Wanita itu menatap Kelvin yang pingsan di depannya. Dia berkata, “Kau sangat kuat, tetapi kau takut dengan ular kobra.”Ular kobra yang tadi mematuk kaki Kelvin telah pergi untuk mencari sarang lain, karena sarangnya yang di bawah pohon beringin telah dirusak oleh Kelvin. Meskipun Kelvin tidak sengaja melakukannya karena dia tidak tahu, tetapi tetap saja hal tersebut membuat ular kobra itu marah karena habitatnya dirusak, apalagi ular itu juga merasa terancam saat Kelvin melempar batang pohon beringin itu ke arahnya.“Mengingat kau adalah anak yang sangat baik, aku akan menyelamatkanmu, Kelvin.” Wanita berpakaian putih itu kemudian berjongkok sembari menatap bekas luka gigitan ular yang ada pada kaki kiri Kelvin. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya dan menyentuh luka bekas gigitan ular Kelvin, sementara mulutnya berkomat-kamit membaca mantra.Bertepatan pada saat itu juga, tangan kanan wanita berpakaian putih yang menyentuh luka gigitan ular tersebut memancarkan cahaya hijau, memb
“Namaku Lily Gabriella. Kau bisa memanggilku Lily,” jawab wanita itu memperkenalkan diri. “Namamu sangat indah, Dewi Lily!” puji Kelvin. “Baiklah saya akan memberitahukan rahasia saya pada Anda. Tapi ceritanya panjang, saya membutuhkan tempat yang sepi dan nyaman untuk menceritakan ini.”“Baiklah. Kalau begitu, pejamkan saja matamu!” perintah Dewi Lily. Kelvin langsung menurut dan memejamkan matanya.Kelvin menebak, kalau Dewi Lily pasti akan membawa dirinya ke tempat lain dengan kemampuan teleportasinya. Dia pernah membaca buku fantasi di perpustakaan sekolahnya, bahwa seorang dewa/dewi memiliki kemampuan teleportasi untuk berpindah tempat ke mana pun hanya dengan sekejap mata.Dia tidak menyangka, kalau hal mitologi yang terdapat dalam cerita-cerita itu nyata ada. Namun, setelah dia bertemu dengan seorang Dewi Puter secara langsung seperti ini, dia jadi percaya, bahwa cerita-cerita fantasi yang pernah dia baca itu nyata dan ada.Dia juga ingat, bahwa di buku cerita fantasi yang pe
Kelvin tidak tahu harus jawab apa. Jika dia berkata dengan jujur kalau dia yang melakukan itu, dia takut kalau Jaka akan memarahinya. Namun, jika dia berkata kalau dia tidak tahu, pasti Jaka tidak akan percaya karena dirinya berada di sini.“Katakan saja, Kelvin!” kata Jaka. Pria itu mengulangi pertanyaannya. “Siapa yang merobohkan pohon beringin itu?”Kelvin tidak punya pilihan lain selain menjawab dengan jujur. Karena menurutnya, jujur lebih baik daripada berbohong. Karena sesuatu kebohongan yang terpendam akan membuat dirinya takut ... takut jika kebohongannya itu suatu saat nanti terungkap.“Saya, Pak Jaka,” jawab Kelvin sembari mengangkat tangan kanannya dan menundukkan kepalanya dalam. “Saya yang melakukannya. Maafkan saya, Pak Jaka!”“Apa?” Jaka membelalakkan matanya, tak percaya. Dia yang bertubuh kekar saja tidak bisa melakukan itu, lalu bagaimana cara Kelvin yang hanya seorang bocah kecil menumbangkan pohon sebesar itu? “Tidak mungkin ... tidak mungkin jika kau yang melakuka
