Damien memikirkan ucapan Carlos dan tampak setuju saran bawahannya itu. Dia lalu menelepon seseorang untuk mendukung pelaksanaan rencananya mengasingkan Dahlia.
"Siapkan tiket dan tempat terbaik di Inggris. Pastikan Dominique tidak dapat menemukan keberadaannya. Tenang saja, aku akan memberikan berapapun yang kau pinta."Damien memutuskan sambungan telepon. Dia memanggil beberapa pelayan untuk menyiapkan keperluan Dahlia. Setelah selesai memberi perintah, dia gegas kembali ke perusahaannya.Dahlia yang berada di dalam kamar terlihat kesal dan mengacak-acak bantal yang berada di tempat tidur. Sekali-sekali dia memaki karena kesal Carlos berkata yang sebenarnya kepada Damien.Suara pintu diketuk, Dahlia berhenti mengamuk. Dia membuka pintu dan melihat dua orang pelayan berdiri di hadapannya."Ada apa?" tanya Dahlia ketus."Maaf, Nona. Tuan Damien menyuruh kami merapikan barang-barang anda," jawabSetelah pulang ke Mansion Hameed. Aubrey dan Bella berencana akan menghabiskan waktu bersama untuk berkeliling pusat perbelanjaan keesokan harinya. Dengan sangat antusias, mereka menyiapkan segala sesuatunya. Keesokan hari pun tiba. Dominique sibuk dengan rutinitas perusahaan dan Aubrey bersama Bella melaksanakan rencana yang telah mereka buat kemarin. Mereka bergaya mengenakan dress santai selutut dengan warna senada. Sebelum berangkat, mereka menyempatkan diri menyelesaikan rutinitas di mansion terlebih dahulu. Matahari sudah agak meninggi sinarnya. Aubrey dan Bella pun bergegas pergi menuju pusat perbelanjaan The Outlet Collection at Riverwalk. Di sana mereka sibuk memilih barang apa saja yang akan mereka beli. Pasalnya, ini adalah pengalaman Aubrey berbelanja dengan seorang ibu. Biasanya, dia hanya membeli secara daring dan meminta seseorang untuk membelikan. Di sisi lain, Carlos yang sedang membuntuti mereka menelepon Damien untuk me
Setelah selesai berbincang dengan Damien, Aubrey mencari keberadaan Bella. Dengan berlari kecil dia menghampiri Bella yang tengah memilih sepatu di toko merk terkenal. "Mami.""Hei! Kau sudah selesai dengan urusanmu?""Hmmm.""Mana temanmu? Tidak diajak sekalian?""Oh tidak. Dia hanya menyapa saja.""Setelah ini kita ke mana?""Makan siang saja dulu, lalu pulang, ya, Mi!""Loh, kau bosan, ya?""Tidak, Mi. Hanya saja aku mau ke kantor Dominique dulu, bagaimana boleh tidak?""Ya, boleh dong. Kau mau langsung ke sana atau pulang dulu?""Sepertinya, langsung saja, Mi.""Oke, kalau begitu."Setelah selesai menikmati acara makan siang mereka, Bella mengantar Aubrey ke perusahaan Dominique lebih dulu. Lalu, dia kembali ke mansion Hameed. Aubrey gegas menuju lobi resepsionis setelah turun dari mo
"Kurang ajar! Dia bahkan berani menemui kau seorang diri untuk adiknya," ucap Dominique menahan marah. Dia menggenggam tangannya begitu keras hingga memerah buku-buku jarinya. "Lupakanlah itu, Dom! Yang terpenting sekarang kau tutup rapat masalah ini dan biarkan semuanya berlalu." Aubrey membuat permintaan kepada Dominique. Dia mencoba merayu sang suami agar menutup masalah ini. Aubrey hanya ingin hidup tenang tanpa ada masalah lagi dalam rumah tangganya. Masalah Reno, dia juga pura-pura tidak mendengar dan mengetahuinya. "Tapi ….""Tidak ada tapi. Turuti saja permintaanku, oke! Aku sudah berjanji padanya." Aubrey berbicara lagi sambil memohon. "Kau yang berjanji, bukan aku," tolak Dominique. "Dominique!" Aubrey menatap tajam ke arah suaminya itu. "Oke, oke. Kali ini akan kumaafkan, tapi tidak ada untuk lain kali." Dominique mengalah. Aubrey tampak bahagia dan langs
Helaan panjang terlepas dari mulut Aubrey begitu saja. Dia merutuki dirinya karena melupakan bahwasanya festival yang berlangsung hari ini di kota New Orleans akan makin ramai orang ketika malam menjelang. Festival Mardi Gras yang berlangsung setiap tahunnya di kota New Orleans itu selalu tampak meriah. Parade tersebut diramaikan oleh warga lokal dan turis yang ingin melihat kendaraan hias yang telah didesain seindah mungkin oleh para seniman. Kegiatan itu berlangsung dari hari Minggu sampai hari Rabu abu untuk menyambut masa prapaskah. Mardi Gras sendiri memiliki arti selasa gemuk – yang pada hari itu orang-orang merayakannya dengan makanan-makanan berlemak. “Aduh, salah jalan lagi. Seharusnya aku tidak mengambil jalan ini, begitu banyak orang. Bagaimana sepeda motorku ini bisa melalui kerumunan ini, ya?” Aubrey bergumam kepada dirinya sambil berpikir keras untuk memecahkan kerumunan atau balik arah mengambil jalan yang lain. “Hei,
