Setelah berpisah dengan Dominique di depan lobi Hotel Bourbon Orleans. Tony menghampiri Cassandra dan menasihatinya. Cassandra tampak marah saat itu dan pergi meninggalkan Tony. Tony tampak pusing dengan sepupunya satu itu, keras kepala dan sulit untuk dinasihati. Dia menjadi tidak enak hati dengan Dominique, di satu sisi ada sepupunya dan di sisi lain sahabat dekatnya. Pada akhirnya, Tony memutuskan untuk kembali ke kamar. Dia terlihat menggerutu sepanjang jalan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Pada saat akan menaiki lift, dia melihat Aubrey yang sedang berbincang dengan salah satu karyawan hotel -- karena terlihat dari seragam yang dipakai. Tony urung menaiki lift, setelah menunggu beberapa saat, dia pun menghampiri dan bertanya kepada karyawan tadi perihal siapakah gadis yang berbicara dengannya tadi. "Mmm. Rupanya wanita itu cucu pemilik hotel ini. Rasanya aku pernah melihat dia, sebelum tadi kejadian di depan toilet. Tapi di mana yah?"
Bab 7 Pendekatan"Selamat pagi Nona Aubrey, sarapan telah tersedia di meja makan, dan Tuan Abraham sudah menunggu anda di sana, silakan," ucap Eugene -- Butler di kediaman Aubrey sambil membungkukkan sedikit tubuhnya ke depan. Dengan berlari kecil Aubrey menuruni tangga sambil berbincang dengan Eugene. "Terima kasih, Eugene," balas Aubrey"Oh Kakek sudah pulang dari Shreveport?" tanya Aubrey, melanjutkan percakapannya."Sudah Nona, tadi malam, sekitar pukul 24.00," jawab Eugene. Aubrey pun segera melangkah ke ruang makan. Di sana terlihat Abraham sedang menikmati sarapan paginya, kemudian Aubrey pun ikut bergabung. Mereka tampak berbincang-bincang dan tertawa kecil membahas tentang hotel dan hal lainnya. Setelah selesai sarapan, Aubrey memutuskan untuk tetap di Mansion. Sedangkan Abraham pergi ke Bourbon Orleans untuk memeriksa keadaan hotel dan bertemu dengan Aaron karena hendak membahas sesuatu hal. Aubre
Range Rover Black memecah jalanan kota New Orleans. Dominique mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah menempuh hampir tiga puluh menit, dia pun sampai di mansion Tony Blair. Dengan gagahnya Dominique memasuki mansion milik Tony. Setelah melewati beberapa ruangan dan menyapa semua penghuni rumah, dia pun sampai di ruang kerja Tony. "Hai, Dom! Kau ke mana saja? Kemarin aku mencarimu, tetapi tidak ada yang tahu kau ke mana. Telepon genggammu juga tidak aktif. Jangan-jangan kau menyembunyikan sesuatu, ya, dariku," ucap Tony Menyelidik. Dominique hanya memutar bola mata malas dan menampilkan seringainya, kemudian terdengar helaan napas. Setelah dia mendudukan bokongnya dia atas sofa, Dominique merogoh kantong celana dan mengeluarkan telepon genggamnya. "Nih." Tony memberikan teleponnya kepada Tony. "What is this?" tanya Tony. "Telepon genggam," jawab Dominique dengan tingkah konyolnya. "Iya, aku tahu itu
Derap langkah kaki memenuhi seluruh ruangan lobi. Saat ini Abraham sedang mengunjungi hotelnya. Tampak Reno sudah menyambutnya di depan. Mereka berkeliling hotel, sebelum akhirnya mengadakan rapat. Rapat selesai setelah satu jam. Di dalam rapat tidak banyak yang dibahas, karena Bourbon Orleans Hotel memiliki performa yang bagus. Maka, hanya laporan bulanan dan mingguan saja yang dibahas. "Bagaimana Ren, kapan Tuan Aaron akan berkunjung?" tanya Abraham sambil menandatangani berkas. "Beliau akan datang pas makan siang Tuan. Katanya agar lebih rileks pembahasan yang akan diperbincangkan," jawab Reno. "Baiklah. Kau kembalilah bekerja."Setelah selesai memberi laporan, Reno kembali ke tempatnya dan menyelesaikan pekerjaannya. Hotel pada hari itu tampak biasa saja, tidak banyak yang berkunjung karena kebetulan saat itu adalah hari kerja. ***"Papi mau ketemu Tuan Abraham dari Bourbon Orleans Hotel?" tanya Bella.