“Dia ....” Tiba-tiba Jaka merasakan sesuatu seperti ada yang memukul punggungnya dengan sangat keras. Rasanya sangat sakit, seolah-olah punggungnya itu dipukul dengan gada besi. Hal tersebut membuat dirinya tersentak ke depan, akan tetapi Kelvin langsung menopang tubuhnya dengan cekatan.“Anda kenapa?” tanya Kelvin. Raut wajahnya terlihat sangat panik ketika melihat Jaka yang tiba-tiba saja muntah darah. “Kenapa tiba-tiba saja Anda seperti ini?”Jaka ingin menjawab, tetapi untuk mengatakan sepatah kata pun dia tidak bisa. Tenggorokannya menjadi semakin sakit ketika dia mencoba untuk berbicara. Tidak hanya itu saja, bahkan sekujur tubuhnya juga terasa sangat nyeri, perih dan sakit yang tiada tara.Detik kemudian, Jaka memuntahkan seteguk darah lagi dari mulutnya, membuat Kelvin menjadi semakin cemas dan panik.“Bertahanlah, Pak Jaka! Saya akan mencari bantuan!” Kelvin menyandarkan tubuh Jaka pada kursi kayu, tetapi tiba-tiba saja tubuh Jaka menjadi kejang-kejang tak karuan dan kemudian
Jaka merasakan seperti ada energi hangat masuk ke dalam tubuhnya. Secara perlahan, energi tersebut membuat rasa sakit di dalam tubuhnya menghilang. Tadi dia juga sempat merasakan, seolah kutukan yang selama ini ada dalam dirinya telah terlepas dan membuat dirinya merasakan lega.Dia berusaha untuk bangkit dari kesadarannya setelah merasakan bahwa luka dalamnya telah pulih dengan sempurna. Di saat kesadarannya mulai terkumpul, dengan samar-samar Jaka mendengar suara seseorang mengatakan ....“Tanpa bantuan dari sistem, aku hanyalah manusia lemah yang tidak bisa melakukan apa-apa.”Setelah mendengar suara itu, kesadaran Jaka langsung terkumpul dengan cepat. Suara tersebut membuat ingatannya kembali dengan cepat karena dia merasa seperti mengenal suara itu. Dengan cepat dia langsung membuka matanya, dan orang pertama yang dia lihat saat membuka mata adalah Kelvin yang sedang duduk di kursi sebelah kiri meja.Dengan cepat pria itu langsung bertanya, “Sistem? ... apa yang kau maksud deng
Tak terasa, sepuluh tahun telah berlalu. Dalam waktu sepuluh tahun ini, Suku Ndiwek sudah mengalami banyak perkembangan berkat keberadaan Kelvin dan Dewi Lily.Berbicara soal Dewi Lily, sampai sekarang pun dia masih menyembunyikan identitasnya dan hanya Kelvin saja yang tahu kalau dirinya adalah seorang dewi. Selama sepuluh tahun ini, dia mengunggunakan nama samaran Layla, dan semua orang di Suku Ndiwek memanggilnya dengan nama itu, termasuk Kelvin.Layla dan Kelvin masih tinggal satu rumah dengan Jaka. Namun, sekarang rumah Jaka tidak lagi terbuat dari bambu, melainkan kayu albasia. Tidak hanya rumah Jaka saja yang menggunakan kayu albasia, tetapi seluruh masyarakat Suku Ndiwek sudah menggunakan kayu albasia sebagai tembok rumah mereka.Sejak sembilan tahun yang lalu, masyarakat Suku Ndiwek diberi saran oleh Kelvin agar mereka menanam benih pohon albasia sebanyak mungkim, dan setelah pohon itu tumbuh, mereka membangun rumah menggunakan kayu pohon tersebut. Karena, pohon albasia adal
Bagas Arya adalah seorang pemuda berusia 19 tahun. Dia satu-satunya putra Ki Adi Pangestu dan Nyi Anantari. Saat ini dia sedang dalam perjalanan pulang menuju Suku Ndiwek—tempat tinggalnya. Namun, saat dia tiba di sana, dia mengernyitkan dahinya melihat Suku Ndiwek yang sepi, tidak seperti biasanya.“Di mana para warga Suku Ndiwek?” gumamnya sembari berjalan santai menuju ke arah rumahnya untuk beristirahat, karena dia merasa sangat lelah setelah melakukan patroli semalaman. Setelah jarak antara dia dan rumahnya hanya terpaut sekitar sepuluh meter, tiba-tiba seorang wanita berusia empat puluhan tahun keluar dari pintu rumah itu—itu adalah ibunya—Nyi Anantari.Melihat ibunya keluar dari rumah, Bagas mengernyitkan dahinya, karena tidak biasanya ibunya itu keluar rumah kecuali di hari Minggu. Karena, di hari Minggu semua warga Suku Ndiwek diwajibkan untuk ikut serta dalam pelatihan di arena latihan yang sudah dibangun sejak sembilan tahun yang lalu.Sementara sang ibu yang melihat Bagas
