Share

Tinju

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-30 07:37:39

❤️❤️.

Soraya sedang menikmati sarapannya ketika kutemui dia di dapur untuk menyiapkan makan putriku. Melihatku datang, 

Ia terlihat sedikit tak nyaman dengan gestur menarik diri dari meja makan.

"Dengar Soraya, apakah kamu akan segera pindah," tanyaku.

"Be-belum tahu Mba, tunggu Mas Ikbal," jawabnya lirih.

"Suamiku meminjam uang untuk mengontrakkan rumah untukmu ... Apa pendapatmu kalo kamu jadi aku, akan kupinjamkan atau tidak?"

Dia berfikir sejenak lalu menjawab "Gak tahu mbak."

Aku bersedekap sambil menyender di meja marmer dapur.

"Kau sendiri ... kenapa tidak pakai uangmu saja? Kalian semua sungguh tidak tahu malu, aku baru menemui manusia yang sama sama dua-duanya gak tahu malu," desisku.

"Maaf Mbak mohon hentikan itu, maaf, tapi uangku habis Mbak, untuk membeli kebutuhan pribadi kemarin." Ia menunduk

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tiba-Tiba Dimadu   Suami marah

    Mas Ikbal menghampiriku dengan garang lalu menarik lenganku dengan kasar.Plak!"Apa-apaan, kamu Jannah!"Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku, membuatku merasakan sensasi pedih dan panas di bagian wajah pelipis dan ekor mata. Telingaku sampai berdenging saking kerasnya pukulan itu."Mas ...." Kutatap dia dengan air mata berderai sedangkan Soraya mundur dengan wajah ketakutan."Kalian membuatku malu," desisnya."Maaf, Mas, aku gak bermaksud bikin Mbak Jannah marah dan membuat Mas malu," cicit Soraya yang tersudut ke sisi wastafel."Apa ini, Jannah?! Kupikir kalian wanita bermoral yang akan mengangkat derajatku, derajat keluarga kita.""Hahaha," aku tertawa getir mendengar ocehannya, "Kamu bicara tentang mengangkat derajat, sesungguhnya kamu sedang menyabung kami dalam rumah ini," ujarku dengan nada sinis."Kalian istriku! Bukan binatang!" teriaknya."Lantas kenapa

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-01
  • Tiba-Tiba Dimadu   Luka di atas luka

    Kupacu mobil membelah jalanan dengan hati yang kalut membawa sejuta luka. Rintik-rintik hujan mengiringi cuaca di sore hari, membawa kesenduan tersendiri di antara jiwa jiwa yang merana.Pukul 15:23 aku telah sampai di rumah Bapak setelah satu jam berkendara dari kota, kuturunkan putriku dari mobil yang tampak masih kelelahan dan sedih karena kejadian siang tadi."Ayo, Nak. Kita udah sampai di rumah kakek," ajakku sambil menggendongnya."Jannah ...." Bi Murni tetangga depan rumah Bapak memanggilku."Bapakmu di bawah ke rumah sakit, tadi dia pingsan di kamar mandi, mungkin sakit jantungnya kambuh.""Apa?""Iya, Nduk.""Ya Allah, kalo begitu saya susul bapak dulu,Bik."Melihatku panik putriku kembali menangis dan ikut panik. Kuraih dia dan kugendong segera. Mengapa Allah memberiku ujian yag bertubi-tubi hari ini, aku ta

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Tiba-Tiba Dimadu   Bubur dari pria asing

    "Terima kasih Dok, Anda sudah menyelamatkan Bapak saya," kataku pada Dokter yang kini berdiri di hadapanku sambil menyunggingkan senyum tipis."Tidak masalah, Mbak Jannah, Mbak Jannah jangan sungkan, oh ya, boleh ikut ke ruangan saya," pintanya."Tentu Dok," jawabku yang lantas mengikutinya keluar dari ruangan Bapak menuju ruang dokter."Silakan duduk, Mbak Jannah," katanya sambil mempersilakan aku duduk."Iya Dok, maaf tadi di musahllah saya gak tahu kalo anda dokter." Aku mencoba membuka percakapan."Ah, iya, ga masalah," jawab Dokter Rafiq masih dengan senyum khasnya."Ini saya tuliskan resep untuk Bapaknya, Mbak Jannah, mohon nanti di tebus di apotik ya," katanya sambil menyodorkan kertas.Aku menerimanya dan memperhatikan daftar catatan yang kulihat banyak sekali di kertas kecil itu."Dok ...." Aku sedikit ragu,

