Mendengar Rania begitu terkejut, bibi keduanya, Risa Runisa menepuk bahu Rania sambil berkata dengan ekspresi tidak puas, "Kenapa kamu berteriak? Berapa umurmu? Kamu bahkan nggak punya pasangan? Orang yang aku perkenalkan adalah seorang pengusaha dan pemilik pabrik makanan di kota kita yang memiliki aset puluhan juta. Apa dia masih nggak layak untukmu?""Ya, Rania." Ibunya Rania, Rimas Runisa, juga berkata, "Latar belakang keluarga pemuda itu bagus, dia juga terlihat baik. Kami telah membantumu memeriksanya."Ayahnya Rania, Ansel Sukmaja, tampak lebih jujur. Dia tidak mengatakan apa pun.Namun, bagaimana Rania menyetujuinya? Dia pun berkata dengan tergesa-gesa, "Aku belum mau mencari pacar. Surya, tolong segera hentikan mobilnya. Aku nggak mau pergi."Rania tidak tahu bahwa jamuan makan ini adalah acara kencan buta untuknya.Rania tidak memiliki ide untuk berpacaran. Selain itu, Surya berada di sisinya. Sekarang, Rania benar-benar merasa malu hingga ingin bersembunyi.Surya juga mera
Surya ditarik oleh Ansel. Oleh karena itu, dia hanya bisa mengikuti mereka masuk.Setelah beberapa saat, mereka berjalan masuk ke ruang VIP. Tampaknya, ruangan itu sudah dipesan sebelumnya.Beberapa orang duduk. Rania sengaja duduk di sebelah Surya. Risa memutar bola matanya dengan marah, dia terlihat semakin kesal dengan Surya.Surya tampak canggung. Dia pun duduk tegak di samping Rania tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Apa lagi yang bisa Surya lakukan?Rania pasti tidak akan membiarkan Surya pergi. Jika dia tidak pergi, Risa terus menatap Surya dengan tatapan membunuh. Oleh karena itu, Surya hanya bisa duduk diam di sana.Saat ini, pelayan membawakan teh. Untuk menghilangkan rasa canggungnya, Surya segera bangkit dan menuangkan air untuk semua orang, lalu bertanya, "Kenapa pengusaha itu belum datang?"Logikanya, saat kencan buta, pria seharusnya datang lebih awal dan mempersiapkan segala sesuatu.Kenapa sekarang malah pihak perempuan yang mengurus masalah ini dan menunggu pihak lak
Melihat hal ini, Risa segera menjelaskan, "Dia adalah sopirnya Rania. Dia datang jauh-jauh, jadi kami mengajak dia makan bersama.""Oh." Heru mengangguk pelan, lalu duduk di hadapan Surya dan Rania. Kemudian, dia melemparkan tasnya ke atas meja."Pelayan, sajikan makanannya," teriak Risa dengan cepat.Namun, saat ini Heru berkata sambil melambaikan tangannya, "Nggak perlu terburu-buru.""Oke, oke." Risa segera menghentikan pelayan.Heru tersenyum, lalu berkata sambil memandang Rania, "Kamu Bu Rania, 'kan?""Nggak perlu sungkan. Aku hanya seorang karyawan," kata Rania dengan tenang.Heru kembali bertanya, "Aku dengar kamu baru saja diangkat menjadi manajer umum Lintang Harapan?""Ya."Heru berkata sambil terkekeh, "Lintang Harapan adalah perusahaan besar, nggak seperti kota kecil seperti ini. Pencapaian perusahaanku sudah seperti ini, nggak bisa berkembang lagi.""Pak Heru juga merupakan pemuda yang memiliki talenta," kata Rania.Heru tersenyum tipis. Kemudian, dia menatap Surya sambil
Heru berkata sambil terkekeh, "Benar, tapi Bu Rania lebih baik memperhatikan identitasmu. Sama seperti sopirku, dia bahkan nggak memasuki pintu ini. Hanya dengan menjaga jarak, bawahan baru bisa menghormatimu. Tindakanmu ini sangat mudah membuat mereka memiliki pikiran buruk dan melewati batas.""Kamu nggak perlu khawatir tentang hal itu," jawab Rania.Setelah memikirkan kata-kata Heru, Surya merasa ada benarnya, tapi dia tidak begitu menyetujuinya.Pada saat ini, pintu dibuka oleh seorang pelayan. Kemudian, seorang pria paruh baya berkepala botak dan perut buncit berjalan masuk dengan perlahan.Heru segera berdiri dan memperkenalkan kepada semua orang. "Semuanya, ini pamanku, Ifan Haryanto."Risa segera berdiri, berlari mendekat, lalu menjabat tangan Ifan sambil berkata, "Aduh, akhirnya hari ini aku bisa bertemu dengan Pak Ifan. Kamu sangat sibuk, tapi masih meluangkan waktu untuk bertemu kami. Kami benar-benar beruntung."Ifan terkekeh. Kemudian, dia menjabat tangan dengan Risa denga
