AUTHOR POV
Viola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.
Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.
Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.
Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.
Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.
“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.
Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.
Selang beberapa waktu, mobil yang diselimuti warna hijau itu berlari ke arah dua orang yang sedang duduk di depan halte tepat di sebelah klub malam itu.
“silahkan masuk sayang” ujar Viola yang berusaha menahan tubuh Alex yang jauh lebih berat dan besar darinya.
Viola menepuk kedua tangannya seperti orang yang habis memegang sesuatu yang kotor. Beres!
“Pak, ini kita pergi kemana?” Bapak berkumis dan botak itu menanyai Alex yang masih mencari kesadaran.
“Ke jalan merpati nomor 16 pak” jawabnya lirih
***
Rumah minimalis khas perkotaan berwarna coklat pastel membuat mata biru Alex sedikit terbuka. Dengan asal ia menggapai kantong jaket yang ia kenakan mengambil lembaran uang untuk diberikan ke Pak sopir tadi.
Alex berjalan gontai meraih daun pintu dan mengetuk dengan kasar.
Wajah Marissa yang masih segar dan rambut yang masih basah menguarkan aroma shampo almond favoritnya. Shampo yang kerap Alex beli di supermarket dengan diskon mentereng membuat Marissa terpikat dengan aroma sekaligus angka persen yang terpampang di rak itu.
“Astaga, bau banget sih lu. Mohon maaf bapak salah alamat nih. Tadi ketemu ayu ting-ting ya?”
Alex tertawa kecil mendengar virus guyonan recehnya menular ke Marissa.
“ehhmmm”
“ ehmmm teros, bisu lu” celetuk Marissa masih di daun pintu
Wajahnya yang memerah akibat kebanyakan menenggak minuman keras, membuatnya liar dan nafsu meniduri Marissa.
“Gue pengen tidur sama lu”
“Mulai sekarang gue udah ga bisa jadi friend with benefit buat lu” ancam Marissa berapi-api
Alex hanya menggeleng malas.
Mukanya yang dipenuhi bulu halus di dagunya yang tegas belepotan darah akibat hantaman security yang terpaksa memukulnya karena membikin keributan. Di sisi lain, tubuhnya dikuasai hawa nafsu sampai ke ubun-ubun.
Ia mendorong tubuh Marissa yang mengenakan dress meski ia berada di rumah. Meski Marissa lebih sering menggunakan dress feminim ketika di luar, namun daster adalah baju kebesarannya.
Kenapa ia memakai dress, bukankah malam minggu adalah waktu khusus kami berdua?
Marissa yang bertubuh mungil merasa kesakitan akibat didorong dengan kasar ke arah tembok samping pintu kamarnya.
Lumatan bibir Alex yang kasar dan membabi buta membuat wanita itu sesegera mungkin melepas cengkeraman sahabatnya ini.
“Brengsek lu, Lex. Sakit tau!” hardik Marissa, disapu mulutnya yang berantakan akibat kissing tadi.
“Sorry, gue butuh pelampiasan Mar, please bantu gue” Alex masih bersikeras meraih tubuh Marissa dan mencoba melucuti gaun merahnya. Meremas kedua buah dadanya. Mengusik bagian sensitifnya. Marissa mengerang, bukan mengerang karena merasa nikmat tapi sebaliknya merasa sakit akibat gerakan Marissa yang kasar.
Alex yang sibuk memainkan jari-jari tangannya keluar masuk ke dalam bagian sensitifnya Mika.
“Stop, Lex!”
"Biasanya juga mau lu"
"Karena lu udah bikin gue kecewa" kata Marissa setengah terisak.
Marissa yang berusaha memohon dengan lembut, menangis sesenggukan akibat diperlakukan macam pelacur oleh kawannya sendiri. Bukan hanya itu, hatinya remuk melihat kenyataan Alex telah berubah dan kurang memperhatikannya setelah mengenal Mika.
“Bruakkk” sebuah hantaman keras muncul dari pintu rumah Marissa yang belum sempat dikunci.
Alex yang berada di ujung kesadaran tak menghiraukan suara itu. Sekonyong-konyong satu kepalan tangan menghantam kesadarannya. Darah muncrat dari mulutnya.
“Noah!” Marissa bangkit dan memeluk Noah
“It’s okay baby” kata Noah mencoba menenangkan Marissa yang masih terisak dan shock
“Eh, bangsat lu. Berani-beraninya lu megang cewe gue!” teriak Noah berapi-api
Alex yang sudah sadar, terkejut mendengar pengakuan Noah Dylan – kekasih sahabat sekaligus pria perebut wanita pertamanya, bahkan kini ia merangkap menjadi kekasih gelap friend with benefitnya Alex.
Orang ini benar-benar perusak hubungan!
Ia tak menghiraukan keadaan Marissa yang bergidik ketakutan akibat ulahnya. Dia lebih mengkhawatirkan Mika.
“Lu itu yang lebih bangsat tolol” teriak Alex tak kalah berapi-api.
“Maksud lu apa?!” Noah yang kebingungan dengan pernyataan orang mabuk yang tak waras itu
“Lu selingkuh sama perempuan ini, brengsek lu!. Sedangkan pacar lu, si Mika setiap hari dia ngabisin waktu mikirin lu, ngawatirin lu. Lu malah sibuk main-main di atas kasur sama pelacur ini!” Alex kerasukan.
Noah yang mendengar fakta itu seketika diam seribu bahasa.
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju
AUTHOR POVLembaran-lembaran foto yang berada di tangan mulus wanita itu tak habis-habis membuat bibirnya yang penuh dan merah menyala tertawa macam penyihir tua dari kisah-kisah dongeng anak.Beberapa gambar yang memperlihatkan sepasang manusia saling memagut dan bercumbu.Siang, darling. Nanti malam jangan lupaSatu baris kotak pesan bertengger di layar Marissa. Sebuah kalimat yang seminggu terakhir ini menjadi candu bagi dirinya dan Noah.Foto-foto yang menampakkan seorang pria yang memeluk wanitanya.Terlihat biasa tapi sukses memunculkan kembali smirk di wajah seksi seorang Marissa Lourd.Semalam ia merasa benar-benar kecewa dengan perkataan tak berperikemanusiaan yang Alex lontarkan ke hadapannya. Malam itu benar-benar chaos.Mengenal Alex sebagai Friend With Benefit bukan hanya menumbuh orientasi seksualnya saja. Namun perasaan lain juga tumbuh di hati Marissa terhadap Alex, sahaba
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela
AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at
ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn