Vera duduk di kantor kepala redaksi. Seketika, dia tidak bisa memercayai masalah ini.Vera mengelus meja besar sambil tersenyum dengan perlahan.Semua upaya yang dikeluarkan tidak sia-sia.Namun setelah beberapa saat, Vera menjadi tenang dan mulai menganalisis semuanya dengan cermat.Pada akhirnya, pikiran Vera tertuju pada pria yang direkam di video yang dikirim Sarah.Identitas pria itu tentu tidak sederhana. Bahkan di Konsorsium Pelita pun, jabatannya pasti sangat tinggi.Karena Raka turun tangan untuk menyelesaikan kejadian ini. Apa mungkin dia orang sederhana yang bisa berhubungan dengan Raka?Setelah berpikir sejenak, Vera segera memulai rencana untuk mengatur wawancara eksklusif dengan Konsorsium Pelita. Kemudian, Vera meminta Lastri untuk menjadi pembawa acara.Setelah menyelesaikan rencananya itu, Vera merasa sangat bangga.Dia dan Lastri sama-sama diuntungkan dari kejadian ini. Jadi, mereka dapat menggunakan masalah ini untuk meninggalkan kesan yang baik pada Konsorsium Pelit
"Nggak, nggak." Rania melambaikan tangannya berulang kali.Setelah memikirkannya, Surya merasa Rania tidak mungkin ditindas. Bagaimanapun, sekarang Rania adalah manajer umum gedung perusahaan ini. Selain itu, ada Mona yang melindunginya. Siapa yang berani mengganggunya?"Kalau begitu, apa yang terjadi?" tanya Surya dengan bingung.Melihat hal ini, Rania menyipitkan mata pada Surya. Kemudian, mereka pun berjalan ke area sudut yang jauh.Rania berkata dengan malu-malu, "Sejak aku menjadi manajer umum, ada banyak rumor yang menyebar di perusahaan, jadi aku sedikit malu saat bertemu denganmu."Setelah berpikir sejenak, Surya mengerti maksud Rania.Hal itu karena Surya membantu Rania menjadi manajer umum, jadi skandal keduanya menyebar di pusat perbelanjaan. Rumor itu mungkin mengatakan bahwa Rania menjalin hubungan dengan seorang petinggi. Hal seperti ini sering terjadi di tempat kerja.Setelah memahaminya, Surya berkata sambil tersenyum pelan, "Biarkan mereka bergosip. Kamu nggak mungkin
Surya tidak ingin melanjutkan topik ini lagi.Bagaimanapun, mereka sudah bercerai. Maya bebas melakukan apa pun yang dia inginkan.Setelah menghibur Mona dan menanyakan kemajuan Perusahaan Lintang Harapan bergabung dengan Konsorsium Pelita, Surya pun pergi dari sana.Begitu kembali ke Pulau Aora, Surya mengunci dirinya di kamar dan bermeditasi siang malam hingga Rania menelepon keesokan paginya."Eh, Surya, kamu bilang kamu akan kembali ke kampung halaman untuk berkunjung, apakah kamu masih mau pergi?" Suara lemah Rania terdengar dari telepon.Surya berkata dengan cepat, "Aku pergi. Di mana kamu? Tunggu aku, aku akan segera tiba."Kemudian, Rania memberi tahu alamatnya dan Surya segera pergi ke sana.Sesampainya di sana, Rania sudah menunggu di pinggir jalan.Hari ini, Rania mengenakan kemeja putih dan celana jeans ketat. Penampilannya terlihat seperti seorang karyawan profesional.Surya meminta Rania untuk masuk ke dalam mobil sambil tersenyum. Lalu, mereka berdua berkendara menuju ka
Mendengar Rania begitu terkejut, bibi keduanya, Risa Runisa menepuk bahu Rania sambil berkata dengan ekspresi tidak puas, "Kenapa kamu berteriak? Berapa umurmu? Kamu bahkan nggak punya pasangan? Orang yang aku perkenalkan adalah seorang pengusaha dan pemilik pabrik makanan di kota kita yang memiliki aset puluhan juta. Apa dia masih nggak layak untukmu?""Ya, Rania." Ibunya Rania, Rimas Runisa, juga berkata, "Latar belakang keluarga pemuda itu bagus, dia juga terlihat baik. Kami telah membantumu memeriksanya."Ayahnya Rania, Ansel Sukmaja, tampak lebih jujur. Dia tidak mengatakan apa pun.Namun, bagaimana Rania menyetujuinya? Dia pun berkata dengan tergesa-gesa, "Aku belum mau mencari pacar. Surya, tolong segera hentikan mobilnya. Aku nggak mau pergi."Rania tidak tahu bahwa jamuan makan ini adalah acara kencan buta untuknya.Rania tidak memiliki ide untuk berpacaran. Selain itu, Surya berada di sisinya. Sekarang, Rania benar-benar merasa malu hingga ingin bersembunyi.Surya juga mera