Aubrey mengepal tangan kanannya, tampak kilatan kemarahan di kedua matanya. Dia pun langsung mendorong Tony ke arah Dominique. Reaksinya yang tiba-tiba, membuat Dominique terhuyung hendak jatuh ke belakang. Aubrey tampak tidak peduli, dia gegas mengambil kunci motor dan jaketnya untuk meninggalkan kafé tersebut. “Hei, Crazy girl. Aku belum selesai bicara, mau kemana kau, hah!” seru Cassandra berapi-api. Dominique yang melihat itu, langsung menghentikan Cassandra dan menyuruhnya untuk membantu dia memegangi tubuh Tony. “Ingat, Cass. Cukup satu Tony saja yang menggila, kau jangan ikut gila dengan membuat keributan.”“Aku akan mencari cara untuk mengeluarkan kita dari kerumunan parade di depan sana. Kau duduk di sini menjaga Tony sampai aku kembali, ingat jangan membuat kekacauan dan menambah pening kepalaku.” Tony memperingati Cassandra. Dominique bergegas meninggalkan kafe dan mencari cara agar mobilnya bisa diparkir di depan kafe
"Huft, akhirnya aku dapat merebahkan diri juga. Hari ini lelah sekali, ditambah lagi tadi ketemu wanita psycho."Setelah beberapa saat merebahkan diri dari penatnya, Aubrey kemudian gegas membersihkan dirinya yang tampak lengket karena penuh dengan keringat. Setelahnya dia mengganti pakaiannya dengan piama dan memutar lagu-lagu favorit dari telepon genggamnya. Lantunan lagu Kelly Clarkson yang berasal dari telepon genggam Aubrey mengisi seluruh ruangan kamar Hotel Bourbon Orleans tempat dia menginap. Matanya menerawang menatap langit-langit kamar, dan seperti sebuah kaset film, dia mencoba mengingat semua kejadian-kejadian yang tadi dialaminya. Kamar yang terletak di lantai tiga dan menghadap sungai Mississippi itu adalah kamar khusus yang dibuat Abraham untuk Aubrey, jika dirinya sesekali berkunjung dan bosan dengan suasana mansionnya. Begitulah kehidupan Aubrey, penuh dengan fasilitas mewah. Hotel Bourbon Orleans yang terletak di Bo
Bab 4 Masa LaluMalam itu, dua puluh empat tahun silam. Edward dan Sarah kemalaman di jalan, sehabis menghadiri pesta keluarga Aston di kota Shreveport. Mereka memutuskan untuk pulang malam itu juga karena Sarah mengeluh tidak nyaman dan tidak bisa tidur di tempat asing. Entahlah, mungkin bawaan sang bayi. Biasanya Sarah di mana pun berada, langsung dapat beradaptasi.Edward tampak perlahan mengendarai mobilnya, mengingat kehamilan Sarah yang sudah menginjak delapan bulan. Namun, karena Sarah mengeluh kelelahan, Edward memecah jalanan Greenwood dengan menaikkan sedikit kecepatan mobilnya. Abraham yang berada di mansion, tampak gelisah pada malam itu. Entah kenapa ada perasaan tidak enak yang menghantui hati dan pikirannya. Apalagi, mengingat Edward -- anaknya bersama sang istri yang tengah hamil besar sudah larut malam tidak kunjung sampai di mansion. Abraham sempat melarang Edward untuk pulang malam itu juga saat Edward menelpon mengabarkan kep
Dominique telah selesai melakukan kegiatan mandinya. Dengan memakai kaos oblong dan celana jeans yang sengaja dia bawa dalam tasnya Dominique berdiri di depan kaca untuk merapikan penampilannya. Dia membiarkan rambutnya yang basah, kering begitu saja tanpa memakai minyak rambut. Sesekali dia mengusap dan mengacak rambutnya dengan jari. Gaya pakaian yang dipakainya membuat ketampanan Dominique tampak terlihat jelas. Cassandra yang melihat pemandangan indah di depan matanya itu, tentu saja tidak melewatkan kesempatan. "Dominique, kau terlihat sangat mengagumkan. Ah, seandainya saja kau menjadi milikku. Pasti aku menjadi wanita yang paling beruntung di Louisiana ini dan pastinya kau juga karena aku pasti akan memberikan segalanya untukmu." oceh Cassandra. Dominique yang mendengar ocehan Cassandra tidak menghiraukannya. Sudah sering dia mendengar rayuan maut yang dilontarkan Cassandra. Baginya, wanita yang dengan mudah memberikan tubuhnya sudah ba