AUTHOR POV
Mika masih sibuk menunggu balasan Noah. Sudah 24 jam ia menghilang. Mika yang satu perusahaan tak bisa pergi seenaknya mencari Noah ke ruang kerja
Mengaku pada staf lain bahwa aku kekasih barunya? Batinnya
Ia menggeleng keras.
Matanya bergidik risih, merasa bodoh jika melakukannya. Alex yang duduk di samping Mika tengah asik mengunyah sepiring nasi padang. Suara berisiknya yang makan tak mengganggu wanda yang masih sibuk menggeser layar ponselnya. Tidak seperti biasanya Mika yang selalu mengeluh kalau ada yang bersuara saat makan.
“Dari tadi gue sengaja bikin suara pas makan, lu kok ga ngomel. Kagak biasanya, what’s happen, girl?
“Pusing gue, pacar gue ga ngasih kabar dari kemaren” keluh Mika dengan intonasi yang masih medhog
“Jangan-jangan doi maen sama ceweknya yang lain” ejek Alex.
“Eh jancuk sekali anda, ga mungkin dia kayak gitu” elak Mika mencubit pinggang Alex.
"Kayaknya gue bakalah ketagihan sama sentuhan tangan lu"
"Sentuhan dari mana?" balas Mika mencubit pinggan Alex lebih keras, membuatnya menjerit.
“Sialan anda, lagian kan biasanya anak konglomerat selain main uang juga main cewe”
“kek tahu aja lu anak konglomerat sukanya apa?, emang lu anak konglomerat?! Balas Mika sedikit kesal.
Satu pukulan mendarat ke punggung lebar Alex.
Sontak membuat Alex merintih dan berteriak lagi dan lagi. Tak sedikit kepala menoleh ke arah sumber suara, membuat Mika menciut malu.
Lagi-lagi dua manusia alien ini yang bikin ribut seisi kafetaria
"Tangan lu keknya lincah kalau ngepuasin para laki-laki yang kelaparan"
"Ndak faham saya" Mika kebingungan dengan tingkah kawan absurdnya itu.
"Nih lihat di balik celana dalam gue, dia pengen disentuh sama tangan lu" ucap Alex memutar matanya ke arah tonjolan di celana kain berwarna krem itu.
"A-astaga" Mika reflek memukul paha Alex.
"Sialan lu, malah megang paha gue. Gara-gara lu makin liar piaraan gue"
"Mending Alex tidur deh, kayaknya pikiranmu lagi capek"
"Capek lagi nungguin lu mau muasin nih orok. Gue ikhlas dicubitin sampe bengkak, merah, biru atau bahkan item asalkan yang ini bisa terpuaskan"
"Edan!"
"Pipi lu merah, ga usah ngelak"
Alex terkekeuh, matanya terkesima melihat tingkah absurd kawan sekantornya ini. Bukan pandangan seorang teman tapi seorang pria.
Jantungnya naik turun, ketika senyum manis muncul dari bibir Mika yang berisi dan berwarna merah muda. Fantasi seorang pria dewasa menguasai otak tony. Mulutnya mulai berkedut membayangkan mulutnya beradu dengan mulut wanda.
“Woi, gene awakmu sadaro?” (ada apa dengan kamu, sadarlah?)
satu pukulan lagi menyambar pikiran kotor laki-laki tidak normal itu. Mukanya merah padam.
***
Kegelisahan Mika masih berjalan sampai ia menginjakkan kakinya di depan rumah peninggalan orang tuanya. Hatinya menyepi seiring langkah kakinya lesu menyusuri kamar mandi. Tubuh letihnya telah lengket bukan karena beban pekerjaan saja, tapi juga pikirannya masih liar mengenai keberadaan Noah yang tiada kabar.
Terlalu lama menanti balasan pacarnya membuat matanya tidak tahan untuk segera mengatup.
Suara dering telepon pintarnya membuatnya terbangun. Ia masih sibuk mengucek matanya yang masih lelah lantaran kebanyakan menatap layar komputer.