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-03
  • Tiba-Tiba Dimadu   Raisa

    Pagi-pagi sekali ponselku berdering dan dengan mengucek mata, aku segera bangkit dan meraihnya dari dalam tas. Malam tadi aku tidur di rumah sakit menjaga Bapak sedangkan Raisa masih di rumah Bi murni, syukurnya Bi murni punya cucu yang umurnya sebaya dengan anakku sehingga Raisa merasa nyaman dan betah di titipkan di sana, peraturan rumah sakit juga melarang membawa balita, membuatku juga mau tak mau menitipkannya.Kulirik layar ponsel dan nama Bi murni tertera di sana."Ya halo, Bi," sapaku."Aduh, Nduk ... Bibik harus bagaimana," ucapnya setengah panik."Kenapa, apa terjadi sesuatu pada anak saya?""Anu, nduk, tadi pagi ayahnya datang dan membawa Raisa, Bibik udah coba tahan dengan banyak alasan, ayahnya bersikeras mau membawa, katanya cuma mau Jajan di Alfamart tapi, kok ya, belum kembali juga, Nduk."Deg.Seketika aliran darahku rasanya tersengat dan tiba tiba emosiku mendidih, kuraih kunci

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Tiba-Tiba Dimadu   Gulali

    Melihat warga yang mencibir bahkan terang-terangan menyoraki mereka Mak Ikbal menyadari bahwa kini situasinya sudah tidak kondusif. Ia menarik Soraya dan meninggalkan tempat itu dan menjauh dariku dan kerumunan warga."Aku bakal jenguk Raisa lagi," Ucapnya sebelum pergi.Aku tak menanggapi dengan kata kata, hanya mendelik saja sambil memeluk putriku."Dan ya, kembalikan dokumen rumah.DegJantungku rasanya ingin meledak mendengarnya, dadaku seketika sesak menahan amarah, namun, kutahan karena tak ingin memperpanjang keributan di depan orang banyak.**Hari ini setelah berganti pakaian dan membersihkan diri, aku membawa Raisa meluncur ke rumah sakit untuk melihat keadaan Bapak lagi."Bunda kok kita gak pulang?" tanya putriku."Kita gak pulang lagi, Ayah sudah istri baru

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-05
  • Tiba-Tiba Dimadu   Kacau balau

    Aku dan Mas Rafiq terkejut atas sikap anehnya yang sedikit absurd, di datang dan berteriak di kantin yang penuh dengan orang orang yang sedang makan siang, membuat aku dan Dokter Rafiq saling pandang."Mas Ikbal ...." Aku membalas tatapannya yang membeliak padaku."Gini ya, kelakuan kamu, kamu lari dari rumah dan malah duduk di sini dengan pria lain," ucapnya ketus."Hei Mas, Mas gak sadar ya, ini rumah sakit. Kira kira saya mau nongkrong-nongkrong aja di rumah sakit tanpa alasan," jawabku."Apa peduliku tentang kegiatanmu, mungkin saja kamu sengaja mengunjungi pria ... yang entah siapa dia ini," sambil menuding Mas Rafiq dengan bengisnya.Dokter bersahaja itu bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Mas Ikbal dengan langkah santai namun tegas. Ia menatap mas Ikbal tajam dan mereka beradu pandang bagai musuh kebuyutan."Anda yang membuat Mbak Jannah lebam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Tiba-Tiba Dimadu   Setelah seminggu

    Setelah seminggu di rawat akhirnya kesehatan Bapak semakin membaik, napasnya sudah tidak sesak dan Bapak sudah bisa bangkit dari tempat tidur, selang-selang terpasang di tubuhnya juga sudah tidak terpasang lagi."Terima kasih Dok, atas bantuan dan perawatannya," kata Ibu pada dokter Rafiq ketika terakhir kali menjumpai Bapak sebelum kami membawanya kembali."Oh ya, Mbak Jannah, kapan Mbak Jannah mulai siap masuk kerja?" tanyanya."Besok, insyallah, Dok.""Baik jika begitu, saya pamit dulu," ucapnya sambil menyalami kedua orang tuaku.*Kubaringkan Bapak perlahan di pembaringan yang menghadap jendela agar Bapak bisa leluasa menatap ke pekarangan rumah untuk menikmati udara dan rindangnya pepohonan dari dalam rumah."Jannah, Nduk, kamu gak kembali ke tempat suamimu, kamu sudah lama lho merawat Bapak," kata Bapak dengan lembut.Ingin kuberitahu beliau yang sebenarnya bahwa rumah tanggaku diterpa prahara d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-07
  • Tiba-Tiba Dimadu   Kontrak