Dua minggu setelah Festival Mardi Grass. Seperti biasa Aubrey hanya melakukan rutinitas sehari-hari dan hari ini Aubrey tampak bersiap untuk menuju galeri lukisnya. Dia mematut dirinya di depan cermin, dengan memakai kaus yang agak sedikit ketat dipasangkan dengan celana jeans model robek-robek tidak mengurangi kecantikan Aubrey. Hari ini dia tidak memakai si merah -- motor kesayangannya. Ford Mustang Convertible berwarna hitam pemberian Abraham di hati ulang tahunnya yang ke-23 melesat melewati jalanan New Orleans pagi itu. Aubrey membuka atap mobilnya dan membiarkan rambut ikal kecoklatannya berterbangan di tiup angin. Setelah melewati lima belas menit perjalanan dia pun sampai di depan galeri. Galeri Aubrey kebetulan sangat dekat dengan Bourbon Orleans Hotel, jadi Aubrey sesekali bertandang dan membantu di hotel bila urusan di galeri telah selesai. 'Kek, aku ada di galeri, ya. Nanti siang aku akan ke sana, kita makan siang bersama, ya!’ sap
Setelah menyelesaikan pekerjaan kantor, Dominique tergesa-gesa untuk pulang ke mansion. Perasaan gelisah tak menentu menyelubungi dirinya. Sesekali dia berteriak dan memukul-mukul setir mobil, sampai-sampai klaksonnya tidak sengaja terkena pukulan dan berbunyi. Tingkah lakunya membuat orang yang berkendara di sebelahnya menjadi terganggu. "Damn, perasaan apa sih, ini. Kenapa aku begitu kesal Tony dekat dengan wanita itu. Bukankah aku yang memberikan nomor telepon dan mengijinkan Tony untuk mendekatinya, tetapi kenapa perasaanku jadi tidak enak seperti ini. Apakah aku tertarik dengan wanita itu? Ah, tidak mungkin. She's not my type."Sepanjang perjalanan Dominique mengoceh tidak jelas seperti orang yang hilang akal. Range Rover Black miliknya dikemudikan dengan sangat cepat dan ugal-ugalan. Hanya memakan waktu sekitar sepuluh menit saja dia sudah sampai di mansionnya. "Selamat sore, Tuan Muda," sapa pelayan di mansion Dominique. "Hmmm."
Dominique dan Tony sampai di Bayona terlebih dahulu. Mereka pun memutuskan memesan beberapa makanan favorit yang berada di restoran tersebut sambil menunggu kedatangan Aubrey. Tidak menunggu lama pesanan mereka pun tiba. "Kau tampaknya sudah sangat dekat dengan wanita itu," ucap Dominique. "Siapa, Aubrey?" tanya Tony. "Hmmm, siapa lagi." Dominique menjawab sambil mencicipi makanan yang ada di depannya. "Kenapa, kau cemburu? Sudah mau mengakui kalau sebenarnya kau juga suka dia," lanjut Tony. Dominique hanya diam dan pura-pura tidak mendengar ucapan Tony. Dia menyibukkan dirinya dengan memotong dan mengunyah makanan. "Sudahlah, lupakan saja. Anggap saja aku tidak pernah bertanya." Dominique akhirnya menimpali pertanyaan Tony. Tony tertawa kecil dan menggelengkan kepala melihat tingkah Dominique. 'Dasar munafik, untuk mengakui perasaannya saja susah sekali,' gumam Tony di dalam hati. Setelah beberapa saat
"Ayo ikut!" titah Tony sambil mencengkram tangan Cassandra. Tony menarik paksa pergelangan tangan Cassandra dan mengajaknya keluar dari Bayona. Meski Cassandra mengeluh kesakitan, tetapi Tony tidak peduli bahkan semakin kuat cengkraman nya. Setelah dirasa mendapatkan tempat yang pas untuk berbicara empat mata, dia pun mengempaskan tubuh Cassandra sambil melepaskan genggaman tangannya. Cassandra yang terlihat kesakitan, mengusap tangannya yang memerah karena bekas cengkraman begitu kuat oleh Tony. "Apa-apaan, sih, Ton. Kau gila, ya!" pekik Cassandra. "Hey, shut your mouth. Kau yang apa-apaan, selalu buat ulah kalau muncul." Tony mengangkat jarinya ke hadapan wajah Cassandra dengan menahan emosi. Cassandra yang melihat sepupunya tampak begitu marah, akhirnya memilih menutup mulutnya dan tidak berniat melanjutkan perdebatannya. "Listen to me, Cass. Jika kau membuat keributan lagi di dalam, aku tidak akan segan lagi.