Diraihnya gawai pintarnya menilik jika ada notifikasi pesan dari Noah.
Nihil.
Yang ada hanyalah pesan receh dari Alex yang mengajaknya pergi ke bioskop. Saking malasnya pesan itu tidak ia balas.
Halah palingan dia lagi kesepian sebab tidak ada wanita yang bisa ia ajak untuk bermalam minggu, batin Mika menanggapi kelakuan Alex yang random.
Langkah kakinya lesu menuju ke kamar mandi. Wajah dan badannya lengket akibat langsung ketiduran lantaran biasanya ia mandi sebelum terlelap dan berjibaku dengan bunga tidur.
Tumpahan air pancuran yang hangat membuat otot-ototnya yang lesu menjadi sedikit baikan. Namun hal itu tidak berlaku dengan kegamangannya tentang Noah.
Ia benar-benar faham akan kesibukan pacarnya itu.
Dia terpaksa mengurungkan niatnya pergi ke bioskop. Mika tidak keberatan bila pergi menonton sendirian. Bahkan ia sudah terlanjur terbiasa sebelum bertemu dengan Noah lagi.
Tapi film itu membuatnya menunda menonton lantaran ia ingin menikmati film itu bersama Noah.
Suara gedoran pintu yang agak kasar, atau mungkin memang kasar membuyarkan lamunan Mika.
Mika, mika, kamu di rumah ga?
Suara yang tidak asing, Noah?
Benar!
Mata Mika yang semula sayu mendadak terbuka lebar melihat sesosok manusia bertengger di depan kamar mandi hanya mengenakan handuk.
"Noah!!” teriak Mika tanpa pikir panjang
“Sssttt baby, suaramu terlalu kencang”
Satu kecupan mendarat ke bibir lembab Mika tanpa permisi
Kerinduan selama 24 jam seketika tandas selepas dua bibir saling menyentuh.
“Kamu kemana aja sih?”
“Tadi pagi ada meeting mendadak ke singapore baby” jawab Noah merasa bersalah atas kebohongannya.
“Kan bisa nge-text aku dulu supaya aku tak khawatir”
“I am so sorry baby, aku kelupaan. Maaf ya”
Noah merasa bersalah telah memunculkan sekat dan pengkhianatan di antara dia dengan Mika.
“It’s okay, yang penting besok jangan lagi ya”
“Well, tapi aku sudah rindu dengan pelukanmu. Sudah 24 jam aku menunggu untuk menidurimu”
Noah menarik tangan Mika menuju kamar mandi. Melucuti seluruh pakaiannya. Tubuh mereka menyatu di bawah guyuran air hangat dari shower. Kekhawatiran serta keletihan Mika telah usai selepas bertemu kekasihnya.
"A-aku sudah mandi, Noah"
"Mandi bersamaku, belum kan?"
Tangan Noah mengangkat tubuh Mika ke dalam bath-up dan memilin puting Mika, membuatnya kian menegang selepas dihisap berkali-kali oleh lidah lihai Noah. Gerakan tangannya yang sudah ahli turun ke daerah yang paling menginginkan kenikmatan. Menuju kepuasaan tak terbatas. Erangan lirih yang keluar dari atas tenggorokan Mika seperti alunan yang mempercepat gerakan Noah. Mendorong tubuh montok Mika menuju kenikamatan.
Lidahnya masuk ke dalam mulut Mika yang menganga akibat dorongan kenikmatan. Noah yang merem melek semakin mempercepat laju dorongan bendanya menuju kepuasan romansa.
***
Suara deru mobil melesat menyusuri jalanan yang basah, guyuran air hujan yang menambah suasana menjadi lebih menegangkan. Seorang pria duduk di depan kemudi, matanya tajam sambil menggurutu. Sebelahnya wanita berparas ayu beradu mulut dengan pria tadi. Di bagian kursi belakang, bocah laki-laki sebagai penonton. Mobil makin melaju membelah air langit sampai suatu cahaya menyoroti, lantas adu mulut terhenti menjadi sebuah teriakan dan hantaman keras.
