum simpul sambil berkata, "Kembalilah, lalu beri tahu hal ini pada Aldi. Kalau ingin menyerang Reina, suruh dia mengirimkan beberapa yang orang kuat ke sini. Kamu saja nggak cukup."Pria bermasker itu tahu dengan jelas bahwa dia bukan tandingan pria di hadapannya. Setelah mendengar ini, dia pergi tanpa menoleh ke belakang, lalu menghilang.Betran tertawa, lalu berjalan keluar dari sudut menuju pasar malam. Dia membeli seikat manisan, lalu memakannya sambil mengikuti ketiga gadis itu dari kejauhan."Pekerjaan ini menarik juga." Betran bahkan bertanya-tanya apakah dia akan mendapatkan
Surya melirik Wildan, lalu berkata, "Jangan terlalu emosional. Kalau aku bisa menangani semuanya sendiri, kenapa aku harus mencarimu?"Mendengar itu, Lukas langsung cemas. Dia sudah bersusah payah membuat Wildan mau membantu. Namun, Surya malah menyinggung Wildan hanya dengan dua kalimat saja. Jika ini terus berlanjut, jangankan menyelamatkan Gian, mungkin ini hanya akan membuat Gian mati lebih cepat.Surya sangat kaya, tapi kenapa sikap dan kata-katanya sungguh tak bisa diandalkan?Saat ini, Wildan mendengus dingin sembari berkata, "Karena kamu nggak memerlukan bantuanku, aku nggak akan memedulikannya lagi. Tapi biaya kedatanganku nggak boleh kurang sedikit pun.""Apa maksudmu?" tanya Surya dengan bingung.Wildan berkata, "Selama kamu mengundangku datang, nggak peduli apakah pekerjaannya berhasil atau nggak, kamu harus membayar 20 miliar untuk biaya kedatanganku. Ini aturanku, apa kamu mengerti?""Apa ini serius?" tanya Surya sambil menatap Lukas.Lukas berkeringat dingin. Wildan tida
Melihat Iko si Pria Gila begitu hormat kepada Surya, Wildan juga sangat terkejut. Asal tahu saja, ketika menghadapi Aldi, Iko selalu berbuat sesukanya dan tak kenal takut.Saat ini, Surya tiba-tiba bertanya, "Iko, apa kamu kenal dengan Wildan?""Kenal," jawab Iko si Pria Gila dengan hormat.Surya tersenyum sembari berkata, "Orang ini meminta 1 triliun dariku. Dibilang dia bisa membujuk Aldi agar berdamai. Aku nggak setuju, tapi dia meminta 20 miliar untuk biaya kedatangan. Dia bahkan mengancam akan memasukkanku ke penjara juga. Aku sedikit takut."Ekspresi Wildan tiba-tiba berubah. Iko si Pria Gila menatap Wildan sambil menunjukkan senyum sinis di wajahnya."Senior, orang ini punya seorang paman yang mempunyai posisi di samping wali kota, tapi itu hanyalah posisi dengan kekuasaan semu. Saat ini, Aldi sedang menderita karena kehilangan seorang putra, aku rasa dia nggak akan menghiraukan pamannya.""Jadi, dia nggak punya kemampuan untuk itu?""Aku rasa nggak. Pamannya bahkan nggak bisa m
Aldi yang sudah cukup melampiaskan amarahnya pun terduduk di sofa sambil terengah-engah.Setelah beberapa saat, dia sepertinya sudah kembali tenang. Dia menyalakan rokok, lalu mulai berpikir.Beberapa waktu kemudian, dia berteriak, "Puji."Puji, sang sekertaris yang gemetaran di luar pintu segera berlari masuk, lalu bertanya, "Pak, apa perintahmu?""Hubungi Pak Jeno, katakan padanya aku punya hal mendesak, harus segera menemuinya," kata Aldi.Puji dengan cepat menyetujui, lalu berlari ke samping untuk menghubungi Jeno.Saat ini, Aldi memasang wajah cemberut, lalu berkata dengan kejam, "Iko, karena kamu sudah berani menyerangku, jangan salahkan aku karena bersikap kasar. Kali ini, aku akan membunuhmu."Pada saat yang sama, di sebuah lokasi konstruksi.Di depan kantor pemasaran, sejumlah besar pemilik properti berkumpul. Mereka menuntut agar properti diserahterimakan tepat waktu, juga meminta ganti rugi atas kerugian mereka.Karena proyek ini sudah terlambat lebih dari tiga tahun, pemili