    Kutemui pemilik kost-kostan dan menceritakan maksud kedatanganku untuk mengontrak salah satu kamar yang ia sewakan.Tadinya wanita berkaca mata itu agak heran dan ragu terlebih lagi saat dia melihat putriku, namun ketika kutunjukkan kartu indentitas dan menceritakan sebagian alasan mengapa akhirnya memilih untuk mengontrak saja, akhirnya ia mau memberikan satu kamar kosong untuk kutempati."Silakan Mbak Jannah, maaf masih kosong belum ada apa-apa," katanya sambil membuka pintu kamar.Kuedarkan pandanganku pada kamar berukuran 4 kali 6 meter tersebut. Ada kamar mandi dan dapur mini di dalamnya, lalu sebuah kasur dan bantal di pojok ruangan."Makasih, Bu, besok pagi saya bayar ya, hari ini saya belum mengambil uang," kataku."Iya, gak masalah Mbak Jannah."Kumasukkan koperku dan kuajak putriku untuk beristirahat, setidaknya untuk sementara aku akan berlindung di tempat ini. Kebetulan lokasinya searah rumah sakit d

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-16

Bab terbaru

  • Tiba-Tiba Dimadu   kabar buruk apa?

    "Kabar buruk apa?"tanyaku heran."Aku sudah berusaha untuk mengalihkan pikiran dan semua kerinduanku tapi tetap saja, perasaan bersalah dan rasa ingin memperbaiki keadaan timbul di dalam hatiku," ucapnya sambil memandang mataku dengan penuh makna."Aku tak paham ....""Aku masih berharap kita bersama lagi. Demi anak anak, demi aku, demi harapan yang pernah kita bangun.""apa kau lupa tentang perlakuanmu dan apa saja yang sudah terjadi dalam hidup kita masing masing.""Ya, aku bersalah menikahi angel secara diam diam, aku mengulangi kesalahan suamimu yang fatal. tapi ...""Sudah, jangan dilanjutkan," cegahku. "aku tak mau mengenang apapun tentang masa lalu.""Aku hampir kehilangan dirimu dan semangat hidupku saat kau bersama dengan wira. Tapi, setelah bertemu dengannya dan mengetahui hal sebenarnya harapanku tumbuh kembali. Aku harap kita bisa ....""apa?""rujuk lagi," jawabnya sambil menatap mataku."Jadi itu kabar buruknya?""ya, bahwa aku sulit move on dan hidup tanpamu. Maukah

  • Tiba-Tiba Dimadu   menerima

    "Sebaiknya segera tentukan pilihanmu Nak, Ibu juga tidak ingin kamu terus-menerus sendiri seperti itu, karena penilaian orang lain tentang status janda sangat merugikan posisimu," ujar Ibu ketika aku menelponnya."Iya Bu, aku tahu tapi aku belum menentukan pilihanku, aku belum siap untuk naik ke jenjang berikutnya.""Ada dua pria yang begitu tulus dan menyayangimu, Nduk, kamu tinggal memilihnya," ujar Ibu."Bagaimanapun itu adalah pilihan yang sulit, Bu," gumamku pelan."Raisa menyukai salah satu dari pria itu?" tanya Ibu lagi."Raisa ingin aku kembali kepada Mas Raffiq.""Bagaimana dengan perasaanmu sendiri?""Entahlah... masih bingung," jawab ku sambil menghela nafas pelan."Lalu apa yang terjadi tentang Soraya?""Dia masih ditahan di rumahnya, Bu, polisi belum memiliki cukup bukti untuk bisa menjebloskan dia ke penjaara.""Jelas-jelas dia yang menyerang wira dengan air keras," ujar Ibu sedikit ingin marah."Tapi keluarga dan pengacaranya memiliki pengaruh besar, Bu. Mereka mati-m