Derasnya hujan mengalir bersamaan dengan merahnya darah.
“Ahhhhh” teriak Noah di penghujung mimpinya
“Tenang sayang, Tenang” Mika mengelus dada Noah, menenangkan
Segera Noah meraih tubuh Mika menuju pelukannya.
“Will you marry me?”
Mika memasang ekspresi tertegun ketika mendengar celotehan malam seorang Noah Dylan, reflek mengangguk setuju. Batinnya merasa Noah mungkin hanya mengigau.
Mika mengelus rambut coklat pacarnya itu. Ia menggumam sebuah lagu yang kerap Maminya nyanyikan ketika ia tengah merasa ketakutan dan sedih.
The long and winding road
That leads to your door
Will never disappear
Suara Mika yang merdu membuat alis Noah yang tadinya berkerut menjadi lebih tenang di dalam dekapannya.
***
Aroma makanan membangunkan indera penciuman Noah. Dengan percaya diri ia melangkah menuju ruang dapur rumah Mika dengan bertelanjang bulat.
"Semalam, lagu yang kamu nyanyiin, lagunya siapa Mik?"
"Lagunya The Beatles, lagu itu yang sering dinyanyiin Mami kalo aku lagi ga bisa tenang" balas Mika tengah sibuk mengaduk masakannya.
"Bikin apa babe?"
"Rendang jengkol"
"Fi-nally" ujar Noah sambil melompat kegirangan.
"Jangan lupa pakai baju"
Noah tersenyum kikuk melihat tubuhnya yang tidak mengenakan apapun.
“Will you marry me, sayang?
Tubuh gagahnya berlutut di samping Mika, mereka-ulang lamaran malam tadi.
“Pakai celana dulu, Noah”
“Tidak akan, kalau kau tidak menjawab”
"O-okay"
Noah yang masih bugil menerjang tubuh Mika, memeluknya sembari menangis.
To be continuedAUTHOR POVWajah Mika yang ceria ketika masuk menuju lift membuat Alex keheranan. Alex merasa sahabatnya sudah sengklek sebab seharian kemarin wajahnya kusut dalam semalam berubah menjadi seriang atau segila ini. Tapi entah kenapa mukanya memerah dan menganggap Alex lebih imut dari biasanya.“Kenapa lu, kesambet?”“Eh, Mika seneng banget, banget dan banget. Tadi pagi Noah ngelamar aku, lex!” teria Mika, sontak membuat seluruh penumpang lift lainnya tertegun.Dalam satu kalimat saja yang terlontar dari mulut Mika sukses membuat hati tony runtuh pagi itu."Mickey, lu itu baru kenal dia. Ga mungkin dia langsung seserius ini. Bohong kali""Ndak lex, belum aku ceritain ya""Ceritain apa""Kita berkawan sejak kecil, lex." ucapnya menggebu-gebuAlex tercenung.Apakah Mika ini adalah gadis yang kerap N
AUTHOR POVViola membopong tubuh Alex yang sempoyongan dan beraroma alkohol keluar dari tempat itu. Ia mengamuk dan menghancurkan hampir seluruh tempat Viola mencari nafkah.Bukan tanpa alasan Alex membabi buta akibat kedatangan pria berumur yang penuh nafsu ingin menerkam tubuh Viola.Pekerjaan Viola bukanlah anggota prostitusi semacam itu. Pekerjaannya tidak lebih dari sekadar menemani orang-orang berkantong tebal yang mampir untuk minum dan berjudi. Tidak lebih dari ranjang dan kondom.Alex berlari dengan terhuyung dan menerjang pria busuk itu. Ia kalap ketika membayangkan wajah Viola adalah wajah teduh milik Mika.Dan pria tua itu adalah Noah sialan itu.“okay, stay disini. Aku carikan taksi online dulu” ucap gadis yang Alex selamatkan tadi sekaligus membuatnya dalam masalah.Tangannya menggenggam dan menggeser ke kanan, ke bawah dan ke arah lainnya secara acak untuk memesan layanan taksi online.Selang be
