MARISSA LOURD POV
Aroma rose menguar dari sabun mandi yang aku gunakan. Busanya aku mainkan membentuk bola-bola tak beraturan kemudian ku tiup, membuat mereka jatuh dan hancur.
Sepi dan kesepian. Kesibukan di kantor hanyalah sementara. Aku terjebak lagi di rumah ini.
Rumah yang didesain ramping dan hanya berlantai dua saja.
Rumah ini aku beli lantaran ingin menjauh dari keadaan rumah orang tuaku.
Sudah lima bulan lebih aku tidak berbicara dengan Bunda.
Apakah pria brengsek itu kembali lagi?
Bunda tidak akan pernah menghubungiku sekalipun ia tengah menderita.
Suara ketukan dari balik pintu rumahku membuatku malas beranjak dari bath-up.
Mungkin Alex? Astaga aku lupa tentang ajakan Pak Dylan.
Dengan tanggap, aku meraih handuk putih dan melingkarkannya ke badanku.
Rambutku yang masih basah, airnya menitik seiring aku berlari kecil menuju pintu.
Rumahku yang kecil tidak akan membuat orang lama menunggu pintu terbuka.
Dibaliknya bayangan tubuh tegap dan misterius berbalik ke arahku.
Noah Dylan, bosku yang tampan dan menggoda.
"Se-sebentar ya pak, sepuluh menit lagi saya sudah siap"
Aku yang masih memakai handuk, mohon pamit berganti pakaian.
Namun dicegah oleh tangannya yang berotot, tangaku mencoba mencegah handukku supaya tidak melorot.
"Tubuhmu yang masih mengenakan pakaian rapi saja sudah membuat otakku tidak berpikir jernih, apalagi versi yang seperti ini" wajahnya sendu, matanya mengitari tubuhku yang masih basah dan lembab.
Namun bagian intiku lebih dari basah dan lembab akibat guyuran shower, namun tubuh pria jangkung yang mengenakan jas dan dasi abu-abu.
Pikiran mesumku berfungsi kembali, dan ingin menarik dasinya menuntunnya ke kamarku. Memanjakan lubang intiku yang bergetar dan berdenyut.
"Na-nanti kita bisa terlambat, Mr. Dylan" bisikku lirih ke telinga kanannya, aroma parfumnya memabukkan.
Ia menggigit bibirnya sendiri, melihatku dengan penuh rencana liar.
Tiba-tiba tubuh tegapnya mendorong tubuhku ke sudut dinding.
Handuk yang kukenakan hampir melorot mempertontonkan sedikit payudaraku.
Seketika diraihnya buah dadaku, dihujani jilatan panas lalu dihisapnya bagai meminum anggur merah.
Aku mengerang tanpa henti, menarik tengkuknya dan mengacak-acak rambutnya yang ditata rapi oleh hair stylist ternama.
Persetan dengan rambut.
"Tanganmu benar-benar handal untuk memicu tubuhku yang menginginkanmu"
"E-eh Mister Dylan"
"Yah, yah call me Mr. Dylan. I love that"
Jilatannya makin melebar di setiap anggota tubuhku. Menghirup bau wewangian sabun yang kupakai.
Hembusan nafasnya mengalir ke area leherku, kepalanya tenggelam. Aku menjerit seiring tanganku mengajak rambutnya.
"Jadi rambut ini adalah pemicunya"
"I-iya" balasnya kehabisan nafas lantaran menyelami tubuhku.
"Kau benar-benar luar biasa Mr. Dylan"
"Tubuhmu yang luar biasa" Dia mengangkat tubuhku, kakinya menendang pintu rumahku yang setengah terbuka.
Pria ini benar-benar berpengalaman dan pandai memuaskan tubuh pasangannya.
Handukku tergeletak di atas lantai berkayu, langkah kakinya terdengar renyah di telingaku. Berjalan menuju dapur.
Suara aneh muncul dari dalam perutku. Sialan dari tadi pagi aku belum sempat makan.
"Sepertinya bagian tubuhmu yang lainnya minta dipuaskan dengan cara berbeda" Kepalanya menunduk di depanku yang terduduk di atas meja dapur.
Aku terkekeuh melihat tingkahnya yang seakan sudah akrab denganku.