Pukul 18.21 malam.Setelah Jaka menyuruh semua orang untuk bersiap siaga dalam pertempuran yang akan datang, Kelvin memutuskan untuk pergi ke Hutan Ndiwek seorang diri. Di sana dia bertujuan untuk pergi ke tempat para burung-burung puter tinggal. Sesampainya di sana, dia langsung menangkupkan kedua tangannya hingga membentuk seperti ocarina, setelah itu dia meniup lubang yang terdapat pada sela-sela kedua tangannya yang dia tangkupkan itu, dan membuat suara yang mirip dengan kicauan burung puter.Beberapa saat kemudian, ratusan burung puter keluar dari habitatnya dan terbang berhamburan menghampiri Kelvin. Tentu saja, mereka sudah sangat akrab dengan Kelvin, karena Dewi Lily telah menceritakan kepada mereka semua kalau Kelvin adalah anak yang baik dan sayang terhadap burung puter.Dari ratusan burung puter itu, salah satunya diberikan kemampuan oleh Dewi Lily agar bisa berbicara, dia adalah pemimpin burung puter.“Apakah salah satu dari kalian ada yang mau membantuku?” tanya Kelvin.
Di dalam ruangan ini, Jaka melihat cahaya dari luar yang masuk melewati sela-sela pintu masuk yang ditutup. Dia mengernyitkan dahi. Karena penasaran, dia pun beranjak berdiri dari tempat duduknya, lalu berjalan menuju ke arah pintu untuk mengecek, ada apakah di luar?Ketika dia sampai di dekat pintu dan tangannya hendak meraih tuas pintu tersebut, dia mendengar suara Xenovia dan Kelvin sedang berbicara di luar.Mendengar suara Kelvin yang berkata akan membangun Suku Ndiwek menjadi Kota, membangun istana, serta ingin menjadikan dia dan istrinya menjadi raja dan ratu, Jaka merasa terharu dan langsung membuka pintu tersebut sembari berkata, “Kau tidak perlu melakukan itu, Nak. Melihat kalian pulang dengan selamat saja aku sudah sangat bersyukur.” Pria itu kemudian mendekat ke arah mereka, lalu memeluk Kelvin dan Dewi Lily.“Tanpa bantuan Xenovia, kami tidak akan selamat, Ayah,” kata Kelvin, dia dan Dewi Lily membalas pelukan Jaka.“Tidak!” kata Xenovia. “Aku tidak melakukan apa pun. Sis
“Ibu angkatmu?” tanya Xenovia, tidak mengerti dengan yang baru saja diucapkan Kelvin. “Kekuatan cahaya kehidupan?”(Sepertinya pemuda itu ingin mengajak Master untuk menggabungkannya kekuatan Sistem Cahaya dengan Kekuatan Sistem Kehidupan.)Ketika Kelvin hendak membuka mulut untuk menjawab pertanyaan Xenovia, tiba-tiba gadis itu langsung berkata, “Apakah kau ingin menggabungkan kekuatan Sistem Cahaya dan Sistem Kehidupan?”Kelvin tidak terkejut dengan perkataan Xenovia, karena dia bisa menerka kalau gadis itu pasti baru saja diberitahu oleh Sistem Cahaya. Dia hanya merespon ucapannya dengan berkata, “Benar, aku ingin menghidupkan kembali Dewi Lily. Dia adalah ibu angkatku yang telah dibunuh oleh ayahmu.”“Dewi Lily? Dibunuh oleh ayahku?” ulang Xenovia. Dia penasaran denga sosok ‘Dewi Lily’ yang baru saja dikatakan Kelvin, tetapi dia juga merasa bersalah, ketika ayahnyalah yang membunuh ibu angkat pemuda itu. Dia tidak bisa membayangkan betapa sakitnya perasaan Kelvin setelah kehilanga