ALEX ANDREW POVSialan Noah Dylan!Manusia biadab yang tak tau diri telah mengkhianati sahabatnya sendiri, Mika Lodge.Dan kenapa harus Marissa? Tak habis pikir perempuan yang delapan tahun ini menjadi sahabatku berakhir menjadi seorang pelakor!Meskipun Marissa tak jarang bersama dengan kaum adam. Marissa bukanlah tipe yang memiliki hubungan lebih dari satu malam. Setidaknya aku adalah pengecualian sebelum malam ini.Noah dan Marissa masih mematung dan menunduk.Sudut bibirku yang sedikit berdarah tertarik ke atas.Cih, dua manusia laknat yang pantas bersama!Rumah mungil Marissa berada di area perumahan yang sepi sebab kebanyakan penghuninya adalah pekerja kantoran. Malam minggu adalah waktunya euphoria di tempat-tempat yang menyuguhkan penghiburan di waktu kerja yang ketat dan penat.Satu demi satu langkah kaki ku yang abstrak melaju
AUTHOR POVLembaran-lembaran foto yang berada di tangan mulus wanita itu tak habis-habis membuat bibirnya yang penuh dan merah menyala tertawa macam penyihir tua dari kisah-kisah dongeng anak.Beberapa gambar yang memperlihatkan sepasang manusia saling memagut dan bercumbu.Siang, darling. Nanti malam jangan lupaSatu baris kotak pesan bertengger di layar Marissa. Sebuah kalimat yang seminggu terakhir ini menjadi candu bagi dirinya dan Noah.Foto-foto yang menampakkan seorang pria yang memeluk wanitanya.Terlihat biasa tapi sukses memunculkan kembali smirk di wajah seksi seorang Marissa Lourd.Semalam ia merasa benar-benar kecewa dengan perkataan tak berperikemanusiaan yang Alex lontarkan ke hadapannya. Malam itu benar-benar chaos.Mengenal Alex sebagai Friend With Benefit bukan hanya menumbuh orientasi seksualnya saja. Namun perasaan lain juga tumbuh di hati Marissa terhadap Alex, sahaba
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
MARISSA LOURDSuara ngorok membuatku terbangun. Dengan keadaan tubuh tanpa sehelai kainpun aku terkapar di atas karpet yang berada tak jauh dari ranjang. Saking capeknya sepulang kerja ditambah perjalanan yang cukup jauh membuat mataku langsung terkatup dengan mudahnya.“Kita pulang yuk ke vila, disana lebih hangat dan indah”Suara yang belum sempurna dicerna olehku yang masih setengah tidur. Sepasang tangan mengangkat ku dengan lembut menuju mobil. Mataku seakan dibebani puluhan batu sulit terbuka.“Mar, bangun woi”Suara cempreng Alex yang agak serak dan maskulin sukses membikinku terperanjat. Aku terkejut melihat jam digital yang duduk di atas meja samping ranjang king size yang kutiduri.Dimana gue? Bukannya tadi di motel ranjangnya ga semewah ini?Pikiran tentang dimana aku sekarang sekejap pudar mengingat matahari sudah nyelonong masuk melalui cela
AUTHOR POV“Apaan sih lu” Marissa masih kaget melihat gelagat manusia yang terkenal aneh untuk dirinya.Tapi, alasan ia mengeraskan suaranya supaya suara detak jantungnya tak terdengar ke telinga Alex.Alex yang masih berusaha agar tak tergagap – kebiasaan lamanya ketika gugup.Fakta itu membuatnya makin gugup dan gelisah. Hingga sesuatu yang basah mulai mengguyur tubuh mereka. Bandung yang dikelilingi bukit dan pohon semakin dingin ketika dibasahi hujan.Jaket kulit milik Alex yang digunakan untuk menutup rambut Marissa bahkan tak mampu mengurangi volume air yang membasahi tubuh mereka. Kedinginan mulai menusuk sampai ke tulang.“Bibir lu gemeter, lu gapapa?” Alex yang melihat tubuh basah kuyup Marissa segera mendekapnya tanpa permisi. Tak seperti biasanya rasa gugup semakin mengikat mereka berdua. Mereka yang sudah menjadi “Friend with benefit” di at