Surya ditarik oleh Ansel. Oleh karena itu, dia hanya bisa mengikuti mereka masuk.Setelah beberapa saat, mereka berjalan masuk ke ruang VIP. Tampaknya, ruangan itu sudah dipesan sebelumnya.Beberapa orang duduk. Rania sengaja duduk di sebelah Surya. Risa memutar bola matanya dengan marah, dia terlihat semakin kesal dengan Surya.Surya tampak canggung. Dia pun duduk tegak di samping Rania tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Apa lagi yang bisa Surya lakukan?Rania pasti tidak akan membiarkan Surya pergi. Jika dia tidak pergi, Risa terus menatap Surya dengan tatapan membunuh. Oleh karena itu, Surya hanya bisa duduk diam di sana.Saat ini, pelayan membawakan teh. Untuk menghilangkan rasa canggungnya, Surya segera bangkit dan menuangkan air untuk semua orang, lalu bertanya, "Kenapa pengusaha itu belum datang?"Logikanya, saat kencan buta, pria seharusnya datang lebih awal dan mempersiapkan segala sesuatu.Kenapa sekarang malah pihak perempuan yang mengurus masalah ini dan menunggu pihak lak
Melihat hal ini, Risa segera menjelaskan, "Dia adalah sopirnya Rania. Dia datang jauh-jauh, jadi kami mengajak dia makan bersama.""Oh." Heru mengangguk pelan, lalu duduk di hadapan Surya dan Rania. Kemudian, dia melemparkan tasnya ke atas meja."Pelayan, sajikan makanannya," teriak Risa dengan cepat.Namun, saat ini Heru berkata sambil melambaikan tangannya, "Nggak perlu terburu-buru.""Oke, oke." Risa segera menghentikan pelayan.Heru tersenyum, lalu berkata sambil memandang Rania, "Kamu Bu Rania, 'kan?""Nggak perlu sungkan. Aku hanya seorang karyawan," kata Rania dengan tenang.Heru kembali bertanya, "Aku dengar kamu baru saja diangkat menjadi manajer umum Lintang Harapan?""Ya."Heru berkata sambil terkekeh, "Lintang Harapan adalah perusahaan besar, nggak seperti kota kecil seperti ini. Pencapaian perusahaanku sudah seperti ini, nggak bisa berkembang lagi.""Pak Heru juga merupakan pemuda yang memiliki talenta," kata Rania.Heru tersenyum tipis. Kemudian, dia menatap Surya sambil
Heru berkata sambil terkekeh, "Benar, tapi Bu Rania lebih baik memperhatikan identitasmu. Sama seperti sopirku, dia bahkan nggak memasuki pintu ini. Hanya dengan menjaga jarak, bawahan baru bisa menghormatimu. Tindakanmu ini sangat mudah membuat mereka memiliki pikiran buruk dan melewati batas.""Kamu nggak perlu khawatir tentang hal itu," jawab Rania.Setelah memikirkan kata-kata Heru, Surya merasa ada benarnya, tapi dia tidak begitu menyetujuinya.Pada saat ini, pintu dibuka oleh seorang pelayan. Kemudian, seorang pria paruh baya berkepala botak dan perut buncit berjalan masuk dengan perlahan.Heru segera berdiri dan memperkenalkan kepada semua orang. "Semuanya, ini pamanku, Ifan Haryanto."Risa segera berdiri, berlari mendekat, lalu menjabat tangan Ifan sambil berkata, "Aduh, akhirnya hari ini aku bisa bertemu dengan Pak Ifan. Kamu sangat sibuk, tapi masih meluangkan waktu untuk bertemu kami. Kami benar-benar beruntung."Ifan terkekeh. Kemudian, dia menjabat tangan dengan Risa denga
Mendengar ini, amarah Ifan mereda. Namun, dia berkata sambil mengerutkan keningnya, "Ini pertama kalinya kita bertemu. Ini juga merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi kedua anak kita. Demi Rania, aku nggak mempermasalahkan hal ini. Tapi, aku harap nggak ada lain kali.""Maaf, lain kali nggak akan lagi." Risa meminta maaf berulang kali, kemudian dia kembali berkata, "Heru, terakhir kali aku memberitahumu tentang masalah putraku memasuki kota. Sekarang, pamanmu ada di sini. Bisakah kamu memutuskannya sekarang?"Setelah Risa selesai berbicara, dia memandang mereka dengan penuh harap.Surya tiba-tiba memahami kenapa Risa begitu mengkhawatirkan masalah Rania, ternyata demi masa depan putranya.Memikirkan hal ini, Surya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.Ketika Risa melihatnya, dia langsung berteriak, "Apa maksudmu?""Nggak apa-apa." Di depan Rania, Surya tidak ingin menghina keluarganya, jadi dia menahannya.Risa merasa seakan telah dihina. Dia berkata sambil me