Xenovia melepaskan Radiant Crescent Blade, senjata tersebut melesat ke arah Alex dan berhenti tepat tiga meter di atas kepalanya.Pada detik-detik yang menegangkan itu, waktu seolah-olah membeku saat Xenovia mengucapkan kata kunci skill ...."Skill Ultimate: Lunar Radiance!"Semburan cahaya yang menyilaukan meledak dari senjata Radiant Crescent Blade, menelan Alex dalam kecemerlangannya yang membakar. Setiap serat dari tubuhnya berteriak kesakitan saat cahaya yang kuat itu meresap ke dalam kulitnya, membakar seperti seribu matahari yang berapi-api. Penglihatannya kabur, dikonsumsi oleh cahaya yang menyilaukan saat gelombang rasa sakit yang menyiksa melonjak ke seluruh tubuhnya, setiap denyut nadi terasa seperti belati yang menusuk dagingnya.Berjuang untuk mempertahankan ketenangannya, Alex mengertakkan gigi melawan siksaan yang luar biasa, otot-ototnya menegang dalam upaya yang sia-sia untuk menahan gempuran Lunar Radiance. Bulir-bulir keringat menetes di dahinya, berbaur dengan air
(Misi dimulai. Ucapkan kata kunci skill ‘Skill Evasion: Teleportasi’ untuk berpindah ke lokasi tujuan.)“Tolong beri aku penjelasan secara detail tentang kekuatan sistem dan cara menggunakannya!” Tentu saja Xenovia harus meminta penjelasan. Bagaimana mungkin dia bisa langsung terjun menjalankan misi, jika dia belum tahu sama sekali tentang seluk-beluk kekuatan sistem? (Master ucapkankan saja ‘Open Equipment’, nanti akan muncul layar hologram yang akan menunjukkan beberapa perlengkapan yang Master butuhkan.)Xenovia pun menurut dan langsung mengucapkan, “Open Equipment.”Setelah itu, muncullah sebuah layar hologram di depannya, yang menunjukkan beberapa item perlengkapan tempur._________________________Equipment1. Senjata -Radiant Crescent Blade [Use]2. Aksesoris-Topeng Lunar Luminescence [Use]-Gaun Dawnbreaker [Use]-Sepatu Dawnbreaker Sprint [Use]_________________________(Senjata dan aksesoris itu akan membantu Master dalam pertarungan melawan Master Sistem Kegelapan nanti.
Setelah mendengar penjelasan dari sistem, Kelvin Stewart dengan mantap membuat keputusan.“B!” serunya tanpa ragu.Dengan memilih huruf ‘B’, artinya Kelvin memilih Xenovia sebagai Master Pemilik Sistem Cahaya. Dia ingin gadis itu sendiri yang memutuskan nasib ayahnya. Dia ingin agar gadis itu sendiri yang memutuskan untuk membinasakan ayahnya atau tidak. (Sesuai pilihan Anda, saya akan menjadikan Xenovia sebagai Master saya.)Cahaya dan data-data yang berada di depan Kelvin tiba-tiba lenyap. Kelvin tahu Sistem Cahaya pasti telah pergi ke tempat Xenovia yang kini berada di Suku Ndiwek.***Di Suku Ndiwek, lebih tepatnya di dalam rumah Jaka, Xenovia sedang duduk tegak di kursi panjang ruang utama. Diva dan Jaka duduk di sisinya, tetapi sekarang mereka hanya diam saja karena sudah tidak memiliki topik pembicaraan setelah ngobrol berjam-jam dengannya.Dalam keheningan itu, tiba-tiba cahaya yang amat terang muncul di depannya, menghiasi ruangan dengan pesona yang mampu membuat siapa saja
“Skill Evasion: Teleportasi.”Setelah mengatakan kata kunci skill itu, dalam sekejap mata, Kelvin telah berpindah di Kota Terratory, lebih tepatnya di halaman taman mansion Xenovia yang megah dan indah.Namun, keindahan taman itu cepat sirna saat pandangan matanya menangkap pemandangan yang mengerikan—Master Sistem Kegelapan dengan kejamnya mencengkeram kaki satpamnya sendiri hingga terdengar suara 'crack' dari tempat Kelvin berdiri.“Aaaaaaaaarrgh!” Satpam tersebut berteriak kesakitan.Dari sini Kelvin juga melihat Xena berdiri di sana. Dia melihat wanita itu langsung meraih pistol yang berada di celananya dan mengarahkan pistol tersebut ke arah Master Sistem Kegelapan itu. Namun sebelum wanita itu menarik pelatuknya, pria itu lebih dulu meninjunya dengan kekuatan dahsyat.Duar!Tinju dahsyat dari Master Sistem Kegelapan yang telah mencapai level 100 itu menciptakan suara yang memekakkan telinga, menyebabkan Xena terlempar ke udara. Tubuh wanita itu melayang dan menabrak pohon sakura