ALEX ANDREW POVMataku seperti dibakar api di perapian yang ada di villa milik keluarga ku. Muka ku kusut dan bau, sudah dari kemarin malam tubuh ku tak terkena air selain air mataku sendiri. Tanganku memar akibat terlalu banyak memukul tembok.Brengsek! Aku meraih handphone dengan malas memencet dengan kasar sebuah kontak yang bertuliskan Marissa – si jalang.Dari seberang suara sesenggukan memenuhi isi telingaku. Suara yang akhirnya meluluhkan amaraku terhadap Marissa.Setidaknya Marissalah yang cukup memahami situasi yang aku alami.Mungkin kita tengah berada pada fase teralihkan akibat perasaan jemu dan kesepian yang menggiring kita merasakan perasaan yang mungkin hanya berlaku untuk sementara.“Lu dimana?” Baru kali ini aku melihat dia seterpuruk ini. Seorang Marissa sangatlah anti mewek-mewek club. Ia sangat benci ketika terlihat lemah di depan ora
MIKA LODGE POV“Aku mencintaimu Mika,meski tubuhku terjerat dan tidak leluasa memilihmu sebagai satu-satunya” bisik Noah di lekuk leherku.Aku terisak mendengar kalimatnya.Tapi manusia seperti diriku tidak cukup untuknya. Tidak akan pernah.Bukan hanya itu saja, aku pun akan menyakitinya lagi dan lagi seperti yang sudah sudah. Kita akan menjadi lingkaran setan dan saling menyakiti.Entah sejak kapan aku menjadi manusia yang rakus dan melupakan diriku. Atau apakah inilah wujud diriku yang sesungguhnya.Yang pasti, ungkapannya di sela ketidaksadarannya membuat hatiku terasa lebih hampa.Perasaan bersalah menggerayangi tubuhku.Aku menggeser layarku dengan buru-buru, beberapa dering kemudian.“Selamat malam pak, ada sebuah kecelakaan di jalan depan perpustakaan Timba Ilmu”Selamat tinggal Noah.Ku kecup bibirnya yang kering dan
NOAH DYLAN POVBelum sempat aku merebahkan diri setelah kejadian semalam. Badanku yang masih kaku sudah berada di atas kursi kebesaran keluarga Dylan.Belum ada kabar dari Mika. Apakah semalam hanyalah delusi?Tapi aku ingat betul, ketika aku berbicara dengannya di telepon.Tubuhku pun masih terkenang akan tubuhnya yang duduk di atas pahaku.Tubuhku tidak bisa ditipu ketika dipuaskan.Bayangan wajahnya membuatku tidak bisa berpikir jernih.Apakah ia kembali bersama Alex? Jelas aku ingat semalam aku berterus terang perihal keadaanku yang jauh dari kata normal.Pikiranku saling memaki dan bertengkar.Kepalaku semakin berdenyut.“Permisi pak, ada kiriman khusus untuk anda” kata Marissa melangkah menuju mejaku.Wanita ini benar-benar memiliki nyali yang besar. Atau lebih tepatnya tidak punya urat malu. Bagaimana tidak, setelah kelakuannya yang