Tak lama kemudian, puluhan ribu pekerja bergegas menyerbu gedung kantor, membuat ratusan penjaga keamanan kewalahan. Sementara itu, para pimpinan tingkat menengah dan senior ditarik keluar untuk dipukuli, bahkan hampir saja dilemparkan dari gedung.Adegan seperti ini terus-menerus berlangsung di setiap pabrik dan perusahaan Grup Aldigar. Seluruh Grup Aldigar hampir mengalami kelumpuhan total....Malam harinya.Sebuah mobil Audi A6 terparkir dengan tenang di tepi danau di pinggir kota.Sebuah Mercedes-Benz S500 melaju, Aldi turun dari mobil, berjalan menuju mobil Audi sendirian, lalu membungkuk dengan hormat.Jendela belakang mobil Audi diturunkan setengahnya.Aldi berkata dengan cepat, "Pak Jeno, belakangan ini ada banyak masalah di perusahaan. Kamu harusnya sudah mengetahuinya, 'kan?""Aku nggak begitu jelas.""Ini semua gara-gara Iko si bajingan itu. Dia menghasut orang untuk membuat masalah. Perusahaanku sekarang lumpuh total.""Membuat masalah? Membuat masalah apa?""Yang dipermas
Iko si Pria Gila memandang Aldi dengan tatapan merendahkan, lalu berkata, "Dia adalah seseorang yang nggak bisa kamu lawan. Selain itu, masalahmu mungkin nggak bisa diselesaikan dengan uang saja. Sebaiknya kamu menghemat uangmu."Mendengar ini, Aldi tiba-tiba berdiri sambil berkata dengan tegas, "Jangan kira aku takut padamu. Aku bisa menekanmu sebelumnya, aku juga masih bisa melakukannya sekarang.""Aku akui kalau dulu kamu membuatku sedikit kewalahan." Iko si Pria Gila berdiri perlahan, menatap Aldi, lalu melanjutkan, "Tapi kali ini, kamu pasti akan mati. Kamu harus membayar utang darah, apa kamu mengerti?"Aldi tertegun untuk sesaat, sebelum perlahan bertanya, "Apakah ini ada hubungannya dengan Gian?""Aku nggak akan berkomentar." Iko si Pria Gila duduk kembali sambil menyesap wiski.Melihat itu, Aldi mendengus dingin, lalu berujar, "Iko, jangan lupa kalau masih ada Pak Tarna di Kota Andes. Kamu dan orang di belakangmu masih nggak layak untuk bisa menguasai segalanya."Setelah Aldi
Setelah mendengar itu, Surya hanya tersenyum simpul, lalu berkata, "Nggak peduli siapa pun itu, kalau dia menghalangiku untuk berurusan dengan Aldi dan membalas dendam saudaraku, dia harus membayar harganya. Mungkin juga dengan nyawanya."Setelah mendengar ini, Iko si Pria Gila berkata perlahan, "Aku akan melakukan yang terbaik. Senior, jangan khawatir.""Pergilah. Jangan khawatir. Kalau kamu melakukan sesuatu untukku, kamu adalah orangku. Nggak ada yang akan menyakitimu.""Terima kasih, Senior."Iko si Pria Gila memberi hormat, mengucapkan selamat tinggal, lalu keluar dari hotel. Dia berdiri di depan mobil sambil bergumam dengan wajah muram, "Kekayaan hanya bisa ditemukan dalam bahaya. Kita terima saja takdir masing-masing."Pada saat yang sama, mobil Aldi tiba di kaki gunung yang berada jauh di luar Kota Andes.Di sana, ada sebuah vila kecil dengan dua kata besar tertulis di pintunya.Taman Jirana.Aldi keluar dari mobil, berlutut dengan suara keras di depan Taman Jirana, lalu berter