Tanpa berpikir panjang, Kelvin pun langsung berlari menghampiri mereka. Meskipun atribut kecepatannya telah mencapai maksimum, tetapi kali ini dia berusaha untuk berlari dengan kecepatan seperti orang biasa pada umumnya.Mendengar suara langkah kaki dari belakang, Jaka menghentikan langkah kakinya, begitu juga dengan Diva, gadis itu juga mendengar suara langkah kaki orang yang sedang berlari di belakangnya. Secara bersamaan, mereka berdua kemudian menoleh ke arah belakang, dan seketika itu juga, mereka melihat seseorang sedang berlari ke arah mereka, dan orang itu sudah tidak asing lagi bagi mereka.“Itu kan ....” “Itu Kak Kelvin!” Diva langsung merespon dengan cepat sebelum Jaka menyelesaikan perkataannya. Gadis itu tersenyum sumringah melihat orang yang sangat dirindukannya.Setelah Kelvin sampai di hadapan mereka, Diva langsung memeluk kakaknya itu sembari berkata, “Kakak, akhirnya kau kembali juga. Diva kira Kakak akan lama tidak kembali lagi. Diva sudah sangat merindukan Kakak,
Sebuah serangan tenaga dalam yang sangat dahsyat menghantam Master Sistem Kegelapan itu hingga terpental, menabrak pagar tembok yang berada di sebelah pintu keluar itu hingga jebol—pria itu terlempar sekitar ratusan meter dan jatuh terguling-guling di taman.Satpam yang sedang duduk di kursi panjang yang terletak di sebelah gerbang terbelalak melihat itu. Dengan segera, satpam itu berlari menghampiri pria itu seraya berteriak, “Tuan Alex!”***Sementara di dalam rumah, Xenovia berkata pada Kelvin dengan suara bergetar. “Kelvin, tolong jelaskan maksud semua ini! Kenapa ayahku tiba-tiba menjadi jahat setelah melihatmu, dan kenapa kalian memiliki kekuatan mengerikan dan ingin saling membunuh?”“Aku akan menjelaskan semuanya, tetapi tidak di sini.” Kelvin berjalan mendekati Xenovia dan ibunya.“Di mana?” tanya Xenovia penasaran.Tanpa menjawab pertanyaan gadis itu, Kelvin langsung menyentuh tangan Xenovia dan ibunya sembari mengucapkan kata kunci skill.“Skill Evasion: Teleportasi.”***“
“Apa yang ingin kau lakukan?” Pria itu menepis tangan Kelvin dengan kasar di saat pemuda itu hendak menyentuh tangan Xenovia. Kelvin terkejut dengan apa yang baru saja pria itu lakukan padanya. Dia menundukkan kepalanya di saat melihat tatapan mata pria itu yang terlihat sangat tidak bersahabat. Kemudian, dia bertanya pada sistem melalui pikiran. “Sistem, apakah pria ini tahu kalau aku ingin menteleport Xenovia?”[Sepertinya Sistem Kegelapan bisa mendeteksi tindakan yang akan Master lakukan.]“Apa yang ayah lakukan?” Xenovia pun dibuat terkejut dengan perlakuan kasar ayahnya pada Kelvin. “Dia ini temanku!”“Iya, Xenovia benar! Kenapa kau bertindak kasar kepada calon menantu kita?” kata ibu Xenovia sembari berjalan dengan cepat menghampiri mereka. “Menantu kita?” Pria itu mendengus. “Aku tidak sudi memiliki menantu sampah seperti dia!”“Sampah?” ulang Kelvin sembari mengepalkan tangannya. “Ya! Kau hanyalah anak sampah!” kata pria itu. “Kau si anak pemulung yang tinggal di kolong jem