32 Panggilan Terjawab dari Wanda.“Lex, maafin Mika, kalau udah denger pesan ini. Telpon Mika ya”Pesan suara dari Mika mengalir ke seluruh ruang apartemen Alex yang sepi.Maafin Mika, serius jangan tinggalin Mika ya Lex.suara isakan Mika membuat hati Alex semakin perih.Sejak malam mengerikan itu, Alex tak sempat memejamkan matanya. Gelagatnya seperti orang yang sedang keranjingan. Mukanya kusut, otaknya tak berhenti memutar dan memikirkan perempuan itu.Kamarnya sudah berantakan akibat amukan Alex yang kerasukan iblis tampan.“Alex”Suara familiar diiringi bunyi bel dari pintu apartemen membuatnya berhenti.Penampakan Marissa yang amburadul. Matanya setengah menyeramkan lantaran maskara yang luntur, rambutnya benar-benar kusut bahkan bajunya robek di bagian pahanya. Tidak sekalipun Alex melihat penampilan sahabat—mantan sahabatnya acak-acakan se
NOAH DYLAN POVSuara ban mobil mencicit sehabis kuinjak rem kuat-kuat.KacauHatiku benar-benar kacauTangan dan kakiku seakan lumpuh.Tubuhku menggigil hebat dan pandanganku mengarah pada pemandangan masa lalu.Bisikan Mami yang bersimbah darah mengelus kepala ku dan menangis. Di sisa hembusan nafas yang ia miliki serta di tengah keadaannya yang tengah meregang nyawa. Ia masih menyempatkan diri menenangkan diriku!Perasaan bersalah yang terus menjalar. Perasaan sakit yang merasuki seluruh rongga pikiranku. Hujan lebat yang terus mengguyur. Aku yang tiba-tiba merasa tercekik dan sukar menghela napas. Kudorong pintu mobil dengan kasar.Mataku nyalang di depan kepulan asap dari mobil yang habis menabrak pohon. Bak lari berkilo-kilo meter. Aku gelagapan mencari oksigen. Badanku kuyup seperti kucing kebasahan.Dan brukkk!Seberkas cahaya di hadapan mukaku menyadarkanku dari pingsan. Siluet tubuh wanita berambut
MIKA LODGE POVSepulang dari hotel laknat itu. Aku berdiam diri dengan khusyu’ meratapi kegagalanku untuk memiliki hubungan yang langgeng.Ku tanyai diriku sendiri. Apa dan Siapa yang kucari selama ini?.Hari ini aku sangat merindukan Papi dan Mami.Menjadi putri keluarga Lodge adalah satu dari sekian banyak keberuntung yang ku alami.Mami yang mengajarkan ku untuk berani dan selalu baik memperlakukan manusia lain.Aku benar-benar gusar. Tidak satupun panggilan masuk atau pesan berbalas dari Noah.Sejak pagi tak ada kabar yang muncul tentangnya.Siang tadi aku menemuinya ke apartemen tapi yang kudapati hanyalah ketiadaannya.Sembari menunggu dering gawaiku bergetar dan berbunyi khusus nada dering untuk nomor telepon Noah.Aku duduk di atas ranjang yang menghadap langsung pelataran rumah peninggalan Papi dan Mami. Menunggu dan menunggu.Jadi seperti ini rasanya menung
NOAH DYLAN POV“Ndut”Suara kecipak sepatu berlari ke arahkuRambut panjangnya basah menimpa kepalaku yang menunduk.“Endut, Mika panggil kok diam saja?”Payung berwarna biru dengan aksen bulat-bulat yang melingkar di atasnya dibuka lebar-lebar menutupi rambutku yang ikal.Gadis itu mengayunkan kakinya ke arah air yang menggenang di hadapannya. Bentangan refleksi wajah ayunya berbinar di depan toko kelontong milik Pak Selamet.Wajahnya berseri-seri ketika hujan ke wajahnya yang menengadah. Tangan mungilnya memegang ujung payung bagian atas. Dibiarkan sepatu kets serta tas biru bergambar Doraemon kesukaannya basah beserta tubuh mungilnya. Senyumannya terus-menerus merekah seiring air langit jatuh ke telapak tangan kecilnya.Ia masih asik bergumam menyanyikan lagu yang mengalun dari walkman kesayangannya. Walkman yang ayahn