"Okay, kita cari makanan apa yang bisa membuat suara ini tidak mengganggu malam kita"
Noah membuka kulkas yang berada di ujung ruang dapur. Matanya menelusuri rak-rak yang menyala terang dan berembun.
Menjadi penggila kerja membuatku tidak becus mengurus diri. Jadi tidak heran apabila kulkas tidak berisi dan beralih fungsi menjadi pajangan semata.
"Oh, sepertinya benda ini membuat otakku menciptakan ide yang akan memuaskanmu"
Di genggamannya terdapat whip krim alias krim kocok rasa strawberry. Di tangannya yang lain terdapat satu buah cherry.
Mulutku terbuka lebar melihat cherry yang ia bawa.
"Hold on baby, sabar ya"
Tangannya mengguncang krim kocok dan menyemprotknnya di atas putingku.
Lidahnya terjulur dan memakan habis krim berwarna putih itu.
Buah ceri yang ranum itu diletakkan di depan mulutnya. Mulutnya memagut bibirku dan mengalirkan rasa ceri yang manis.
Pria ini benar-benar pandai membuat seks menjadi lebih bergairah dan tidak membosankan.
"Sekarang giliranku" kataku tersenyum nakal.
Krim rasa favoritku meluncur di atas permukaan kulit pria berwajah tampan itu.
Dadanya yang lebar dan agak berbulu diselimuti oleh krim kocok.
"Sepertinya mulai malam ini krim kocok dan ceri akan menjadi hidangan favoritku"
"Tidak akan lengkap tanpa tubuhku"
"You're right baby"
Lidahku menari seiring krim kocok itu habis kujilat dan kunikmati. Bukan hanya merasa kelaparan, perutku digerayangi kepuasaan dan kenikmatan.
Dia mendesah, menarik rambutku yang masih basah.
Erangannya semakin deras ketika aku menjilat putingnya.
Tanganku meraih bagian tubuhnya yang menegang.
Menyeprotkan kembali krim kocok itu ke ujung batangnya.
Aku kekeyangan.
Dia menarik tubuhku, dan menciumku penuh candu.
Ku balas ciumannya dengan lihai.
Kuarahkan tangannya ke area bawahku yang mulai basah dan meronta minta dipuaskan
sudut bibirnya terangkat sebelah dan nakal.
Aku terus mengerang ketika benda miliknya menghujam milikku dengan liar dan penuh nafsu.
Ia yang masih mengenakan pakaian
Tanganku meremas pantatnya yang selama ini membuat salivaku berceceran setiap membayangkannya
Kini tanganku benar-benar meremas dua bola yang presisi seperti dipahat langsung oleh malaikat.
**
Aku meringkuk seperti bayi di dalam pelukan Noah. Ia mengecup pundak polosku
Tidak seperti malama-malam biasanya setiap kali aku tidur bersama pria lain. Kita akan berakhir menjadi orang asing yang tidak pernah sekalipun bertemu. Satu malam yang dilupakan dan terkubur di antara malam-malam yang lain.
Kali ini wajah tegas yang menatapku membuat pikiranku dibungkam untuk berpikir hal lain. Wajah kami yang hanya berjarak beberapa inchi. Nafasnya menguar membuat ku ingin melumat bibir merah mudanya
Sungguh aku tidak ingin berakhir seperti Bunda yang dibodohi sepanjang hidupnya untuk seorang pria yang menyia-nyiakan pengorbanan Bunda.
Efek kupu-kupu mulai berenang di perutku.
Sesegera mungkin aku musnahkan efek aneh itu dengan menggelengkan-gelengkan kepala. Rambut panjang yang ku semir warna merah menyibak-nyibak ke arah wajah Noah, sontak ia pun terbangun dari tidur tampannya.
“Ada apa, Baby?”
“A-ah tidak apa-apa pak, tadi kukira ada serangga terbang di atas rambutku” balasku sedikit kikuk
“Pasti pikiran kotormu sudah bangun dari lelapnya. Buktinya pipimu merah sekali”
“N-nggak mungkin lah, pak” Senyuman kikuk kembali terbit
“Jadul banget kamu manggil aku pak, muka sudah tampa begini malah dipanggil kek bapak-bapak yang suka merokok, dan punya anak lima” protesnya macam anak kecil yang bawel.