  • Tiba-Tiba Dimadu   pergilah

    "Jangan dipikirkan apa yang dikatakan Mama dia memang seperti itu," bisik Wira kepadaku ketika Mamanya ke kamar mandi."Aku tak mempermasalahkannya," jawabku pelan sambil menyuapinya."Mbak ... aku berterimakasih atas semua perhatianmu, tapi sebaiknya Mbak tidak usah menjengukku lagi." Aku mencoba menelisik maksud dari ucapannya, mengapa dia harus mengatakan hal semacam itu."Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti," ujarku."Aku sudah ikhlas melepaskan Mbak Jannah dengan Mas Rafiq." Sorot matanya yang sendu membuatku terenyuh."Jangan melantur seperti ini sebaiknya kamu istirahat saja." Aku membenahi selimut yang menutupi tubuhnya."Aku sungguh-sungguh, Mbak. Aku sadar bahwa cinta tidak bisa dipaksakan. Aku tahu, meski kita berteman tidak serta merta membuat hal itu menjadi cinta untukmu aku menyadari semua itu dan aku menyesali sikap bodohku untuk memaksakan dirimu menikahiku, Mbak," ujarnya sambil tersenyum getir."Tidak masalah aku memahami perasaanmu, aku bisa memaklumi sem

  • Tiba-Tiba Dimadu   Wira dan dia

    Sejujurnya aku lelah dengan semua ini, dengan takdir berliku liku yang mewarnai hidupku. Andai bisa, aku ingin lari dan mengamankan diri ini dari dunia yang begitu kejam.Baru saja aku dan kedua anakku mengecap ketenangan, dan menikmati hidup kami, kini ujian menghantam silih berganti, membuatku sangat ingin menyerah dari semua ini, andai aku bisa, sejenak lepas dari semua kesulitan yang membelit ini. Sungguh, aku letih.Masih segar dalam ingatan, bagaimana ketika Wira merintih di ranjangnya, sementara keluarganya terus mendesakku agar mau menerima lamaran bankir kaya itu, tiba-tiba Mas Rafiq datang dan berteriak dengan tatapan melotot penuh amarah bahwa dia menolak semua cara mereka menekanku untuk menikahi anggota keluarga mereka."Apakah musibah ini akan kalian gunakan untuk menekan Jannah?""Hei, apa maksudmu! Anakku terluka gara-gara dia, tidak tahu apa yang akan terjadi kepada putraku kedepannya, apakah dia masih seperti semula atau malah cacat," ujar Jeng Zahrina sambil terdu

  • Tiba-Tiba Dimadu   kantor polisi

    Aku kembali ke rumah dengan tubuh dan pikiran yang sudah lelah kubuka pintu utama lalu menuju kursi tamu meletakkan tasku lalu membaringkan diri dengan lunglai di sana.Pikiranku melayang pada rentetan kejadian yang begitu mengejutkan hari ini, setelah didesak untuk "mau menerima" mengambil hati Wira, akhirnya Jeng Zahrina mau tenang dan menguatkan hatinya untuk tidak menangis lagi.Besok mereka akan melakukan operasi untuk memperbaiki kulit punggung dan wajah Wira yang rusak akibat siraman air keras. Ah, kembali pikiranku melayang kepada mantan maduku itu, entah di mana dia berada dan apa yang sedang dia lakukan, kemungkinan saat ini dia sedang bersembunyi di suatu tempat atau mungkin juga duduk santai di rumah orang tuanya.Tring ... Ponsel berbunyi.Kuraih benda itu dengan setengah lesu lalu membaca nama siapa yang sedang menelpon, dan ternyata itu adalah Rina."Halo Rin ada kabar terbaru?""Laporan sudah kami selesaikan, besok polisi akan menuju tempat kejadian untuk mengamankan

  • Tiba-Tiba Dimadu   menanggung kemarahan

    Sesegera mungkin aku meluncur membawa wira ke rumah sakit bersama kedua asistenku, tak lupa aku hubungi nomor Mama Wira yang memang sudah tersimpan di ponselku karena dia adalah pelanggan tetap toko kami."Halo assalamualaikum Jeng Zahrina," sapaku."Waalaikumsalam ada apa kamu menelpon saya," tanya Nyonya Zahrina dengan nada sedikit tidak suka."Maaf karena aku harus memberitahukan hal penting, tapi mohon tenangkan diri Jeng ya," ujarku."Katakan saja apa yang sedang terjadi?""Tadinya Wira datang ke tokoku dan duduk sebentar lalu pergi, namun tak lama kemudian Soraya datang dan berniat menyiramkan air keras kepadaku, namun tanpa diduga-duga Wira datang lagi dan terkena siraman air keras," tuturku hati-hati."Apa?!""Iya, saat ini aku dalam perjalanan membawanya ke rumah sakit.""Kalo terjadi apa-apa dengan anak saya kamu harus bertanggung jawab." Ucapan Mama Wira membuat pikiranku kacau."Kemana kamu akan membawa anakku!" pekiknya lagi."Ke Rumah Sakit Budi Kusuma Jeng," jawabku.