Mendengar ini, amarah Ifan mereda. Namun, dia berkata sambil mengerutkan keningnya, "Ini pertama kalinya kita bertemu. Ini juga merupakan peristiwa yang membahagiakan bagi kedua anak kita. Demi Rania, aku nggak mempermasalahkan hal ini. Tapi, aku harap nggak ada lain kali.""Maaf, lain kali nggak akan lagi." Risa meminta maaf berulang kali, kemudian dia kembali berkata, "Heru, terakhir kali aku memberitahumu tentang masalah putraku memasuki kota. Sekarang, pamanmu ada di sini. Bisakah kamu memutuskannya sekarang?"Setelah Risa selesai berbicara, dia memandang mereka dengan penuh harap.Surya tiba-tiba memahami kenapa Risa begitu mengkhawatirkan masalah Rania, ternyata demi masa depan putranya.Memikirkan hal ini, Surya hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis.Ketika Risa melihatnya, dia langsung berteriak, "Apa maksudmu?""Nggak apa-apa." Di depan Rania, Surya tidak ingin menghina keluarganya, jadi dia menahannya.Risa merasa seakan telah dihina. Dia berkata sambil me
Heru memandang Surya dan Rania sambil berkata dengan perlahan, "Nggak ada seorang pun berani bersikap nggak sopan padaku. Keluarga Sukmaja akan membayar konsekuensi atas tindakanmu hari ini.""Apa yang ingin kamu lakukan?" kata Rania dengan marah.Heru berkata sambil mendengus dingin, "Apa yang aku lakukan? Kamu akan tahu nanti. Sekarang, suruh anak ini berlutut dan mengakui kesalahannya. Aku masih bisa memaafkan kalian. Semuanya masih belum terlambat.""Angan-anganmu terlalu tinggi, Pak Heru," kata Surya dengan tenang.Ekspresi Heru menjadi masam. Saat ini, Ifan berkata sambil melambaikan tangannya, "Oke, apa maksudmu?"Ketika Heru mendengar ini, dia duduk dengan marah sambil menatap Surya."Bukannya aku mau membicarakanmu." Ifan berkata sambil mengerutkan keningnya, "Masalah menjadi seperti ini. Kelak, bagaimana aku keluar menemui orang-orang? Apakah aku masih seorang pemimpin?""Maaf, Pak Ifan. Anak ini yang menyebabkan masalah. Sebenarnya, Rania nggak ada hubungannya dengannya. Dia
Sebagai seorang tokoh di kota, bagaimana mungkin Heru bisa menanggung penghinaan seperti itu?Setelah itu, dia pasti akan melakukan sesuatu.Surya berencana menaklukkan Heru untuk memberitahunya betapa kuatnya dia. Dengan demikian, kelak Heru tidak mencari masalah kepada orang tuanya Rania.Adapun hal yang ingin dilakukan Heru, Surya tidak mempermasalahkannya.Surya akan memikirkan rencana untuk menghadapi masalah yang menimpanya. Bagaimana mungkin dia tidak bisa menghadapi Heru?Saat ini, bibi kedua, Risa merasa kesal hingga hampir gila. Dia melihat Surya dengan tatapan ingin menelannya hidup-hidup.Namun, saat ini mereka sudah membongkar keburukan Risa. Jadi, Surya tidak ingin memperhatikannya sama sekali.Hanya orang tua Rania yang terlihat sedih dan menghela napas.Saat ini, Heru berjalan masuk dan duduk dengan tidak sungkan. Risa ingin meminta maaf, tapi Heru malah berkata sambil melambaikan tangannya, "Kamu nggak perlu mengatakan apa-apa."Seketika, Risa langsung terdiam di sana.
"Kamu pikirkan caranya. Bagaimanapun, kamu nggak boleh berkelahi. Aku tahu kamu bisa mengalahkan mereka. Kalau seseorang terbunuh, kamu bukan hanya akan tertimpa masalah, orang tuaku juga nggak bisa tinggal di sini lagi," kata Rania dengan ekspresi memohon.Surya berkata sambil menghela napas, "Aku akan mencoba yang terbaik."Pada saat ini, Heru berjalan juga keluar dari Ruang VIP. Kemudian, dia memandang Surya dan Rania yang berdiri di aula sambil tertawa terbahak-bahak."Kenapa kalian nggak pergi? Ayo pergi," teriak Heru.Orang tua Rania dan Risa juga berjalan keluar. Saat melihat situasinya, mereka semua terlihat cemas. Masalah besar akan terjadi.Ketika belasan pria pengangguran melihat bosnya berjalan keluar, mereka semua menyapa sambil berteriak ke pintu. Mereka menunggu Heru memberi perintah.Wajah Heru menunjukkan senyum bangga.Di Kota Fajar, tidak ada hal yang tidak berani mereka lakukan, apalagi takut pada seseorang.Pada saat ini, dua mobil Audi perlahan berhenti di depan p