Baru tahu bahwa seorang Noah Dylan yang terlihat tegas ternyata sangat banyak bicaranya.
Ia menghampiriku yang sedang bersiap-siap berangkat ke kantor. Pikiraku mencoba menata bagian-bagiannya untuk melupakan fakta bahwa aku telah tidur bersama dengan bosku sendiri. Tangannya menyapu lembut rambutku sembari mengecupku berkali-kali. Aku semakin tenggelam dan mabuk kepayang dihantam perasaan ambigu dan nikmat tercampur aduk. Hatiku mulai gusar.
AUTHOR POVHigh heels berwarna merah berayun-ayun di balik meja di sebuah kantor, tangan putihnya meliuk-liuk dengan girang. Pena yang ia pegang. Mulutnya yang disapu lipstik merah mate tersenyum kecil takut dilihat orang lain di kantor itu.Marissa masih membayangkan kenikmatan yang dialaminya semalam. Ia kadung candu dengan kelihaian Mr. Dylan. Baru kali ini Marissa mendapatkan pria yang bisa memenuhi petualangan seksualnya. Alex, sahabatnya tidak begitu lihai membuat suasana seks menjadi lebih bervariasi.Ia sudah jatuh cinta dengan tubuh bosnya sendiri.Ponselnya berdering. Layarnya menganga menampilkan sebuah pesan teks dari si pengirim bernama Mr. Dylan.Nanti kita makan siang bareng yaMenu hari ini apa, Tuan?ku balas pesannya. Ia tersenyum di balik jendela kaca ruangannya yang menhadap ke mejaku.Tentu saja hidangan yang menggairahkan
NOAH DYLAN POVPerasaan bersalah membuat kepala ku pusing. Kuacak asal rambut, memaki wajah tampanku.Sial, bodoh sekali aku ini. Alisku berkerut tengok puluhan panggilan tak terjawab serta beberapa pesan dari Mika, pacarku.Aku meninggalkannya sehari setelah berpacaran dengannya, dan sibuk meniduri wanita lain. Ku kerutuki wajahku dengan berbagai julukan binatang.Tubuhku kini terjebak di kamar mandi seorang wanita yang belum lama kukenal, dan dia adalah sekretarisku sendiri.Rahangku mulai mengeras mengingat semalam bermimpi tentang wanita itu.Aku jatuh cinta dengan tubuh Marissa, tapi hatiku berdetak hanya untuk Mika.Penyakit ini telah membunuh jiwa kemanusiaankuKata Reigen, kerabat sekaligus dokter yang selama ini menangani gangguan psikologis ku yang telah mendiagnosa penyakit ini sejak lima tahun silam.Aku tidak yakin akan hidup deng
AUTHOR POVMika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerjaMengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? BatinnyaIa menggeleng keras.Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex.“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak
To be continuedAUTHOR POVWajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.“Kenapa lu, kesambet?”“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu."Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali""Ndak lex, belum aku ceritain ya""Ceritain apa""Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebuAlex tercenung.Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap N
AUTHOR POVViola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.Selang be
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju
AUTHOR POVLembaran-lembaran foto yang berada di tangan mulus wanita itu tak habis-habis membuat bibirnya yang penuh dan merah menyala tertawa macam penyihir tua dari kisah-kisah dongeng anak.Beberapa gambar yang memperlihatkan sepasang manusia saling memagut dan bercumbu.Siang, darling. Nanti malam jangan lupaSatu baris kotak pesan bertengger di layar Marissa. Sebuah kalimat yang seminggu terakhir ini menjadi candu bagi dirinya dan Noah.Foto-foto yang menampakkan seorang pria yang memeluk wanitanya.Terlihat biasa tapi sukses memunculkan kembali smirk di wajah seksi seorang Marissa Lourd.Semalam ia merasa benar-benar kecewa dengan perkataan tak berperikemanusiaan yang Alex lontarkan ke hadapannya. Malam itu benar-benar chaos.Mengenal Alex sebagai Friend With Benefit bukan hanya menumbuh orientasi seksualnya saja. Namun perasaan lain juga tumbuh di hati Marissa terhadap Alex, sahaba
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn
MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela
AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at
ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn