To be continued
AUTHOR POV
Wajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.
“Kenapa lu, kesambet?”
“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.
Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu.
"Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali"
"Ndak lex, belum aku ceritain ya"
"Ceritain apa"
"Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebu
Alex tercenung.
Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap Noah ceritakan dulu?
Kenapa di antara jutaan perempuan, kenap harus Mika yang jadi cinta pertama pria brengsek itu?!
***
Seharian berada di kantor benar-benar membuat kepala Tony dipenuhi suara dentuman keras yang membuat kepalanya berputar.
Ia belum faham perasaan apa yang kurasakan terhadap Mika. Gadis yang bangga akan nada medhog-nya dan kerap belopetan ketika menggunakan kosakata lu dan gue itu telah memikat hatinya.
Mika adalah gadis pertama yang membuat pikirannya lurus selurus bangunan-bangunan yang menjulang di tengah-tengah tubuh kota Jakarta. Pikiran yang lurus mengarah ke masa depan dalam jangka panjang.
Alex kepincut dengan perempuan yang baru Ia kenal beberapa bulan ini. Lekuk pipit di kedua sisi pipinya yang tidak tirus, tawanya yang menggelegar, rambutnya yang lembut dan panjang, sikapnya yang berani dan apa adanya. Bukankah perempuan semacam ini masih banyak di luar sana?! Tapi kenapa hanya satu yang punya hak menusuk-nusuk hatinya.
Ditambah pria yang menjadi kekasihnya adalah pria sialan. Pria yang merenggut kasih sayang yang kuterima dari seorang wanita yang aku sayangi. Meskipun wanita itu sama persis brengseknya dengan Noah.
Kira-kira dimana wanita jalang itu, apakah dia sudah mati?
Alex yang masih kepikiran dengan berita gembira menurut Mika merasa linglung.
Pelampias terbaik adalah bertemu dengan Marissa.
Alex mengemudikan kuda besinya menuju hotel bintang lima yang berlokasi tidak jauh dari pusat kota Jakarta
Mobil sejuta umat yang ia tumpangi menelusuri jalanan yang agak lengang Ibu Kota Negara itu. Hatinya benar-benar kalut. Macam orang yang tak waras Ia melajukan kendaraan beroda empat berwarna putih itu berkeliling tanpa tujuan hingga menjelang maghrib.
Malam minggu yang kelam bagi pemuda setampan yang biasanya ia habiskan bermain dengan lawan jenis berparas cantik yang bersedia membuka baju di depannya.
Warna jingga yang beradu dengan semburat merah muda yang dikombinasi setumpuk awan yang membimbing larinya cahaya agar segera menenggelamkan diri.
Sudah dua jam ia berkeliling Jakarta, jika dikira-kira jarak yang ia tempuh sama dengan jaraka Jakarta ke Bandung. Menghamburkan bahan bakar!
Pikirannya yang semrawut mengajaknya untuk pergi ke tempat sialan yang membuat Mika dan pria bangsat itu saling bertemu.
Dia terlihat seperti pria paling menyedihkan di antara orang-orang yang saling melempar tawa satu sama lain dengan tangan yang masing-masing memegang sesuatu. Satu tangan untuk minuman satunya lagi menjamah tubuh wanita yang berbaju nyeplak.
“Halo ganteng” Seorang gadis berperawakan tinggi dan kurus dengan wig berwarna blonde itu merangkul Alex yang masih malas untuk berkomunikasi.
Viola adalah gadis yang kerap menjadi langgananku. Ia terpaksa putus sekolah akibat kelakuan Bapaknya yang suka mabok dan tak pernah memberinya uang jajan. Sedangkan Emaknya pergi merantau ke Arab menjadi TKW, sudah bertahun-tahun tak ada kabar yang mampir ke rumah Viola. Orang-orang yang bekerja disini tak memiliki pilihan lain untuk bertahan di tengah sukarnya memenuhi kebutuhan hidup.
Meskipun oksigen gratis tapi makan dan status pengakuan adalah hal yang tidak gratis.
Sama halnya dengan Alex Andrew yang jatuh miskin akibat perusahaan Ayahnya yang bangkrut. Itu sebabnya ia selalu memberi uang lebih kepada Viola. Viola bukanlah nama asli gadis berusia dua puluhan itu, nama alias adalah cara mereka untuk menghindari kejamnya mulut tetangga.
“Hey, Mas baik-baik aja kan?” ucap viola melihat wajah Alex yang muram
“gue baik-baik aja kok, Cuma lagi ga mau diganggu” tangan kurus Viola yang melingkari dada Tony dari belakang itu langsung dilepas
“Tapi ga mungkin kan kalo nolak minum” tawar Viola menatap Alex penuh iba.
“oke, bawain kek biasanya” sebotol cairan peluntur kesadaran mengalir ke seluruh darah Alex sampai ke otak.
Tubuhnya kegerahan akibat efek air setan itu.
Hingga suara dering telepon menyalakan layar gawai, menyibak sinar yang membuat mata birunya kaget dan perih.
Dengan gontai ia menekan ikon berwarna hijau, layar gawainya menampilkan sebuah tulisan Friend with Benefit alias Marissa yang ia letakkan di sebelah kuping Alex untuk mendengar suara dari si penelepon.
“Lex, lu lagi dimana? Anterin gue ke supermarket yuk” suara dari seberang membuat bulu-bulu halus di telinganya sedikit kegelian.
Tony yang berada di ambang ketidaksadaran hanya menjawab suara itu dengan bergumam
“Lo lagi sama Viola ya?”
Tony hanya manggut-manggut meski orang di seberang sana tak menahu gerakannya.
“Ya udah kagak jadi. selamat menikmat malam minggu, baby ku” suara centil Marissa membuat sudut bibir Alex naik.
To be Continued again
AUTHOR POVViola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.Selang be
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju
AUTHOR POVLembaran-lembaran foto yang berada di tangan mulus wanita itu tak habis-habis membuat bibirnya yang penuh dan merah menyala tertawa macam penyihir tua dari kisah-kisah dongeng anak.Beberapa gambar yang memperlihatkan sepasang manusia saling memagut dan bercumbu.Siang, darling. Nanti malam jangan lupaSatu baris kotak pesan bertengger di layar Marissa. Sebuah kalimat yang seminggu terakhir ini menjadi candu bagi dirinya dan Noah.Foto-foto yang menampakkan seorang pria yang memeluk wanitanya.Terlihat biasa tapi sukses memunculkan kembali smirk di wajah seksi seorang Marissa Lourd.Semalam ia merasa benar-benar kecewa dengan perkataan tak berperikemanusiaan yang Alex lontarkan ke hadapannya. Malam itu benar-benar chaos.Mengenal Alex sebagai Friend With Benefit bukan hanya menumbuh orientasi seksualnya saja. Namun perasaan lain juga tumbuh di hati Marissa terhadap Alex, sahaba
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela
AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at
ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn