Setelah percakapannya dengan Tony selesai. Dominique kembali mengerjakan urusan kantor. Siang itu ia begitu sibuk karena dua hari yang lalu tidak masuk kantor jadi banyak pekerjaan yang tertunda. Satu per satu berkas diperiksa dan ditandatangani olehnya pagi itu.
Tidak terasa hari berlalu begitu saja dan senja sudah hadir ingin menyapa malam. Dominique masih sibuk merapikan sisa-sisa tugas karena ia berniat ingin bersantai setelah acara pertunangan nanti. Rupanya ia sudah memikirkan pertunangan dirinya dengan Aubrey begitu matang.Saat sedang asyik dengan kesibukannya--sekretaris Dominique mengetuk pintu kemudian masuk ke dalam ruangan. Sekretaris tersebut memberitahu bahwa ada wanita muda mencari dan berkata bahwa ia adalah teman dekat Dominique. Sempat berpikir sejenak siapa yang mencarinya, ia pun mengizinkan wanita itu untuk masuk. Namun, alangkah terkejutnya dia ternyata yang datang adalah Cassandra."Cass, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Domi"Hei Sayang, ayo bangun! Ini sudah pukul 08.00, you see. Aku tidak ingin kakek kecewa karena sudah berjanji akan membawamu pulang hari ini," ucap Dominique sambil mengecup kening Aubrey. "Kau bilang terserah aku kapan pulangnya, sekarang malah harus pulang hari ini," balas Aubrey merajuk. "Besok pertunangan kita, Sayang. Kakek ingin kita di sana hari ini mempersiapkan segala sesuatunya. Bagaimana kalau setelah acara, kita ke sini lagi. Ayolah jangan merajuk dong! Atau kau mau mengulang kegiatan tadi malam lagi," ledek Dominique sambil mengusap punggung Aubrey. "Hmmm, baiklah, baiklah. Dasar pria mesum, sepagi ini bisa-bisanya membicarakan hal seperti itu," ledek Aubrey kembali. "Good girl. Sekarang kau mandilah, atau kau ingin kita mandi berdua?" Dominique tertawa kecil melihat Aubrey yang sudah memerah pipinya. "Dominique! Masih pagi dan kau sudah menggodaku. Pergi sana!"Dominique kembali tertawa melihat tingkah Aubrey yan
Setelah urusannya selesai dengan Abraham. Aubrey mengajak Dominique untuk melihat aula yang akan dipakai untuk acara mereka. Dengan sangat antusias Aubrey menerangkan semua konsep yang ada di sana. Sesekali ia melirik dan memperhatikan Dominique. Dalam hatinya bertanya-tanya apa sebenarnya yang dipikirkan laki-laki ini? "Oh iya, Sayang. Aku pergi ke toilet dulu, ya," ucap Aubrey berpamitan kepada Dominique. "Hmmm." Dominique menganggukkan kepala sambil memperhatikan sekelilingnya. "Halo, Philippe. Cari tahu siapa yang mengambil foto yang aku kirimkan padamu dan bagaimana foto itu bisa sampai ke tangan Tuan Abraham. Oh iya, satu lagi bagaimana dia juga tahu tentang perjanjian yang aku buat dengan Aubrey. Selidiki pelan-pelan dan hati-hati, jangan sampai ada yang tahu." Dominique menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya. Setelah selesai melakukan panggilan, Dominique kembali bersikap seperti semula seperti tidak ada yang terjadi. Namun,
Hari yang dinantikan Dominique tiba. Sedari pagi semua orang sudah sibuk mempersiapkan segala sesuatu. Ia begitu bahagia hingga cukup lama berdiri di depan cermin membayangkan masa depan yang akan dilaluinya kelak. Seketika ia lupa tujuan awal bertunangan dengan Aubrey. Memang pada awalnya pertunangan dan pernikahan itu rencana kedua orang tua mereka. Kemudian, menjadi rencana Aubrey dengan sebuah perjanjian dan di pertengahan jalan memang sempat ada rencana untuk menyakiti Aubrey. Namun, semenjak malam itu Dominique mengetahui hatinya, ia tidak bisa hidup tanpa Aubrey. Di kediaman Calandre. Aubrey melamun menatap ke arah cermin. Ia memikirkan pesan singkat yang Tony kirimkan. Apakah ia akan melanjutkan penyelidikannya atau pura-pura tidak tahu saja. 'Apakah kau akan datang di acaraku, Ton?' tanya Aubrey melalui pesan singkat kepada Tony. 'Tentu saja, aku tidak akan melewatkan acara kalian," jawab Tony cepat. 'Baiklah, ada yang akan
"Sudah mengocehnya? Dasar tidak tahu malu, seharusnya sebelum berbuat kau harus berpikir dua kali dengan otak kecilmu itu," ucap Aubrey mengejek. Tony yang tadinya ingin menghampiri Cassandra, mengurungkan niatnya. Begitu pun Dominique, ia hanya melihat apa yang akan dilakukan tunangannya itu. Semua orang yang berkasak-kusuk juga ikut terdiam melihat kemarahan Aubrey. "Lihatlah! Kalian harus tahu siapa wanita yang tidak tahu diri sebenarnya di sini."Aubrey memperlihatkan foto dan video yang sama persis dengan milik Cassandra. Bedanya milik Aubrey lebih lengkap, dari saat awal yang dilakukan Cassandra sampai siasatnya untuk menggoda Dominique. Terlihat jelas di situ, bahwa penolakanlah yang dia dapatkan. Cassandra terkejut dan tertegun. Ia tidak menyangka rencananya berantakan. Ternyata Aubrey selangkah lebih di depan darinya. Karena malu banyak orang yang menatap dan membicarakannya, ia lantas pergi dari acara tersebut. Aubrey tersen