  • Tiba-Tiba Dimadu   musibah apa ini

    *Pemuda itu, datang lagi ke toko sore menjelang aku menutup gerai pakaian dan barang milikku itu.Ia melangkah santai lalu menarik kursi yang ada di depan meja kerja dan mendudukkan dirinya sambil tersenyum."Mbak Jannah, belum mau pulang?" tanyanya."Belum, masih sibuk," jawabku."Uhm, aku akan menunggu,", jawabnya."Kau sadar apa yang kau lakukan sekarang?"tanyaku dengan tatapan tajam. "Aku sudah cukup memberimu ruang, Wira.""Apa maksudnya Mbak, Mbak terlihat marah," ucapnya pelan."Aku sudah cukup baik kepadamu dengan tidak bersikap kasar dan frontal, aku harap kau mengerti kalau aku tidak nyaman dengan semua sikap ini.""Aku tidak tahu cara terbaik untuk bisa merebut hatimu Mbak," jawabnya pelan."Kamu tidak perlu bersusah payah karena aku belum membuka hati untuk siapapun Wira," ucapku dengan tetap menatap lekat padanya."Aku tahu kalau tidak denganku, Mbak Jannah pasti akan kembali lagi dengan dokter Rafiq, iya kan?" cecarnya sok tahu.Aku hanya tertawa getir mendengar ucapan

  • Tiba-Tiba Dimadu   aduh

    Ting tong ...Pagi pagi bel rumah sudah berdenting dan entah siapa berkunjung di pagi buta seperti ini. Sesaat aku sempat bertanya-tanya sekaligus kesal, denting yang terus menerus mengganggu telingaku."Siapa di luar?" tanyaku."Aku," jawab suara yang familiar kudengar itu."Kamu ngapain pagi-pagi gini, bahkan embun pun belum kering di pucuk daun," ujarku."Biarkan embun, yang penting aku menatapmu di awal hari sudah cukup membuatku seolah memiliki semua kebahagiaan.""Hentikan gombalan recehmu!" teriakku di pengeras suara yang tersambung ke gerbang."Jangan marah pagi-pagi aku datang ke sini membawa sesuatu untuk Raisa dan Rayan,". ujarnya santai."Tidak usah bawakan apapun anak-anakku baik-baik saja," jawabku ketus."Tapi Raisa menyukaiku kok. Buktinya ia senang menerima sepaket boneka LoL yang aku belikan," lanjutnya sambil tertawa kecil, " Raisa Sapa Bunda," suruhnya."Bunda ...." Tiba tiba suara anakku timbul dari depan gerbang sana."Raisa kamu ngapaian di gerbang pagi-pagi, k

  • Tiba-Tiba Dimadu   saingan

    "Ini makanan banyak banget siapa yang beli makanan sebanyak ini?""itu dari pemuda tampan yang pagi-pagi sudah datang ke sini dan membawa semobil makanan," jawab asistenku Rina."Apa? Siapa?""Teman Mbak, yang berondong itu lho," jawab Rina setengah berbisik."Ya ampun," desahku."Kenapa Mbak, kan bagus mbak dapat banyak perhatian," jawabnya sambil berkedip aneh."Ish ...mendapat perhatian dari orang yang kita suka itu bagus, tapi kalo gak suka, bikin ilfil kan?""Emangnya mbak sekarang lagi ilfil?" timpal Rudi supirku."Iya, karena aku gak mau didekati pria itu." Aku menghempas diri di sofa sambil melempar pandangan ke tumpukan kotak makanan di meja tamu.Kuhela napas berkali-kali untuk melegakan dadaku, namun kedua pegawaiku itu masih heran dengan sikapku itu. Mereka seperti menunggu adegan berikutnya."Apa lagi? Kenapa pada berdiri?""Makanan sebanyak itu Mbak Jannah bisa habiskan?""Siapa bilang aku akan memakannya?" jawabku sewot."Kasihan yang beli, Mbak," jawab Rina memelas."

DMCA.com Protection Status