Kembalinya dari toilet. Dominique melihat Tony dan Aubrey berbincang sangat serius karena terlihat dari raut keduanya yang dengan mudah ditebak. Dia memperhatikan dari kejauhan dua insan itu yang tampak akrab tidak seperti terakhir kali yang seperti diceritakan Aubrey. Dalam hatinya terbesit kecurigaan. "Oh, rupanya dia yang membantu Aubrey. Entahlah berapa banyak informasi yang disampaikan kepada Aubrey tentangku? Kalau yang membantu itu Tony, aku tahu siapa orang yang dipekerjakan Aubrey. Aku harus menghubungi orang tersebut untuk bertanya," gumam Dominique, kemudian menghampiri Tony dan Aubrey. Dominique pura-pura tidak mengetahui apa yang telah dilakukan Aubrey dengan Tony. Ia bersikap santai dan kembali menikmati suasana pesta. Setelah selesai semua rangkaian acara, mereka gegas pulang ke kediaman masing-masing. Dominique mengantar Aubrey ke mansionnya. Dalam perjalanan mereka hanya tersisa kesunyian dengan pikiran masing-masing. "Oh iya, besok aku
Pagi-pagi sekali Aubrey sudah sampai di bandara Louis Armstrong. Dia akan terbang terlebih dahulu ke Los Angeles sebelum menuju Prancis. Sesaat dia tertegun dan menoleh ke belakang seperti menunggu seseorang. Kemudian, dia kembali dengan raut wajahnya seperti semula, dingin dan datar. Butuh waktu empat jam untuk sampai ke Los Angeles setelah itu bertolak menuju Prancis.Aubrey melirik ponselnya yang memperlihatkan waktu masih pukul empat pagi. Dia tidak meninggalkan pesan apa pun untuk Dominique. Orang-orang di kediaman Calandre pun tidak diberitahu secara langsung. Ia hanya meninggalkan lewat pesan bahwa ia akan pergi ke Prancis. Saat itu, semua orang masih terlelap. Mengingat acara pertunangan Aubrey yang diselenggarakan secara besar-besaran membuat semua orang begitu lelah dan terlena akan mimpi masing-masing. 'Aku akan melakukan perjalanan ke Prancis, Kek. Di sana aku akan mengikuti pagelaran seni. Mungkin untuk beberapa waktu, ponsel ini akan tidak
Aubrey memasuki kamar yang dipilih Amelia. Kebetulan mereka tidur bersama. Kamar yang dipilih Amelia sangat luas dan bagus, di sana juga terdapat taman kecil di dalamnya. Aubrey tidak berhenti berdecak kagum. "Wah, tampaknya aku akan betah tinggal di sini. Tidak akan cukup waktu hanya seminggu saja." Aubrey berkata sambil merebahkan tubuhnya di kasur. "Iya, kau juga membutuhkan uang yang banyak untuk menyewa ini semua," balas Amelia. "Itu adalah hal kecil buatku." Aubrey menyombongkan diri kemudian tertawa bersama Amelia. Setelah berbincang sebentar, Aubrey meminta beristirahat lebih dulu sebelum pergi memeriksa tempat pameran. Amelia pun mengiyakan dan pergi meninggalkan Aubrey sendiri di kamar. Udara sejuk, kasur empuk, dan suasana yang nyaman melambungkan Aubrey ke dunia mimpi. Di sana ia seperti bertemu dengan kedua orang tuanya yang hanya dikenal lewat sebuah foto. Aubrey tampak bahagia karena terlihat senyuman yang terkembang d
Dominique bangun pagi sekali. Dia mengecek ponselnya yang berada di atas nakas samping tempat tidur. Saat melihat ponsel tersebut, ada raut kesedihan di wajahnya. Aubrey tidak membalas semua pesan, hanya membacanya saja. Dia melemparkan ponselnya ke atas kasur, lalu pergi mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Setelah selesai melakukan rutinitas pagi, dimulai dari mandi, berpakaian, dan sarapan bersama kedua orang tuanya. Dominique lalu berangkat menuju ke kantor.Sesampainya di kantor, Dominique dengan segera menyelesaikan semua pekerjaan. Rapat yang terjadwal siang hari pun dimajukan menjadi pukul sembilan. Dominique sudah tidak sabar untuk menemui orang yang membantu Aubrey menyelidiki dirinya. Ia ingin tahu apa yang diketahui Aubrey, sehingga sikapnya berubah dingin. Pasalnya dua hari terakhir mereka masih dalam suasana hangat dan romantis. Romario. Seorang detektif swasta yang cekatan dan tidak pernah meleset informasi yang didapatkan olehnya seke